Saat ini, Indonesia menjadi tuan rumah sekaligus presidensi G20 yang merupakan amanah dari 19 negara ditambah satu kawasan ekonomi, Uni Eropa.
Group of twenty (G20) merupakan kerjasama multilateral 19 negara dengan satu kawasan ekonomi di Uni Eropa, yang beranggotakan Indonesia, Italia, Amerika Serikat, Arab Saudi, Afrika Selatan, Argentina, Australia, Kanada, Brazil, India, Inggris, Jepang, Jerman, Meksiko, Republik Korea, Rusia, Prancis, Tiongkok, Turki dan Uni Eropa.
Recover Together, Recover Stronger maksudnya pulih bersama, lebih kuat atau Dari Indonesia, Dunia Pulih Bersama. Itulah tema yang diusung presidensi G20 Indonesia.
Tentunya, menjadi kesempatan yang baik bagi Indonesia untuk menunjukan eksistensinya, kredibilitasnya dan kemampuan dalam kepemimpinan di tingkat global, seraya mengambil bagian agar mampu memanfaatkan sekaligus menyetarakan diri dengan negara-negara maju di dunia.
Melalui presidensi G20, sekaligus negara tuan rumah memiliki kesempatan untuk mengajak negara di seluruh dunia agar bersama-sama mencapai pemulihan yang lebih kuat dan berkelanjutan bagi masyarakat dunia.
Penyerahan presidensi G20 berlangsung di Roma Italia kepada presiden RI Joko Widodo, beliau menyuguhkan tema besar 'Recover together, recover stronger' yang akan mendorong pertumbuhan inklusif, people-centered, serta ramah lingkungan dan berkelanjutan. Hal ini menjadi komitmen utama kepemimpinan Indonesia di G20 saat ini.
Ada tiga prioritas utama yang di munculkan pada pertemuan G20 tahun ini, yaitu :
1. Transformasi digital dan ekonomiÂ
2. Transisi energi berkelanjutanÂ
3. Arsitektur kesehatan global.
Disamping tiga prioritas itu, pembahasan juga mengangkat isu-isu penting seperti ekonomi digital, lingkungan hidup, ketenagakerjaan, kesehatan, perdagangan, investasi, agrikultur dan masih banyak lagi.
Tentunya, pembahasan tingkat tinggi ini harus juga diimbangi dengan realitas yang ada pada kenyataannya di masyarakat, dalam mendukung suksesnya presidensi G20 dengan tuan rumah Indonesia.
Misalnya, sejauh mana belanja sadar lingkungan telah diterapkan dalam kebiasaan berbelanja online di negara kita atau terkait perihal lainnya.
Kita lihat, tidak sedikit pengusaha yang biasa mengirimkan paketnya dengan bungkus plastik yang tebal, jika dibuka paket yang terkirim maka sampah plastiknya segunung terbengkalai dan akhirnya dibuang begitu saja tanpa menyadari adanya efek bahaya dari tumpukan sampah yang terbengkalai begitu saja.
Untuk mengantisipasi pengiriman paket dengan plastik yang tebal, setelah diterima paketnya, alangkah baik jika memikirkan agar sampah plastiknya tidak dibuang sembarangan atau bisa juga kita membakarnya sendiri pembungkus paketnya agar tidak bertumpuk menjadi sampah.
Melalui pembakaran hingga selesai, kekhawatiran bertumpuknya sampah bisa berkurang, sebab jika dibiarkan bergeletakan sampah plastik tidak akan terdaur ulang meskipun ditanam di dalam tanah, ya solusinya ya dibakar sampai habis sampahnya.
Kebiasaan membakar sampah plastiknya setelah paket diterima, menyebabkan lingkungan alam disekitar dapat terbebas dari tumpukan sampah plastik dan suasana keseimbangan alam akan lebih harmonis jika seluruh masyarakat memahami arti penting dari belanja sadar lingkungan.
Dengan kebiasaan segera mengantisipasi hal-hal kecil seperti itu, seolah kita selaku bangsa Indonesia ikut mendukung dan mensukseskan Indonesia sebagai tuan rumah yang sekaligus presidensi G20.
Inilah saatnya bangsa dan negara kita memperlihatkan citra yang baik kepada negara-negara lain dan memberikan teladan terhadap dunia internasional.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H