Mohon tunggu...
Rudi Haryanto
Rudi Haryanto Mohon Tunggu... Mahasiswa -

sebagai seorang newbie, saya ingin belajar menulis dari kompasianer - kompasianer hebat. semoga impian saya bisa tercapai untuk bisa berkonrtibusi di kompasiana dan juga bisa terus memberikan solusi terkait isu - isu yang sedang berkembang di kalangan masyarakat indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Problematika sesama tukang ojek, ini solusinya!

28 Agustus 2015   13:33 Diperbarui: 28 Agustus 2015   13:33 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(Sumber : Google.com)

Go-Jek, Grabbike ataupun Blu-Jek mungkin istilah ini sudah tidak asing lagi bagi kita. Bisnis per-ojek-an yang mengandalkan aplikasi ini memang sedang menjadi bahan pergunjingan di kalangan masyarakat. Bukan hanya memberikan kenyamanan dan kemudahan bagi para penumpang, akan tetapi juga memberikan tarif yang pasti, tidak seperti tukang ojek pangkalan yang mematok ongkos seenaknya. Nah, akhir-akhir ini beredar kabar bahwa Go-Jek tidak diterima dan dianggap nyosor pendapatan tukang ojek pangkalan. Tak ayal, banyak kekerasan yang terjadi terhadap para pengendara Go-Jek. Lalu bagaimana agar masalah ini bisa selesai? Adakah solusi jitu?

Ini dia, solusi dari pak polisi kita

Kasus yang terjadi belakangan ini perihal penganiayaan pengendara ojek berbasis aplikasi (untuk kepraktisan, selanjutnya disebut Go-Jek) yang terjadi di Bekasi sudah ditangani oleh pihak kepolisian. Menurut polisi, hal yang harus dilakukan agar kejadian seperti ini tidak terulang lagi atau paling tidak meminimalisir adalah dengan menghimbau para pengendara Go-Jek agar tidak mendekati wilayah atau area para ojek pangkalan. Lalu pertanyaannya apakah solusi ini bisa menjawab semua ketakutan yang dialami oleh pengemudi Go-Jek?

Menurut saya tidak,

Hal ini hanya akan sia-sia saja untuk dilakukan. Karena para pengguna Go-Jek tidak bisa terus menerus main kucing-kucingan dengan para ojek pangkalan. Akan terulang lagi kasus seperti ini jika antara ojek pangkalan dan Go-Jek tidak ada suatu ikatan perjanjian, Emm… istilahnya damai lah.

Dan tidak bisa dipungkiri, walaupun para Go-Jek sudah berusaha untuk bisa jaga jarak dengan para ojek pangkalan, tetap saja suatu saat pasti harus melewati area ojek pangkalan. Walaupun pada kenyataannya penumpang yang dibawa Go-Jek, dijemput jauh dari area ojek pangkalan. Miris memang melihat kenyataan ini, inilah yang sebenarnya harus dibenahi, Mental.

Jadi solusi ini belum bisa menjawab permasalahan yang ada.

Jangan sok pinter, emang elu punya solusi yang jitu untuk memecahkan nih masalah?

Disini saya bukan berniat untuk berlagak sok pinter. Saya hanya ingin menyampaikan suatu aspirasi yang mungkin bisa diterima untuk dijadikan sebuah solusi untuk memecahkan masalah ini. Sudah saya sebutkan diatas bahwa untuk memecahkan masalah ini, ga bisa diselesaikan hanya dengan cara main kucing-kucingan. Tetapi harus ada tindakan nyata antara ojek pangkalan dan Go-Jek. Yaitu dengan membuat kesepakatan antara kedua belah pihak. Bisa dengan membagi wilayah atau area penumpang. Misal, para Go-Jek gak boleh nyosor penumpang yang berada di radius, misal, 500 m dari pangkalan.

Tapi vroh, bukankah ini sama aja ya, dengan apa yang dikatakan pak polisi?

Tentu beda, beda jauh. Pak polisi hanya menghimbau agar mereka menjaga jarak dengan para ojek pangkalan, tanpa adanya sebuah perjanjian. Sehingga para ojek pangkalam masih merasa kesal jika dia melihat Go-Jek dengan santainya berseliweran dihadapan mereka. Dan akhirnya, kasus serupa akan terjadi lagi. Nah, dengan dilakukannya perjanjian antara ojek pangkalan dan Go-Jek tentang area penumpang yang jadi wilayah mereka di area tersebut dan tidak akan melakukan tidak kekerasan lagi, serta para Go-Jek bebas berseliweran dihadapan mereka asal tidak mengambil penumpang di area ojek pangkalan. Dengan dilakukan perjanjian ini diharapkan bisa menjadikan hubungan baik antara ojek pangkalan maupun Go-Jek. Lebih dari itu, bisa saja suatu saat ojek pangkalan bisa bekerja sama dengan Go-Jek.

Pertanyaannya, apakah dengan dilakukannya perjanjian akan membuat masalah ini selesai?

Saya tidak bilang kalau menggunakan cara seperti ini semua permasalahan bisa selesai. Bukan, bukan begitu. Memang ada kemungkinan salah satu diantara mereka ada yang melanggar aturan yang telah dibuat. Seperti misal, penumpang. Dari mana kita tahu kalau itu diambil dari area sendiri, bisa saja kan diambil adri area lawan asal tidak ketahuan. Jadi solusi ini juga sepenuhnya belum sempurana serta masih banyak kelemahan.

Hadeh, lalu kesimpulannya apa?

Walupun masih jauh dari kata solusi jitu, tapi saya hanya bisa kasih saran, Berdamailah, kalau emang gak bisa bersaing dengan sehat. Buat perjanjian antara kedua belah pihak yang bisa saling menguntungkan. Jalin kerjasama supaya tidak timbul perselisihan lagi. Satu lagi yang perlu digarisbawahi, khususnya untuk ojek pangkalan, kenapa penumpang lebih memilih Go-Jek?? Karena biasanya para ojek pangkalan sering mematok ongkos se-enak dhewek. Ini alasan utama mereka enggan menggunakan jasa para ojek pangkalan, lebih-lebih ojek pangkalan ada yang ugal-ugalan, membuat para penumpang enggan untuk memilih ojek pangkalan sebagai transportasi alternatif. Belajar lah dari Go-Jek, utamakan kenyamanan penumpang, patok tarif sesuai jarak yang di tempuh. Sehingga penumpang tidak takut lagi untuk naik ojek pangkalan.

Dan tak lupa saya ucapkan terima kasih karena telah meluangkan waktunya untuk membaca tulisan ini.

Terus berkarya untuk Indonesia yang lebih maju

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun