Kebetulan kakek tinggal di desa Karyamukti yang tidak jauh dari hutan pantai Sancang, di desa itu kami tinggal bersama kakek dan nenek sejak usia setahun sampai menamatkan sekolah dasar (SD), tepatnya di SDN Cibaregbeg yang berlokasi dekat dengan alun-alun kecamatan Cibalong kabupaten Garut.
Keberadaan kakek dan Nenek semasa hidupnya dikampung, memang seringkali dikunjungi oleh tokoh masyarakat, ajeungan, dukun, ahli hikmah maupun ahli spiritual baik dari jauh maupun yang dekat, biasanya mereka datang untuk bersilaturahmi, persaudaraan dan ngobrol-ngobrol kesana kemari.
Termasuk sosok ulama besar Garut yang terkenal memiliki ilmu laduni dan pernah bertemu nabi Khidir KH. Anwar Musaddad (Alm) dan Jawara Garut Mama KH. Yusuf Taudziri (Alm) pun beberapa kali pernah berkunjung.
Sosok kakek kami bukanlah orang hebat, beliau hanyalah seorang kakek tua yang hidup dikampung, semasa muda saat perjuangan kemerdekaan pernah menjadi anggota pembela tanah air (PETA) yang langsung dibawah kepemimpinan Agus Supriadi dan menginduk ke Jenderal Sudirman sang pejuang NKRI.
Nah, pada suatu hari datanglah kerumah kakek seorang tokoh agama yang biasa di sebut 'Ajengan' atau Ustadz, ia datang berkunjung menemui kakek dirumah untuk bersilaturahmi dan "ngadongeng ngaler ngidul" (bahasa Sunda).Â
Yang artinya bercerita kesana kemari, sambil merekatkan tali silaturahmi. Hal seperti ini sudah menjadi kebiasaan masyarakat disana dalam menjaga hubungan baiknya.
Ajengan itu bercerita tentang suatu keajaiban mistis yang luar biasa dari sebuah tongkat kayu Kaboa Sancang yang mampu mengusir pencuri dengan kekuatan harimau gaib yang diam di dalam ruas-ruasnya.Â
Kepada kakek dan nenek, ajengan itu bercerita panjang lebar menceritakan pengalamannya nyatanya itu, kami yang sedang kebetulan berada di sana menyimak dengan khusyu obrolan mereka sampai selesai.Â
Konon, suatu malam ketika sedang terlelap tidur ia mendengar sebuah kebisingan dihalaman rumahnya dengan suara "blag-blig-blug" sehingga ia terbangun dan segera membuka pintu melihat situasi halaman rumahnya.
Saat pintu rumah sudah terbuka lebar, maka terlihat olehnya ada dua orang yang sudah terjatuh bergelimpangan diatas tanah sambil terdengar merintih seperti kesakitan, waktu itu segeralah sang ajengan menghampirinya.
Akan tetapi, kedua orang itu malah bangun dan berlari terbirit-birit seperti orang yang sangat ketakutan sambil berucap "ampun, ampun, ampun, ampuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuun...!".