Manusia manapun tidak dapat dianggap dirinya cakap dan piawai dalam berbicara, selama belum mampu memindahkan pikiran-pikirannya pada orang lain.Â
Belumlah dapat dianggap pandai dalam bertutur kata, jika tidak dapat memberikan pengaruh positif untuk menciptakan kesan yang baik kepada orang yang diajak bicaranya.
Tentu, ketidakcakapan tersebut tidak akan membuat anda bisa menerima pikiran-pikiran yang dia lontarkan. Andapun pasti tidak merasa puas dengan ucapannya.
Padahal, inti dari sebuah komunikasi adalah menyampaikan pikiran kepada seseorang atau orang lain secara baik, diterima dan jelas adanya supaya orang itu tertarik dan mengerti.
Misalnya dalam dunia perdagangan, seorang salesman harus bisa meyakinkan orang lain bahwa barang yang ditawarkannya merupakan sesuatu yang penting baginya. Meskipun sebenarnya produk itu, belum tentu berguna bagi orang tersebut.Â
Dengan ucapan yang baik, jelas, pelayanan sempurna, atau bahkan iming-iming potongan harga akan lebih memudahkan untuk mempengaruhi pendengarnya.Â
Dengan demikian, orang itu menjadi merasa puas dan menerima akan penuturan salesman itu, yang akhirnya dia pun membeli barang yang ditawarkannya itu.
Kemampuan memindahkan fikiran menjadi fokus utama bagi seni berbicara dan berdialog dengan orang lain. Tingkat perubahan yang positif pada kondisi pendengarnya merupakan ukuran yang paling penting dalam sebuah keberhasilan dalam memindahkan pikiran-pikiran.
Pengetahuan itu dapat diperoleh dengan melalui memindahkan pikiran pendengar kedalam ucapan anda dari satu kondisi ke kondisi lain yang ingin dicapainya.
Jika pemindahan pikiran melalui kata-kata itu ternyata sulit, maka bisa ditempuh dengan cara lainnya. Misalnya, dengan berkomunikasi melalui perasaan, intelektualitas, jasmani, ataupun ketiganya sekaligus. Biasanya teknik itu akan lebih mengena.