Kemudian dia menyatukan kekuatan perasaannya, yang selanjutnya dirinya mengatakan bahwa akal manusia adalah sesuatu yang hebat dan luar biasa. Akal tersebut mulai bekerja seketika saat orang itu lahir dan tak pernah berhenti sama sekali terkecuali ketika berdiri untuk berceramah di hadapan masa yang begitu banyak.
Sebenarnya tindakan itu mengikuti perasaan yang ada, namun kedua hal itu secara hakikat datang berurutan dan saling melengkapi. Maka dengan menundukan tindakan kepada aturan yang dikuasai oleh kemauan secara langsung akan dapat mengatur perasaan yang dikuasai oleh kehendak itu.
Ketika menerapkan hal itu pada "penyakit malu" dalam berceramah dihadapan orang lain, kita perlu mengungkapkan rasa berani untuk mengalahkan rasa takut tersebut.
Bertindaklah dengan sikap seakan-akan  memiliki keberanian yang hebat. Gunakanlah kehendak seluruhnya untuk tujuan ini, niscaya rasa takut yang ada dalam diri akan segera tergantikan oleh rasa percaya diri yang dihasilkan oleh keberanian itu.
Bersiap-siaplah saat dituntut untuk berceramah, karena jika tidak siap maka keberanian yang ada sama sekali tidak akan menolong dalam menguasai seni berceramah di hadapan orang lain.
Saat anda mengetahui dengan pasti yang ingin disampaikan, maka katakanlah. Ambilah nafas dalam-dalam dan penuhi paru-paru dengan udara sebelum anda menghadapi orang banyak.
Jangan heran jika anda mengetahui bahwa oksigen yang dihirup dalam paru-paru akan membantu menumbuhkan keberanian, menguatkan anda, dan menghilangkan banyak sekali rasa takut.
Setelah itu, anda harus melihat para pendengar, berceramahlah dengan penuh rasa percaya diri kepada mereka dengan cara seakan-akan anda telah memberikan mereka pinjaman uang dan saat itu akan menagihnya.
Sesuatu yang alami jika manusia pada saat pertama kali tampil berceramah menghadapi orang banyak akan merasa gugup dan takut, namun perasaan gugup itu akan diikuti pula oleh rasa berani.
Orang yang cerdas, tentunya mereka yang berani ketika rasa takut itu datang. Maka dalam beberapa waktu kemudian keberaniannya itu akan menjadi hakikat bagi dirinya, walaupun sebelumnya dia hanya berpura-pura berani.
Dengan demikian, latihan berceramah di hadapan umat manusia akan membuat seseorang menjadi lebih berani seiring waktu. Keberanian itu akan tercetak dalam dirinya, sehingga menjadi bagian dari kepribadiannya.