Mohon tunggu...
Anti Dianti
Anti Dianti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Hobi menghayal dan membaca di medsos

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Berfikir Kritis Negatif pada Anak Generasi Alpha (Anak Usia Dini)

13 Desember 2023   21:53 Diperbarui: 13 Desember 2023   22:33 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perkembangan zaman membuat kemajuan teknologi menjadi menggila. Hal tersebut membuat para generasinya menjadi tidak dapat terlepas dari adanya teknologi yang ada. Secara khusus dapat kita ketahui bersama bahwa yang paling dipengaruhi adanya perkembangan teknologi adalah generasi alpha. Generasi alpha adalah mereka yang lahir sebelum tahun 2010. Yeni (2015) menyatakan bahwa peneliti sosial Mark Mc Crindle adalah orang pertama yang menggunakan istilah ini. Selanjutnya dari generasi Z, generasi Alpha atau Gen A adalah anak-anak yang lahir setelah tahun 2010. Mereka adalah generasi yang paling akrab dengan internet sepanjang masa. Anak-anak Gen A diharapkan lebih individualis, kurang bersosialisasi, kurang kreatif, dan lebih tergantung pada perangkat elektronik. 

Mereka juga dapat menjadi terasing secara sosial karena sering menggunakan gawai. Saat ini banyak di jumpai anak-anak usia dini sudah ahli menggunakan serta memanfaatkan gawai yang seharusnya di gunakan oleh orang dewasa. Sama halnya yang terjadi dengan Juko (nama disamarkan) seorang anak yang berusia 5 tahun. Dia di setiap harinya selalu memainkan gawai yang diberikan oleh orang tuanya. Juko kerapkali menonton tayangan di youtube maupun tiktok. Kedua orang tua Juko sibuk bekerja sehingga Juko berada di rumah bersama neneknya.

Juko menonton video-video random yang ada di youtube maupun tiktok. Karena terlalu sering bermain gawai dan menonton tayangan-tayangan yang dapat mempengaruhi emosionalnya, Juko menjadi anak yang suka tantrum jika keinginanya tidak dipenuhi oleh orang tuanya. Selain itu, sikap Juko juga dipengaruhi oleh keadaan dari orang tua Juko yang setiap harinya bekerja, sehingga kasih sayang yang di dapatkan Juko dari orang tuanya masih kurang. Apabila Juko meminta barang atau sesuatu yang dia inginkan, namun tidak dituruti oleh orang tuanya, maka Juko akan menangis dan membanting barang-barang yang ada di sekitarnya. Selain itu, Juko juga akan mengulangi permintaannya di kemudian hari.

Reaksi kompleks yang disertai dengan perasaan yang kuat atau disertai dengan keadaan afektif disebut keadaan emosional. Perasaan (feeling) adalah pengalaman yang disadari yang diaktifkan oleh berbagai perangsang eksternal dan kondisi jasmaniah. Sebuah kondisi yang terangsang oleh organisme dapat didefinisikan sebagai emosi. Ini termasuk perubahan yang disadari, mendalam sifatnya, dan perubahan perilaku. 

  • Karakteristik emosional anak usia 4-5 tahun
  • Anak-anak berusia 4-5 tahun seringkali tidak tenang, penuh ide, bercanda, dan terlibat dalam kegiatan yang berlebihan. Anak-anak dan orang dewasa sering kalah dan bertengkar. Anak-anak sering mengalami tantangan, membangun kepercayaan diri, dan membutuhkan kebebasan. Beberapa anak sangat ribut, gaduh, dan bahkan suka berkelahi, mereka mencoba menantang kesabaran orang dewasa dengan celotehan dan gurauan konyol, percakapan terus-menerus, dan banyak pertanyaan.
  • Perkembangan emosi sosial anak usia 4 hingga 5 tahun diwujudkan dengan mampu memilih kegiatan sendiri, mengendalikan perasaan mereka, menunjukkan rasa percaya diri, memahami aturan dan disiplin, gigih (tidak mudah menyerah), dan bangga dengan apa yang mereka lakukan.
  • Karakteristik emosi dan moral anak umur 6 tahun
  • Pada usia ini, suasana hati mereka berubah dengan cepat. Mereka menjadi sahabat sesaat dan kemudian menjadi musuh besar. Hari ini mereka berlaku manis, tetapi keesokan harinya mereka menjadi tidak kooperatif dan pemarah, terutama terhadap ibu atau pengasuh utama mereka.   Meningkatkan jaringan pertemanan dan tidak terlalu bergantung pada orang tua masih membutuhkan perhatian dan perhatian, tetapi ingin bebas dan membutuhkan pengakuan, ketenangan, dan pujian dari orang dewasa; ingin menyenangkan orang lain, mungkin mengeluh tentang luka kecil dan penyakit kecil untuk mendapatkan perhatian.

Sementara itu,anak-anak prasekolah sering mengalami tantrum, masalah perilaku yang menyebabkan mereka tidur di lantai, meronta-ronta, berteriak, dan biasanya menahan napas. Tantrum adalah alami, terutama pada anak-anak yang belum bisa menggunakan kata untuk mengungkapkan kemarahannya. Kebanyakan tantrum muncul di tempat dan pada waktu yang tepat. biasanya di tempat umum setelah menerima kata "tidak" untuk sesuatu yang mereka inginkan. Saat anak mendapatkan apa yang diinginkannya, tantrum biasanya berhenti.

Berikut beberapa bentuk tantrum dari umur 4 sampai 6 tahun  yang di dapatkan dari hasil wawancara. Adapaun bentuk bentuk tantrum berikut ini:

Berdasarkan penyataan dan teori diatas, maka dapat diketahui bahwa anak-anak generasi alpha adalah anak-anak yang akrab dengan dunia internet, yang tidak dapat terlepas dengan gawai. Selain itu, karena penggunaan gawai secara terus menerus membuat potensi mereka untuk menirukan tindakan dari video-video yang meraka tonton. Dimana, secara teori yang sudah dijelaskan diatas, anak usia dini adalah menirukan apa yang dia lihat. Nah, karena orang tua tidak dapat memberikan contoh, maka mereka mencontoh tindakan dan perilaku dari video-video yang ada di internet. Akan tetapi, video-video yang ditonton oleh anak-anak tidak bisa dikontrol secara otomatis. Banyak video-video yang memperlihatkan kondisi menangis, meronta-ronta, berteriak,dan lain sebagainya. Lalu, bagaimanakah cara agar anak tidak mengalami hal yang demikian itu?

Solusi yang dapat dilakukan adalah:

  • Membatasi anak untuk bermain gawai
  • Memberikan kasih sayang kepada anak
  • Memberikan pola asuh yang baik
  • Mendapatkan parenting dari orang tua
  • Menerapkan kedisiplinan yang sewajarnya

Sumber gambar edit by canva
Sumber gambar edit by canva

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun