Hari ini tanggal 24 February 2018, adalah tanggal 9 Jia Gwee Imlik, yaitu hari kesembilan setelah Sin Cia.
Mengingat semasa kecil, kita sebagai keturunan Tionghoa, pada mengikuti orang tua asal Hokkian untuk merayakan tradisi sembahyang tebu kekeluargaan dirumah. Ini yang disebut sembahyang Tuhan Allah, Pai Tian Kong dalam kata Tanglang Hokkian.
Perayaan ini adalah perayaan kepercayaan Taoisme dalam rangka Sin Cia, maka pada umumnya sangat diperhatikan oleh orang Tanglang dimana saja.
Menggelar meja sembahyang berwarna merah didepan pintu, ada hiasan sepasang batang tebu dikedua sisi pintu, sesajian khas kue keranjang, dan sekeluarga pada hari inilah mengenakan pakaian baru yang meriah. Pada malam hari inilah membakar kertas mas yang menggunung dan juga menyulutkan mercon bila diperkenankan.
Pada suatu petang hari, ada serangan bandit perompak Wuogou yaitu preman Jepang dari laut yang mendarat ke suatu pedesaan di pesisir Hokkian Selatan.
Untuk menghindari perkosaan dan pembantaian, maka sekampung ini menyembunyikan diri mereka diladang tebu yang tumbuh lebat dikegelapan malam.
Ternyata mereka selamat, entah sebabnya, sewaktu bandit Jepang kerdil yang sudah merampok dan mendekati sampai di ladang tebu tersebut, mereka terus berbalik ke laut, tanpa menemukan penduduk sekampung itu.
Orang sekampung itu baru keluar dari kelebatan ladang tebu setelah merasa aman pada pagi hari. Ternyata hari itu adalah hari ulang tahun Tian Kong, Tuhan Allah dalam kepercayaan Taoisme, dan mereka merasa semestinya telah mendapatkan perlindunganNya semalam tadi.
Sembahyang Tuhan Allah adalah ritual Taoisme sejak purba kala di Tiongkok, tetapi setelah kejadian di pedesaan Hokkian tersebut, Tanglang dimana saja merayakan syukur atas kebesaran dan kemurahan hati Tian Kong Tuhan Allah yang berlimpah kepada mereka.
Sejak itulah memperingati demi keselamatan semalam berlindung di ladang tebu, yang menjadikan budaya sembahyang Pai Tian Kong dengan Tebu, dan sesajian jajan tradisi Hokkian yang berupa Kue Keranjang, Kue Mangkok dan Kue Ku, sebagai ritual yang diturunkan dari generasi ke generasi orang Tanglang Hokkian.