Mohon tunggu...
ANTIKA ROSIANI
ANTIKA ROSIANI Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kenangan Tak Lekang Waktu

7 Maret 2019   11:14 Diperbarui: 7 Maret 2019   11:25 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bel masuk sekolah berbunyi. Hawa dingin masih menyelimuti pagi, kabut menutupi pegunugan yang indah. Pagi yang dingin ini tiba- tiba membuatku terusik. Yap, dia melihatku. Seketika itu juga jantungku berdebar seakan- akan bisa meledak begitu saja. Mata kami saling melihat satu sama lain.

Ya perkenalkan namaku Keira, anak kelas 9A yang tidak hitz dan tenar diantara teman- teman. Pagi itu bermula dari aku yang melihat dia dihukum karena terlambat masuk sekolah. Wajar saja karena di sekolahku SMP N 56 Cempaka setiap hari Jum'at mengadakan acara jalan sehat. Sehingga kami harus datang lebih awal, yaitu pukul 06.30 untuk bisa menghindari hukuman.

Dia dengan senyumannya yang sangat tulus dan tanpa beban berhasil membuatku tertarik kepadanya. Walaupun kami teman sekelas namun aku tidak terlalu dekat dengan pria. Walaupun jumlah murid pria di kelasku terancam punah, hanya ada 5 orang. Namanya adalah Danu seorang yang berhati baik, soleh, pintar, dan murah senyum jadi wajar saja banyak cewek yang mengejarnya.

Setiap hari Danu selalu datang menuju ke kelas dengan senyumannya itu. "Sangat menjijikkan dan sok" menurutku. Seakan dia dikenal dan disukai banyak orang dia membuatku semakin jijik dengannya. "Aku kesal, bukankah dia terlalu tebar pesona" ucapku kepada teman sebelahku Jian.

"Keira?" seperti ada yang memanggil namaku. Aku menoleh kebelakang dan ternyata dia, Danu. Dengan suara yang berat aku menjawab dirinya "Hhh... iya ada apa".

Dengan senyumannya yang murahan itu dia menjawab "Tidak, hanya ingin memanggil saja" dasar tidak berguna, apa maksudnya dengan begitu. Suasana menjadi hening seketika hingga akhirnya Jian datang menuju ke kelas setelah pergi jajan. "Jian kamu sudah selesai pergi dari kantin sekolah," untuk mencairkan suasana saja, Jian mengganguk dengan malu.

Jam istirahat telah berakhir dan pelajaran kali ini adalah Pendidikan Agama Islam. Kami segera mempersipkan diri untuk berdoa terlebih dahulu (aturan dalam pelajaran agama). Tidak lama kemudian Bu Nia datang dengan membawa buku penilaian. Hari ini kita akan praktik membaca Al-Quran. Kita mulai beringsik menanadakan tidak terlalu setuju dengan Bu Nia "Bu tidak usahlah kitakan belum persiapan" berusaha mencari alasan agar tidak jadi praktik.

Dengan sangat jelas suara lantang terdengar dari belakang tempat duduk "Saya setuju bu. Apakah kita harus mempersiapkan lagi hal yang biasa kita lakukansehari- hari?" rupanya Danu sok sekali dia. "Kalau begitu kamu maju dulu saja Nu" tidak ambil lama dia langsung mengeluarkan Al-Quran dari dalam tasnya dan melangkah menuju ke depan. Dia membuka satu persatu halaman hingga akhirnya berhenti pada suatu halaman dia mulai membaca. Tiba- tiba suasana menjadi hening seketika. Hembusan angin seakan terdengar dengan jelasnya melalui telinga.

Danu mulai membaca Al-Quran. Aku mulai terkejut, "Wow rupanya suaranya sangat indah tidak heran jika dia sangat percaya diri," apa yang aku lihat sehari- hari ternyata tidak selalu menggambarkan sifat seseorang. Pemikiranku salah selama ini, aku pikir sifat asli seseorang akan muncul dalam konteks kehidupan sosial. Aku memikirkannya berkali- kali hingga tidak sadar bahwa Danu telah selesai membaca Al-Quran. Dia melewati jalan di sebelah mejaku dengan senyuman yang terpancar dari wajahnya. Seketika juga aku tersadar seakan angin kencang telah melewatiku, aku tersentak. Waktu seakan berhenti, segala yang ada di sekitar tak bergerak sejengkalpun. Aliran darahku bergerak degan cepatnya, jantungku berdetak tanpa berhenti. Bagai terdengar suara detak jantungnya aku merasakan bahwa detakan jantung kita seirama saling mengalun beriringan.

Tak kusadari mulai tumbuh rasa di antara kita, aku menyukainya. Rasa ini tidak dapat dihalau dan dicegah, timbul begitu saja entah karena apa. Apakah kalian pernah merasakan yang namanya cinta? Mungkin setiap orang melalui cara yang berbeda, namun menurutku kisah cintaku ini sangat berbeda dengan kisah cinta yang pernah aku dengar dari teman- temanku.

Kami mulai memiliki perasaan satu sama lain. Bukan perasaan yang biasa antara teman, namun perasaan yang melebihi pertemanan. Setiap kami berpapasan, hatiku seketika berdetak dengan cepat. Dia selalu membuang senyum kepadaku setiap kali berpapasan, sehingga rasa ini menjadi semakin sulit untuk dipendam.

Perlahan- lahan Danu mulai mendekatiku. Dia berusaha memberikan pandangan positif terhadap dirinya. "Hei!!Keira apakah kabamu baik?" begitu sapanya kepadaku dengan sedikit senyuman di wajahnya. Teman- temannya mengolok- oloknya dengan menggodanya tentang ada apa di antara kita. Belum sempat menjawab pertanyaanya aku pergi begitu saja dari tempat dudukku. Terlihat wajah yang murung dan tidak enak dilihat dari wajahnya. Seperti orang yang telah tertolak cintanya, dia merenung dipojok kelas. Menyendiri berharap mendapat pencerahan dan dapat beralih hati dariku.

Jian, kulihat dia datang meghampiri Danu, dia memberikan secercah senyuman itu seakan berusaha untuk membujuknya agar jangan bersedih kembali. Jian memberikan isyarat kepada Danu dengan menaruh kedua jari tangannya (ibu jari dan telunjuk) lalu menariknya melebar isyarat untuk menyuruh seseorag tersenyum lebar. Dari mulut Danu terucap "Terima kasih Jiji," baru aku tahu ternyata antara Danu dan Jian memiliki hubungan yang dekat pula.

Tidak terasa sudah lebih dari 1 bulan Danu tidak pernah menyapa diriku. Padahal sebelum peristiwa pada hari itu terjadi Danu selalu menyapaku bahkan dengan senyumannya yang selalu memberi ketenangan. Kali ini kami bertiga berada dalam satu kelompok untuk membuat kerajinan dari bahan bekas terasa canggung di antara kita. Namun setelah beberapa saat kecanggungan itu mulai pecah saat kita mulai membahas tentang pekerjaan kelompok kita. 'Baik kali ini kita akan membuat kerajinan apa?" begitu ucap Danu. Jian menjawab dengan penuh semangat "Bagaimana jika kita membuat bola kristal salju saja". Danu langsung mengiyakan pemikiran Jisan tanpa menunggu bagaimana pendapatku. Sesaat itupun Jian menyentuh tangan Danu memberi isyarat agar dia menunggu sebentar tentang bagaimana pendapatku. "Maafkan, Keira bagaiman menurutmu?" dia menunggu jawabanku dengan penuh kesabaran. Aku langsung menjawab "Menurutku itu adalah ide yang bagus, kita buat saja."

Setelah kita selesai membahas pekerjaan kelompok kita membubarkan diri. Bel berbunyi tanda waktu istirahat telah tiba. Aku keluar kelas untuk membeli makanan, namun ternyata uangku masih tertinggal didalam tas. Aku kembali ke kelas, tanpa sengaja aku melihat Danu dan Jian mereka saling berbincang- bincang berdua. Dari luar aku mendengar bahwa Jian mengatakan seharusnya Danu berperilaku seperti orang biasa kepadaku untuk bisa menjaga perasaanku. Danu mengiyakan perkataan Jian sambil tersenyum. Dalam hati aku tahu bahwa senyuman itu hanya untuk menutupi rasa kekecewaan Danu terhadap sikapku kepadanya dulu.

Seketika itu aku masuk kedalam kelas dan ternyata mereka menyadari keberadaanku. Mereka berdua tersentak "Keira tidak ada apapun diantara kami, maafkan aku," begitu ucap Jian dengan gugup. Aku langsung berbicara "Jadi begini yang kamu sebut teman. Dan apa ini jika kalian bukan pacaran." Danu seketika berdiri menghampiriku sambil berkata "Memang apa salah Jiji? Apakah jika kita berhubungan itu salah, mengapa jika begitu kamu dulu tidak menerima perasaanku?" Aku bingung harus menjawab apa sehingga aku terdiam membisu dan berdiri bagai patung.

Jian datang menghampiriku sambil menarik Danu kebelakang dirinya. Dia terus saja meminta maaf kepadaku, sehingga membuatku menjadi semakin bersalah. Aku pikirkan secara matang- matang kejadian pada hari itu. Satu minggu kemudian setelah kejadian itu aku datang kepada Jian untuk mengucapkan maaf kepadanya atas segala kesalahanku. Itu bukan kesalahannya aku sudah tahu sejak Danu tak pernah menyapaku. Aku tahu bahwa mereka memiliki hubungan khusus sejak melihat Jian membujuk Danu. Dan baru belakangan ini aku baru tahu bahwa Jian memberi beberapa informasi tentangku kepada Danu, yang membuatku sadar bahwa Jian sangat baik dia menjaga perasaanku. Berusaha untuk menutupi hubungannya dengan Danu dan bersikap tidak pernah terjadi sesuatu.

Di sini di perpustakaan sekolah aku berbincang- bincang dengan Jian. Aku meminta maaf kepada Jian berusaha menembus kesalahanku yang dulu kepadanya. Hubungan kita mulai membaik, Danu dan Jian juga berpacaran degan penuh kebahagiaan hubungan mereka langgeng- langgeng saja seiring berjalannya waktu. Tidak terasa kita ternyata akan melaksanakan UNBK dan akan berpisah menuju kejenjang sekolah yang lebih tinggi. Waktu telah berlalu dan akhirnya hari ini tanggal 21 Mei 2019 kita melakukan acara perpisahan.

Dan kini, hari ini, saat ini dan detik ini, 21 Mei 2020. Disaat kita menginjak masa SMA/ SMK aku mengingat kembali masa- masa SMP dulu. Dan sadar bahwa apa yang dilakukan Jian sangat besar, tanpanya mungkin aku tidak akan sadar bahwa aku sangat egois tidak mau mengakui perasaanku. Kesabarannya kepadaku membuatku rindu sosoknya yang kini lamanya 1 tahun sudah tidak bertemu dengan Jian. Dengan ini aku sadar bahwa cinta tidak harus memiliki. Cinta itu suci kitalah yang membuatnya ternodai dengan hal- hal yang negative. Cinta itu tentang perasaan, tidak ada paksaan di dalamnya, tidak mudah dihentikan, dan tidak mudah dipahami.

Kini kita telah menjalani hidup masing- masing berharap akan ada masa depan yang cerah menunggu kita. Namun apakah itu mungkin jika kita tidak mau berusaha dan hanya bermalas- malasan. Zaman terus berubah jika kita tidak dapat bersaing maka kitalah yang akan kalah ditelan zaman. Masa yang lalu memang tidaklah usah diingat, namun belajarlah dari apa yang telah kamu lalui dari masa itu. Dan berjuanglah untuk masa depan dari apa yang telah kamu dapatkan dari masa lalu. Karena pengalaman adalah guru terbaik. Kita tidak tahu apa yang akan terjadi di masa depan, namun jangan sia- siakan waktu dan jalani masa kini dengan hal terbaik yang kita miliki.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun