Mohon tunggu...
Anton 99
Anton 99 Mohon Tunggu... Dosen - Lecturer at the University of Garut

Express yourself, practice writing at will and be creative for the benefit of anyone

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Uniknya Menikah di Bulan Ramadhan

29 April 2021   23:56 Diperbarui: 30 April 2021   00:20 1615
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar : Prosesi aqad nikah kedua mempelai (Dokpri)

Bulan suci Ramadhan merupakan saat-saat kaum muslimin menumpahkan rasa rindunya terhadap Tuhan yang maha esa dengan cara memperbanyak ibadah dan amal perbuatan yang baik.

Pada bulan ramadhan kebanyakan kaum muslimin dan muslimat sibuk berlomba-lomba melaksanakan amal ibadah selain berpuasa di siang hari mulai dari habisnya waktu imsak sampai datangnya waktu adzan Maghrib berkumandang.

Selain berpuasa seharian penuh mereka juga memperkuat amalan ibadah shalat lima waktu beserta ibadah sunah lainnya, shalat taraweh sehabis isya dan melaksanakan tadarus Al-Qur'an baik secara berjama'ah di Mesjid maupun bersama keluarga dirumah.

Ada yang yang unik terjadi di bulan suci ramadhan tahun ini pada keluarga besar, yaitu salah satu keponakan dengan tekad yang kuat dan semangat yang tinggi melangsungkan pernikahan meskipun hanya di hadiri oleh keluarga inti saja dan tanpa adanya perayaan seperti biasa layaknya suatu pernikahan.

Ceritanya seperti ini, suatu hari datanglah sang paman menemuiku. Saat beliau datang sempat heran juga karena terlihat begitu khusyu dan terkesan resmi, akupun menyambutnya dengan lapang dada lantas bertanya ada apa gerangan datang begitu serius paman? 

Maka sang paman menjawab bahwa ia akan menikahkan anak pertamanya esok hari tepatnya hari ke-13 bulan puasa ini. Akupun bertanya: lho kenapa menikahkan anak-anak ko bulan puasa? apakah tidak akan menunggu dulu sampai selesainya bulan ramadhan setelah Idul Fitri saja?

Beliau menjawab dengan penuh percaya diri, bahwa keputusan keluarga bersama pihak keluarga calon mempelai istri telah sepakat untuk melangsungkan pernikahan saat bulan suci ramadhan ini dengan alasan:

1. Bulan suci ramadhan adalah bulan yang penuh berkah, diharafkan pernikahan ini mendapat keberkahan yang lebih sempurna lahir batin terutama bagi kedua mempelai.

2. Sebelumnya pihak keluarga telah datang kepada ahli agama dan orang yang dituakan, ternyata jawabannya menikah di bulan ramadhan sangat baik dan beliaupun merestuinya serta siap mengantarkan sampai selesainya pernikahan.

3. Semakin sempurnanya ibadah di bulan suci ramadhan dengan menghalalkan kedua pasangan yang sedang dimabuk cinta bagi kedua mempelai disamping keinginan untuk mendapatkan kesan yang berbeda dibanding pernikahan pada umumnya.

4. Biaya resepsi dapat di alihkan untuk memperbesar nilai mas kawin yang nantinya akan lebih bermanfaat bagi mempelai wanita yang di nikahi, selain akan mengangkat gengsi pihak mempelai pria dengan pemberian mas kawin yang lebih besar.

5. Secara finansial dapat diminimalisir karena keluarga besar, handai taulan dan masyarakat yang hadir dibatasi dengan alasan berpuasa dan masa pandemi covid-19 yang belum berakhir, sehingga mereka banyak yang fokus berpuasa serta mengisi berbagai amal ibadah di bulan ramadhan, maka jika tidak hadir pun akan dimaklumi.

6. Dan masih banyak lagi alasan dari kebaikan dan berkahnya bulan suci ramadhan yang diyakini sarat penuh makna bagi kaum muslimin, sehingga pernikahan akan tetap dilaksanakan.

Setelah berbicara panjang lebar, akhirnya kami pun memakluminya dan siap untuk merestui kedua mempelai serta menghadirinya dari awal pernikahan sampai kata "sah" dikumandangkan oleh para saksi yang menandai suksesnya pernikahan.

Tibalah hari pernikahan itu, tepatnya saat berpuasa di hari yang ke-13 yaitu hari Minggu kami pun berkumpul bersama kedua mempelai, kedua keluarga calon pengantin, penghulu, para saksi, tokoh masyarakat dan undangan lainnya.

Gambar : Serah terima pihak keluarga (Dokpri)
Gambar : Serah terima pihak keluarga (Dokpri)
Waktu menunjukkan pukul 16.00 sore hari, dimulailah prosesi pernikahan dengan Khidmah, acara dipandu oleh protokol nikah yang selanjutnya dipersilahkan perwakilan keluarga mempelai istri untuk menyampaikan pembicaraannya kemudian di susul oleh perwakilan dari pihak calon mempelai pria untuk berbicara menyampaikan maksud dan tujuan kedatangan baiknya untuk menikahi mempelai perempuan.

Setelah kedua keluarga sepakat dalam pembicaraan itu, dimulailah sang penghulu melangsungkan aqad nikah kedua mempelai yang diakhiri dengan ucapan "sah" oleh kedua saksi resmi dengan suara yang mantap, maka para hadirin pun bertepuk riuh memperkuat pernyataan para saksi dalam prosesi pernikahan itu.

Tanpa terasa waktu telah menunjukkan pukul 17.50, terdengar suara adzan Maghrib berkumandang dari mesjid-mesjid sekitarnya. Suasana haru dan bahagia menyelimuti semua orang yang hadir terutama pihak keluarga dan kedua mempelai.

Sepertinya semua yang hadir lupa akan rasa lapar berpuasa waktu itu karena suasana yang Khidmah saat prosesinya dan kebahagiaan telah menyelimuti keadaan semuanya, apalagi ketika terdengar kata sah yang disusul riuhnya ucapan "Alhamdulillah" dari semua yang hadir saat itu.

Pembawa acara mempersilahkan kedua mempelai untuk berdiri saling berhadapan secara berdekatan seraya memberikan isyarat kepada mempelai laki-laki untuk mengecup kening sang mempelai wanita.

Maka terjadilah "Cup!" sebuah kecupan hangat yang mendarat begitu mantap nan mendalam dikening putihnya mempelai wanita, lantas dipeluklah erat-erat tubuh istrinya dengan penuh rasa bahagia yang terlihat dari sorot mata mempelai pria itu.

Keluarlah air mata sang mempelai perempuan, karena rasa bahagia dan haru bercampur menjadi satu menyelimuti dirinya yang telah sah dinikahi oleh laki-laki pujaan hatinya, terdengar lembut ucapan manis dari bibirnya "aa... inilah hari yang sangat membahagiakanku yang akan kita kenang sepanjang hidup ini...I Love You...semoga pernikahan kita di bulan suci ramadhan ini menjadi penyempurna ibadah dan hidup kita". 

Setelah selesai berbuka dan makan bersama, kami pun sekeluarga dari pihak mempelai laki-laki berpamitan untuk pulang meninggalkan tempat dilaksanakannya pernikahan yang sakral itu dan membiarkan kedua mempelai untuk menikmati suasana kebahagiaan setelah pernikahannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun