Habis saya unggah foto perayaan, saya melihat video perempuan pendukung sepak bola yang dijadikan objek oleh komentator bola. Jadi kamera menyorot perempuan-perempuan dan (kalau gak salah si Rama namanya) komentator bilang "Ada sesuatu yang menonjol tapi bukan bakat, ada yang besar tapi bukan harapan Bung Erwin" terus si Erwin ini bodohnya nyaut "Ya, apa itu? Perempuan-perempuan ini ya, yang menghiasi tribun ya". Kemudian si Rama ini ngakak setan dan saya cuma bisa misuh dalam hati karena sedang dalam kereta.
 Di tempat lain ada orang-orang yang bilang bahwa isu tentang perempuan ini tidak penting untuk diangkat. Mereka bilang masih banyak isu yang lebih penting seperti Ominbus Law.Â
Tapi di lain sisi, orang-orang itu mengucapkan "sEl4mAt H4r1 P3rEmpu4n" dengan embel-embel dan kata mutiara yang seolah-olah menjunjung kami. Padahal mereka lebih sering membungkam kami dan menganggap permasalahan kami tidak penting. Hak cuih....
Poin saya di sini adalah, perempuan tidak akan pernah berhenti untuk menyuarakan tuntutannya terutama tentang pelecehan seksual sampai hal-hal tersebut tidak perlu dituntut lagi. Iya kan? Bayangkan deh, oke gak usah dibayangin.Â
Ini kami sudah berkoar-koar untuk melawan pelecehan dan kekerasan seksual saja masih banyak yang belum paham. Tidak hanya masyarakat biasa, tapi akademisi, artis dan komentator bola yang wajahnya jarang terlihat pun tidak paham bagian mana yang perlu dijadikan bahan bercanda dan serius dengan perempuan. Ya Tuhan sepertinya saya tidak bisa meneruskan lagi menulis ini karena masih gondok.
Jadi saya akhiri di sini saja. Sekali lagi selamat Hari Perempuan Internasional. Perempuan Berhak. Perempuan Mampu. Perempuan Maju. Oh ya, sedikit pesan untuk laki-laki yang takut perempuan lebih mampu darinya, "Laki-laki Sejati Melawan Patriarki".
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H