Salah satu bulan suci dalam ajaran Islam adalah Rajab, kesemuanya ada 4 bulan yang dimuliakan dari 12 bulan yang ada pada perhitungan tahun hijriyah (kalender tahun islam).
Terdapat 4 bulan dalam hitungan tahun hijriyah yang dianggap suci menurut pandangan para ahli ajaran Islam yaitu tiga diantaranya berturut-turut bulan Dzul Qaidah, Dzul hijjah, dan Muharam.Â
Yang satunya lagi berjarak agak terpisah dari bulan-bulan lainnya yaitu Rajab Mudhar yang terletak di antara jumadil Ukhra dan Sya'ban, bulan-bulan itu dianggap mulia karena adanya kejadian istimewa.
Penghitungan kalender hijriyah atau tahun baru Islam, diawali dari adanya peristiwa bersejarah pada tanggal 1 Muharam (tahun baru hijriyah) terjadinya hijrah (kepindahan) Nabi Muhammad SAW., dari kota Mekkah ke Madinah Arab Saudi pada tahun 622 Masehi.
Pada bulan-bulan suci ini, sangat di anjurkan sekali agar diisi dengan meningkatkan amal kebajikan sebagai bentuk penghormatannya seperti berpuasa, banyak berdo'a, memperbanyak shalawat, banyak bertaubat (menyesali terhadap dosa-dosa yang telah lalu), banyak berdzikir dan memperbanyak amal shaleh.
Suatu malam pada bulan rajab terjadi kejadian yang luar biasa dimana Nabi Muhammad SAW., melakukan suatu perjalanan yang sangat mulia tanpa alat maupun teknologi dari Mekkah sampai Baitul Maqdis di Palestina.
Dengan kekuasaan Allah SWT., selanjutnya terus naik kelangit hingga ke langit satu, kedua, ketiga, keempat, kelima, keenam, ketujuh dan terus naik lagi sampai ke Sidratul Muntaha hingga sampailah pada suatu tempat yang bernama Al-Mustawa.
Perjalanan bersejarah itu, merupakan salah satu mukjizat besar Nabi Muhammad SAW., karena pada masa itu tidak satupun manusia di dunia yang sanggup untuk melakukan perjalanan seperti itu.
Kejadian luar biasa itu, diketahui, dikenang oleh seluruh kaum muslimin yang telah beriman, tercatat dalam Al-Qur'an, hadits dan dapat diambil hikmah-hikmahnya hingga sekarang bahkan sampai kiamat.
Mi'raj telah dilakukan Nabi SAW dalam keadaan terjaga, berangkat dengan tubuh, jasmani, dan rohaninya. Tidak dalam keadaan mimpi maupun hanya angan-angan ilusi maupun halusinasi, pemahaman ini diperkuat oleh banyak hadits shahih dan pernyataan yang sangat jelas dalam Al-Qur'an.
"Dan tidak kami jadikan ru'ya (penglihatan) yang kami perlihatkan kepada engkau Muhammad, melainkan sebagai cobaan/ujian bagi manusia"
Maksud ru'ya dalam ayat diatas menegaskan bahwa segala sesutu yang di lihat oleh Nabi SAW dalam mi'raj itu nyata adanya, apabila di kabarkan kepada umum menjadi ujian atas keimanannya.
Apakah mereka yang mendengar kisah Nabi SAW itu percaya (beriman) ataukah justru sebaliknya ingkar dan berbalik menjadi kafir. Untuk dapat mempercayai-nya dibutuhkan keimanan yang sangat kuat dalam hatinya, tidak cukup dengan akal saja.Â
Semua kejadian dalam Isra dan Mi'raj-nya Nabi Muhammad SAW., sesungguhnya dalam kerangka menguji dan mengukur ketebalan iman seseorang manusia.Â
Sebab tanpa adanya iman yang tertanam dalam hati sanubari, manusia akan tersesat seperti orang yang hanya mampu mengukur sebuah kebenaran bersandar hanya pada akal semata, yang pertama mencontohkan cara pandang demikian adalah Iblis yang terus mengajak manusia agar sesat dan masuk neraka.
Peristiwa Isra wal Mi'raj merupakan awal diturunkannya perintah untuk mengerjakan shalat 5 waktu bagi setiap kaum muslimin, yang pada sebelumnya 50 waktu dalam sehari.
"Pertama yang diwajibkan atas umatku ialah shalat (sembahyang) lima waktu. Dan permulaan amal umatku yang diangkat adalah shalat, serta permulaan yang akan ditanya kelak di hari pembalasan tentang amal umatku yaitu shalat (sembahyang 5 waktu)"
Beberapa perihal penting yang harus senantiasa di perhatikan dalam melaksanakan ibadah shalat 5 waktu bagi seluruh kaum muslimin yaitu :
1. Shalat dimulai dengan takbir dan ditutup dengan salam, hal ini memberikan pengajaran kepada segenap kaum muslimin bahwa keselamatan, kedamaian, kebahagiaan, dan kesejahteraan hidup hanya bisa dicapai jika bersedia mengabdikan diri pada Allah SWT., dengan menerima dan menjunjung tinggi petunjuk ilahi sebagai landasan, pedoman dan tuntunan dalam hidupnya.
2. Arah dan kiblatnya harus sama, yaitu lurus kearah ka'bah dimana pun shalat dilakukan, tidak boleh sedikitpun bergeser atau menyimpang dari arah kiblat. Kandungan filosofinya, memberikan pengajaran kepada segenap kaum muslimin agar selalu hidup selaras dan sesuai dengan landasan hidupnya yaitu Al-Qur'an dan Sunnah Rasulullah SAW.
3. Shalat, jika tidak ada halangan yang sangat urgent maka harus dilakukan secara berjama'ah dan berimamah. Maksudnya bahwa dalam shalat terdapat pengajaran penting serta pembiasaan bagi kaum muslimin agar senantiasa memelihara persatuan dan kesatuan, kekompakan, kerapian, kedamaian, ketertiban dan membiasakan agar selalu hidup terorganisir dengan baik.Â
4. Shalat mesti dilakukan dalam keadaan serba bersih badan, pakaian maupun tempat. Terbebas dari najis dengan niat dan hati khusyu yang penuh rasa ikhlash, bersih dari segala bentuk kesombongan (riya), semua aurat harus tertutup sehingga dirinya bersih dari segala hal yang menurunkan martabat maupun kehormatannya.Â
Menurut keterangan dalam hadits diatas, siapa yang dapat menjaga shalat lima waktu selama hidupnya, maka Allah akan memulyakannya dengan 5 perkara :
1. Akan terhindar dari kesempitan hidupnya.
2. Terhindar dari adanya siksa di dalam kubur.
3. Buku catatan amal selama hidupnya di dunia, diberikan dengan tangan kanannya.
4. Mampu berjalan diatas shirat (jembatan di akhirat kelak) bagaikan kilat.
5. Masuk syurga tanpa adanya hisab.
Maka, orang yang mampu melaksanakan shalat 5 waktu pada setiap harinya akan mendapat kemulyaan sebagaimana tertera dalam hadits diatas, apalagi jika disertai dengan pemaknaan, penghayatan dan pengamalan yang mendalam dari perintah shalat tersebut.Â
Kesemua ini, memberikan arti agar segenap kaum muslimin senantiasa berupaya dalam melakukan pembersihan diri selama perjalanan kehidupannya, mensucikan akidah (keyakinan) dari segala macam kurafat dan syirik, terhindar dari segala bentuk riya, bid'ah, dan sombong.Â
Membersihkan perangai dari segala bentuk kotoran dan kekejian, membersihkan hati dari niat-niat jahat dengan segala motif-motif duniawi yang tidak halal yang akan berakibat meruntuhkan martabat serta kehormatan diri selaku manusia, dan tujuan utama dari ajaran islam itu sendiri adalah untuk mengangkat derajat kemuliaan setiap manusia hidup di dunia dan menemui kebahagiaan di akhirat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H