Bagaikan teriakan rock 'n roll Elvis yang memecahkan suara kemerduan Bing Crosby yang basi, seketika itu menjadi geger juga timbullah gempa pencelahan dari kalangan gereja, dan dia dipecat dari jabatan direktur musik gerejanya.
Akhirnya mendapat kemerdekaan dari kekangan gereja dan pindahlah dia ke ibukota musik diwaktu itu, Vienna. Sulit untuk mendapatkan pekerjaan setelah Mozart masuk dalam daftar hitam gereja, maka selain menciptakan musik bayaran untuk pertunjukan privat bangsawan dan orang kaya, juga mulai mengajar, salah satu dari muridnya adalah Beethoven, tetapi penunjang setia dan muridnya yang paling bodoh adalah Leopold II yang naik tahta dalam kerajaan Austria-Hungaria-Jerman keluarga Habsburg di tahun 1790.
Hidup Mozart sangat parah dalam 3 tahun terakhirnya, ketiban Perang Austria-Turki yang membara dan jatuhnya perekonomian dinegarinya, lagi pula dia sudah sakit-sakitan, kecuali masih terus menulis musik bayaran untuk mempertahankan keperluan hidup istrinya yang tetap berfoya, sudah jarang bisa mengadakan pertunjukannya sendiri.
Kebetulan saudaranya Ratu Perancis Maria Antoinette yang di Austria, Raja Joseph II yang gemilang itu wafat, dan adiknya naik tahta menjadi Raja Leopold II, dia adalah murid yang tidak berbakat tetapi sangat cinta piano dan tetap mendukung Mozart, maka memperkerjakan Mozart untuk menciptakan musik iringan dalam upacara pemahkotaannya di tahun 1790.
Mozart mempersembahkan 2 potong konser iringan piano nomor 19 dan 26 dalam pemahkotaan Leopold II di Frankfurt am Main pada bulan Oktober 1790. Dengan demikian konser piano nomor 26 tersebut kemudian dijuluki "Pemahkotaan" (Coronation piano concerto).
Seumur hidupnya Mozart tekun berkorespondensi, selalu surat menyurat dengan Leopold ayahnya, Nannerl saudarinya maupun dengan ibunya dan juga istrinya, Constanze.
Bagaikan catatan harian, dia menceritakan hidupnya dan menuturkan latar belakang setiap karyanya kepada mereka. Surat-surat tersebut sudah dijilid buku Kumpulan Surat Mozart yang bisa digunakan sebagai dasar riwayatnya.
Kepada istrinya, dia menceritakan kesan selesainya mempertunjukkan di istana karya piano konser 26 tersebut pada April 1789, dan karya yang sama itu kemudian juga dipertunjukkan dalam pemahkotaan dibulan Oktober 1790, setahun sebelum Mozart meninggal dunia, maka bukanlah suatu karya yang sengaja disusunnya untuk pemahkotaan melainkan dijuluki begitu karena dimainkan dalam upacaranya.
Setiap komposisi konsernya terbagi dalam 3 potongan yang disebut gerakan (movement), berselingan gerakan yang berirama cepat, lebih cepat atau pelan dan sangat pelan.
Belum jelas mengapa dalam konser piano Pemahkotaan tersebut, Mozart kebanyakan hanya menulisnya untuk pemainan dengan satu tangan kanan saja.
Raja Leopold II memang suka main piano, tetapi tidak bakat, Mozart tidak bisa menolaknya walaupun sangat jengkel pada kebodohannya, karena sekarang sungguh membutuhkan dukungan untuk biaya hidupnya, maka untuk dia dikarangkan sepotong musik yang bernada kekanak-kanakan dalam gerakan ke-2 konser piano Pemahkotaan tersebut, dari dasar watak Mozart, entah dibelakangnya itu apa ada unsur untuk menyenangkan atau untuk menyindir sang raja yang cuma berketrampilan satu tangan saja.