Camilan pengaruh Tionghoa ini sudah boleh dikatakan makanan national kita, hanya saja tidak banyak yang pernah mengetahui sejarahnya.
Tionghoa mempunyai satu hari raya musim setiap 15 hari dalam setahun Imlik, dan setiap hari raya Imlik itu juga diadakan satu hidangan yang chas untuk merayakannya. Disitu lumpia juga termasuk salah satunya, yang berkaitan dengan satu hari raya musim Tionghoa sejak zaman dahulu kala.Â
Disini lumpia adalah hidangan pada hari Ceng Beng, yaitu hari ini tanggal 5 April, hari bagi kalangan Tionghoa menghormati leluhurnya dan setahun sekali keharusan untuk melawat kekuburan orang tuanya.
Bagaimana sangkut pautnya Lumpia dengan Ceng Beng? Ini bisa diceritakan sebagai berikut yang merupakan asal muasalnya lumpia:
Sebelum Ceng Beng merupakan hari perayaan pembersihan makam leluhur Tionghoa setiap 5 April seperti sekarang, hari itu hanya merupakan salah satu hari perayaan musim yang bermaksud penjemputan musim Semi disekitar 104-106 hari setelah Winter Solstice atau Tangci.
Hari ini merupakan sehari libur untuk sekeluarga ber-piknik, yang sudah menjadi kebiasaan sejak lebih dari dua ribu tahun yang lalu, berasalkan dari satu peristiwa yang terjadinya di permulaan abad 7 BC di Tiongkok Semula.
Pada waktu itu Tiongkok Semula sedang terbagi-bagi dalam puluhan negeri adipati di keachiran zaman Dinasti Zhou, yang disebut masa Chun-jiu / Spring-Autumn / Semi dan Rontok, di masa 300 tahun pepecahan Tiongkok Semula pada tahun-tahun dari 770 sampai 476 BC.
Konon ada seorang pangeran dari negeri adipati Jin yang melarikan diri karena perebutan tahta dinegerinya yang terletak dipertengahan Shanxi sekarang, dia jatuh sakit dan terawat baik oleh seorang penduduk disuatu dusun sampai pulih kesehatannya.
Setelah dia kembali ke negerinya dan berhasil merebut kedudukan adipatinya di tahun 638 BC, sebagai Jin Wen Gong, dia baru mengetahui bahwa penyembuhan penyakitnya sewaktu di pengungsian itu, adalah berkat diberi minum obat kaldu yang memakai daging dari pahanya seorang dusun yang yang di kapan hari menolongnya, namanya Jie Zi-tui.
Untuk membalas budi, pangeran Jin Wen Gong menawari orang baik itu, satu kedudukan yang layak di pemerintahannya.