"Seringkali kita menyaksikan orang berkata baik, padahal sebenarnya mereka tidak baik dan bukan orang-orang yang baik"
Setiap orang pasti merasa senang dan gembira jika dikatakan bahwa ia baik, ia manusia sejati dan ia warga negara yang baik dan bertaqwa. Namun pada hakekatnya yang dapat menentukan adalah aktivitas kesehariannya dalam melaksanakan ajaran-ajaran agama yang bukan hanya terbukti dari ucapannya saja, melainkan benar-benar menjadi kebiasaan dan perilaku dalam kesehariannya.
"Orang yang beriman merupakan produk "Syajarah-Toyyibah" yang akar keimananya terhunjam kedalam lubuk hati yang terdalam, cabang dan rantingnya menerawang keangkasa melindungi alam sekitarnya, yang buah-buahannya segar dinikmati oleh manusia sekelilingnya"Â
Itulah sosok manusia beriman yang sebenarnya, mereka akan selalu menjadi tauladan dalam kesehariannya, memberikan ketenangan pada kehidupan disekitarnya jika dipandang terpancar keindahannya yang membuat hati berdecak takjub, tempat bernaung, bahkan bermanfaat menjadikan kehidupan yang ada disekitarnya baik, dipenuhi keindahan dan kenyamanan.
"Orang yang hanya beriman dibibirnya saja adalah produk "Syajarah Khabitsah" yang akar-akarnya rapuh tak sanggup memikul dahan dan ranting, mudah roboh hanya dengan tiupan angin, ia tidak memiliki kekuatan untuk bertahan lama, ia akan mencelakakan orang-orang yang bernaung dibawahnya bila sewaktu-waktu pohon itu tumbang"
Sedangkan orang hanya beriman dibibirnya saja dapat di ibaratkan sebuah pohon yang jelek, bisa saja tumbuh tinggi menjulang memiliki badan besar serta dahan dan ranting yang panjang akan tetapi didalamnya tersimpan kehampaan karena tidak memiliki pikiran serta hati yang senantiasa di hiasi ajaran agama yang benar, tidak mematuhi syari'at islam dengan baik. Maka sosok manusia seperti ini hanya akan mencelakakan orang-orang serta kehidupan yang ada, karena dalam benak fikirannya hanyalah kepentingan diri semata tanpa menghiraukan kebaikan bagi kehidupan yang ada disekitarnya. Â
Maka untuk mengetahui prosentase keimanan seseorang atau iman diri sendiri bisa digunakan indikator dengan barometer skala, jika memenuhinya maka dapat dikatakan sempurna imannya. Orang yang sempurna tingkat keimanannya akan memiliki identitas sebagaimana dibawah ini :
1. Apabila disebut nama Allah, gemetarlah hatinya.Â
Adapun orang yang menyebut atau mendengar nama Allah atau pula mendengar panggilan-Nya tetapi tiada tanggapan maupun respon yang positif itu berarti perlu segera mengusahakan service hatinya karena kemungkinan ada kotoran yang menghijab (menghalangi) pancaran sinar Allah kedalam hatinya, sehingga telah menyebabkan daya tangkapnya sangat lemah atau bahkan tidak ada.
2. Apabila dibacakan ayat-ayat Allah, maka bertambahlah keimanannya.Â
Hati yang telah beriman akan menyadari bahwa Al-Qur'an adalah pedoman hidupnya, pedoman bagi orang-orang yang bertaqwa dan merupakan petunjuk bagi setiap mukmin serta kebenaran ajaran-Nya tetap mutlaq sepanjang zaman.
3. Senantiasa bertawakal.
Manusia beriman selalu menyandarkan diri dan menyerahkan segala urusan dan usahanya kepada Allah SWT., Memiliki keyakinan yang teguh bahwa suksesnya segala usaha manusia tergantung kepada kehendak Tuhan Yang Maha Esa. Tingginya ilmu pengetahuan dan teknologi  serta pengalaman manusia, tidak dapat menjamin suksesnya usaha tanpa adanya kehendak dari Allah SWT.
4. Aktif menegakan shalat.Â
Seseorang yang telah beriman akan memahami dan menyadari bahwa shalat merupakan tiang agama, bagi mereka shalat menjadi keutamaan yang harus dilakukan dengan sepenuh hati dalam kesehariannya diatas segala-galanya. Â Seseorang yang telah beriman apalagi sudah mencapai derajat taqwa akan memahami bahwa tertinggalnya shalat meskipun hanya satu raka'at berarti terbengkalainya agama.
5. Bersifat dermawan kepada sesama.
Sosok orang yang telah beriman akan selalu berbuat baik terhadap sesama, menolong orang yang sedang kesusahan. Karena ia menyadari bahwa rizki adalah salah satu dari nikmat yang harus di digunakan secara baik, bermanfaat bukan hanya bagi dirinya sendiri akan tetapi dengan rizkinya itu dan bermanfaat pula bagi orang lain dan menyadari pula bahwa pemberian Allah itu bukanlah miliknya secara mutlak, tetapi hanya merupakan titipan yang diamanahkan kepadanya dari Allah SWT.Â
Hidup ini indah jika selalu diselimuti oleh kebaikan, tumbuh dan berkembang nilai-nilai kebaikan dalam kehidupannya, semuanya taat melaksanakan titah yang diajarkan agama dari mulai ucapan, perbuatan, pola fikir, tingkah laku maupun cita-cita besar yang tertata dalam nilai-nilai kebaikan melalui hubungan setiap insan terhadap tuhannya, sesama manusia dan alam sekitarnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H