1. Hubungan Bersifat Vertikal, antara Hamba dan Tuhannya.
Saat itu, semalaman kaum muslimin menunjukan rasa syukurnya dengan terus menerus memuji akan keagungan Allah SWT, melalui kalimat takbir yang dikumandangkan, berharap melalui kasih sayang dan ridho-Nya dapat meraih kebahagiaan dunia maupun akhirat.
Saat pagi tiba, tanpa merasa lelah mereka bergegas untuk melaksanakan shalat Idul Adha sebagai bukti penghambaan dan rasa cinta melalui hubungan vertikal antara hamba dan Tuhannya.
2. Hubungan Bersifat Horizontal, Antar Sesama Manusia
Setelah selesai shalat Ied, kaum muslimin juga bergegas dengan giat dan penuh semangat melaksanakan prosesi penyembelihan hewan kurban sebagai bentuk nilai keimanan, rasa cinta dan bersyukur terhadap nikmat-nikmat yang telah diberikan-Nya.
Hewan yang sudah disembelih, lantas di olah mentah, di cingcang dan dikemas, yang selanjutnya dibagikan kepada masyarakat sekitar tanpa pandang bulu, semuanya mendapat jatah secara merata daging segar hewan kurban.
Terlihat sangat jelas, bahwa ternyata perayaan Idul Kurban telah memberikan teladan agar kita semua memiliki jiwa yang suci, kebersamaan dan semangat berbagi terhadap sesama manusia.
Pada pelaksanaannya pula, terdapat nuansa kesalehan sosial yang terkandung di dalamnya, dimana terjadinya saling berbagi tanpa pamrih dan saling memberi antar sesama dengan ikhlas sebagai bentuk kasih sayang yang sejati, karena semuanya terlaksana sesuai ajaran dari yang maha kuasa, tuhan yang maha esa... Allah SWT.
Keberadaan 2 Dimensi Kesempurnaan Idul Adha, telah menyebabkan terjadinya keseimbangan hubungan ibadah Lillahi ta'ala yang saling menguatkan antara keduanya yaitu "Hablumminallah" dan Hablumminannas", yang merangkum kesempurnaan hidup manusia itu sendiri.
Keteladanan mengagungkan Ied Mubarak yang penuh berkah ini, di perlihatkan oleh pondok pesantren Arafah Cendekia Garut dibawah kepemimpinan Dr. KH. Dede Hidayat, M.Ag. bersama para guru, santri/santriyahnya dan warga sekitarnya.