Itu bukan ikatan sembarang syal, tetapi diatasnya ada kata-kata pesanan, supaya jangan lupa pulang dengan selamat, yang ditulis dan diikatkan oleh sang istri maupun kekasih masing-masing sebelum keberangkatan mereka.
Kegagahan pasukan Dalmatian yang mengenakan syal flamboyan dileher mereka menarik perhatian masyarakat Perancis disana. Segera ditiru dan menjadikan mode hiasan pria Paris, dan disebutlah itu “cravate” dari kata aslinya “Hrvat”, yaitu Croatia sekarang.
Demikian juga cravate dijadikan perlengkapan seragam militer Prancis waktu itu, sampai ada peperangan lagi di Steenkerque dimasa Raja Louis XIV sekitar tahun 1692, sekarang syal itu menjadi bentuk pita yang dililitkan di leher dengan ikatan semrawut dan diselipkan dibelakang hem sewaktu pasukan keburu-buru masuk dalam aksi serangan. Gaya itu disebutlah “Steinkirk” dari Perang Steenkerque dan inilah yang menjelma menjadi dasi sekarang.
Ikatan steinkirk perlahan-lahan diperindah sesuai menandakan kejantanan, setelah Peperangan di Waterloo pada tahun 1815, cravat itu pada umumnya sudah disebut “tie” singkatan dari “necktie”, dan dari istilah Belanda-nya “stropdas” menjadi itu dasi.
Sewaktu memburu aurora borealis di Islandia pada permulaan tahun ini, ketemu satu gambar dinding yang mengajarkan cara mengikat dasi, ditepi satu lorong kota Reykjavik. Pada barisan pertama yang ada digambar itu, persis yang diajarkan oleh Mr. Thomas yang mengesankan dalam hidup saya ini.
Tulisan dan sebagian foto oleh: Anthony Hocktong Tjio.
Monterey Park, CA. 13 Juni 2017.
Silahkan juga membaca cerita Memburu Aurora Nan Mempesona di Islandia