Kayu Kaboa Sancang, pohon ini terlihat berada di tengah-tengah lautan jika dipandang dari bibir pantai, uniknya pepohonan ini berkumpul mirip bambu seperti pohon yang biasa hidup di rawa-rawa dan tidak seperti pepohonan pada umumnya yang semakin tua akan terus membesar.Â
Akan tetapi pohon kayu Kaboa ini tidak pernah membesar melebihi ukuran betis manusia meskipun usianya telah lama dan tua serta tingginya pun sedang-sedang saja tidak seperti pohon bambu atau pohon kayu lainnya, akan tetapi tumbuh banyak dan hanya berkumpul pada satu tempat saja.Â
Konon menurut cerita pada setiap ruas kayu kaboa, berdiam seekor harimau gaib yang tidak terlihat oleh mata biasa, akan tetapi dapat dirasakan oleh kepekaan diri, pangrasa, kepekaan spiritual yang dimiliki setiap orang.Â
Katanya harimau Sancang yang tidak terlihat ini akan selalu menjaga siapapun pemilik kayu Kaboa Sancang yang menyimpannya dan memeliharanya dengan baik.
Sekumpulan pohon unik ini hanya tumbuh dan berada di hutan pantai Sancang Kecamatan Cibalong Kabupaten Garut Provinsi Jawa Barat, ia hidup sekira 500 meter dari bibir pantai.Â
Tepatnya di bawah genangan air laut yang berombak, akar-akarnya tumbuh kuat merambat diatas karang yang bercampur dengan pasir yang berada di dasar air pantai tersebut.
Jika ingin mengambil pohon kayu Kaboa, maka harus berenang melewati genangan air laut yang cukup dalam dan sedikit berombak atau memakai sampan nelayan untuk menuju ke pusat berkumpulnya tumbuhan pohon kayu ini.Â
Setelah melewati genangan air laut yang kira-kira beberapa ratus meter dari bibir pantai pesisir laut Sancang, maka akan sampailah ke sekumpulan pepohonan Kaboa Sancang yang sangat melegenda ini.
Menurut cerita warga masyarakat disana, kayu Kaboa Sancang merupakan pohon mistik yang unik dan ajaib pada setiap ruasnya memiliki energi gaib dan bertuah.
Keistimewaan spiritualnya sudah tidak diragukan lagi karena telah banyak orang yang membuktikannya terutama tokoh-tokoh masyarakat terdahulu dan ahli spiritual.Â
Keistimewaannya pohon kayu kaboa oleh orang tua dahulu diyakini untuk penjagaan dan keselamatan dari berbagai gangguan lahir (fisik) maupun batin bagi pemiliknya atau bagi setiap orang yang menyimpan dan menggunakan kayu ini.Â
Kebetulan kakek tinggal di desa Karyamukti yang tidak jauh dari hutan pantai Sancang, di desa itu kami tinggal bersama kakek dan nenek sejak usia setahun sampai menamatkan sekolah dasar (SD), tepatnya di SDN Cibaregbeg yang berlokasi dekat dengan alun-alun kecamatan Cibalong kabupaten Garut.
Keberadaan kakek dan Nenek semasa hidupnya dikampung, memang seringkali dikunjungi oleh tokoh masyarakat, ajeungan, dukun, ahli hikmah maupun ahli spiritual baik dari jauh maupun yang dekat, biasanya mereka datang untuk bersilaturahmi, persaudaraan dan ngobrol-ngobrol kesana kemari.
Termasuk sosok ulama besar Garut yang terkenal memiliki ilmu laduni dan pernah bertemu nabi Khidir KH. Anwar Musaddad (Alm) dan Jawara Garut Mama KH. Yusuf Taudziri (Alm) pun beberapa kali pernah berkunjung.
Sosok kakek kami bukanlah orang hebat, beliau hanyalah seorang kakek tua yang hidup dikampung, semasa muda saat perjuangan kemerdekaan pernah menjadi anggota pembela tanah air (PETA) yang langsung dibawah kepemimpinan Agus Supriadi dan menginduk ke Jenderal Sudirman sang pejuang NKRI.
Nah, pada suatu hari datanglah kerumah kakek seorang tokoh agama yang biasa di sebut 'Ajengan' atau Ustadz, ia datang berkunjung menemui kakek dirumah untuk bersilaturahmi dan "ngadongeng ngaler ngidul" (bahasa Sunda).Â
Yang artinya bercerita kesana kemari, sambil merekatkan tali silaturahmi. Hal seperti ini sudah menjadi kebiasaan masyarakat disana dalam menjaga hubungan baiknya.
Ajengan itu bercerita tentang suatu keajaiban mistis yang luar biasa dari sebuah tongkat kayu Kaboa Sancang yang mampu mengusir pencuri dengan kekuatan harimau gaib yang diam di dalam ruas-ruasnya.Â
Kepada kakek dan nenek, ajengan itu bercerita panjang lebar menceritakan pengalamannya nyatanya itu, kami yang sedang kebetulan berada di sana menyimak dengan khusyu obrolan mereka sampai selesai.Â
Konon, suatu malam ketika sedang terlelap tidur ia mendengar sebuah kebisingan dihalaman rumahnya dengan suara "blag-blig-blug" sehingga ia terbangun dan segera membuka pintu melihat situasi halaman rumahnya.
Saat pintu rumah sudah terbuka lebar, maka terlihat olehnya ada dua orang yang sudah terjatuh bergelimpangan diatas tanah sambil terdengar merintih seperti kesakitan, waktu itu segeralah sang ajengan menghampirinya.
Akan tetapi, kedua orang itu malah bangun dan berlari terbirit-birit seperti orang yang sangat ketakutan sambil berucap "ampun, ampun, ampun, ampuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuun...!".
Ajengan itu terheran-heran dan terbengong-bengong melihatnya, tapi karena rasa kantuk yang menggelayut dikelopak mata masih menyelimutinya iapun segera kembali ke dalam rumah sambil geleng-geleng kepala dan melanjutkan kembali tidurnya.Â
Keesokan harinya, tanpa disangka ia melihat di halaman rumahnya itu terdapat bekas kaki manusia dan bercak-bercak darah yang sudah agak mengering, ia heran sambil bertanya dalam hati "semalam itu ada apa gerangan?"Â
Lantas berbicara sendiri seperti seolah bergumam "oh iya, sepertinya dua orang yang malam itu kayak terluka dan melarikan diri pasti maling!", akhirnya Iapun yakin bahwa dua orang yang terlihat berjatuhan dan berlari itu sebagai penjahat (pencuri) yang akan melakukan pencurian, karena memang saat itu dirumahnya sedang memiliki banyak padi hasil panen beberapa hari kebelakang.Â
Ia pun teringat akan tongkat kayu Kaboa Sancang miliknya pemberian dari Kuncen Sancang yang suka di pakainya apabila bepergian dan sudah biasa jika mau masuk rumah sengaja ditancapkan di tanah depan halaman rumah dengan niat sebagai penjagaan.Â
Karena sang ajeungan merasa yakin, bahwa kayu miliknya itu berisi khodam harimau Sancang yang tinggal pada tiap ruas kayu Kaboa Sancang yang sudah dibentuk menjadi sebuah tongkat dengan jumlah ruasnya sebanyak tujuh ruas.Â
Sebagaimana pernah dijelaskan kuncen Sancang kepadanya saat memberikan, bahwa "itek' yang dikasihkan adalah kayu kaboa Sancang memiliki 7 ruas yang di dalamnya berisi 7 harimau Sancang.
Memiliki khasiat nyata untuk penjagaan, daya tolak dan keselamatan bagi pemiliknya dari berbagai gangguan fisik maupun gangguan gaib yang datang kepadanya.
Sang kuncen pernah mewanti-wanti agar itek pemberiannya selalu di bawa kemanapun ajeungan pergi, apabila sampai dirumah agar menancapkannya di halaman atau menyandarkannya di depan rumah.
Amanat dari kuncen itu, ia laksanakan dan sudah menjadi kebiasaan. Berangkat kemanapun itek kayu kaboa selalu dipakai nya dan jika sudah kembali kerumah maka di sandarkan di bagian depan rumah atau ditancapkan di depan halaman rumahnya yang memang masih hamparan tanah merah yang alami.
Beliau ini seorang tokoh agama dan mengabdikan diri pada masyarakat sebagai guru ngaji di kampung dengan nama populer "Abah Empud" atau biasa dipanggil "Ajengan Empud" yang memang suka berkunjung kerumah kakek dan nenek untuk sekedar silaturahim dan bercerita "ngaler ngidul" tentang apa saja yang pernah dialaminya.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H