Ibu Pertiwi semakin susah hatinya, karena ada garuda liar yang dengan kebenciannya, membakar hutan-hutan dan tanah-tanah, dari Sumatera, Kalimantan, NTB sampai Papua. Dari mulut garuda ini, keluar hawa panas busuk, membakar hutan-hutan.
Ibu Pertiwi semakin susah hatinya, karena ada mushola dan gereja yang diruntuhkan oleh hati-hati penuh kedengkian. Beruntung, ada garuda sejati, yang cepat menenangkan hati rakyat. Ibu Pertiwi jangan cemas, ada putramu, yang menjaga nusa dan bangsa.
Ibu Pertiwi sedang gundah, putri baiknya dianiaya. Cerminan dirinya sedang diinjak-injak.
Hanya saja, Ibu Pertiwi, putramu itu, memohon doa restu dan berkahmu, supaya berhasil mengarungi angkara murka penuh kebecian dan kepicikan. Kata orang, api yang memurnikan emas. Biarlah putramu, menjadi murni dan berkilau, seperti emas murni.
Ibu, kami tetap cinta, kami akan setia, menjaga harta pusaka, untuk nusa dan bangsa.
Â
Malam berasap, di kota Medan.
Tentu saja, salam asap.
Anto Medan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H