Mohon tunggu...
Anthony Tjio
Anthony Tjio Mohon Tunggu... Administrasi - Retired physician

Penggemar dan penegak ketepatan sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Cerita Historis nan Romantis di Balik Lipatan Siomai

6 Februari 2017   03:36 Diperbarui: 6 Februari 2017   16:30 2102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pos Juyong Guan yang paling megah disepanjang Tembok Besar Tiongkok. (gambar Beijing Attractions)

Semalam saya menghadiri perayaan Imlek masyarakat diaspora Indonesia di Monterey Park California. Di antara suguhan hidangannya ada pilihan Siomai Bandung Komplit yang terdiri dari beberapa potong tahu bakso, kentang, gubis dan telur rebus, dan hanya diberi satu biji siomai, dengan iringan bumbu sate. Sajian tersebut mengingatkan asal mula siomai dan satu cerita romantis yang berasal dari kisah berumur 500 tahun.

Siomai Bandung Komplit yang di Monterey Park California. (dokumentasi pribadi)
Siomai Bandung Komplit yang di Monterey Park California. (dokumentasi pribadi)
Makanan kecil khas Tionghoa ini selalu tersedia dalam pilihan dimsum restoran maupun penjual rombong makanan. Tidak banyak orang menyadari bahwa siomai ini dari asalnya adalah makanan muslim. Semula berisi daging kambing yang sampai sekarang pada umumnya masih berisikan daging sapi di Tiongkok.

Di kabupaten Fangcheng Kota Nanyang di barat daya Henan 河南南阳方城 ada permukiman besar keturunan Persia sejak Duta Besar Kaisayah Han, Zhang Qian 张骞membuka Jalur Perniagaan Sutra dari sini ke Uzbekistan, dan menjadi adipati di sini sekitar 2000 tahun lalu. Fang dari nama kota itu yang arti katanya “persegi dadu” diperkirakan mengambil makna dari “Kaaba”.

Di Fangcheng sana pada akhir abad 19 yang lalu, ada seorang Muslim Tionghoa yang bernama Muhammed Bhe Giok Liang 马玉亮 menciptakan makanan kecil yang berupa pangsit. Dia memakai air hangat untuk membuat adonan tepungnya, yang kemudian menghasilkan kulit pangsit yang lebih mulus dan kenyal, diisi campuran cincang daging kambing, rempah dan tepung ketan, lalu dibentuk butiran-butiran yang berupa kok bulu tangkis. Makanan kecil kukusan ini dinamakannya “pangsit kuncung rambut” (撮子包) berdasarkan bentuk jadinya.

Siomai Fangcheng Henan. (dokumentasi pribadi)
Siomai Fangcheng Henan. (dokumentasi pribadi)
Makanan kecil tersebut sebentar saja menjadi tenar sampai di kejauhan, walaupun hanya dalam batas persediaan yang sangat sedikit di warung makanannya. Dia hanya membikin 400 biji, setahun 2 kali saja.

Lama kelamaan mereka merasa nama “kuncung rambut” itu kurang anggun. Lagipula makanan itu terbuat dari kulit tepung terigu yang dikukus 20 menit, maka namanya diganti menjadi sio-mai 烧麦 yang artinya “memasak gandum”. Memang, arti dari kata mai adalah gandum.

Siomai ini sudah tersebar di seluruh Tiongkok maupun dunia, sering menjadi antaran pangsit udang harkaw (siomai isi udang) dalam dimsum di mana-mana. Setelah siomai itu mencapai di Hong Kong, bentuknya menjadi mirip buah delima. Makanan kecil ini menjadi laris dan orang-orang menyebutnya dengan lafal sio-mai yang khas, sehingga terdengar seperti siu-mai 烧卖. Di daerah tersebut, arti dari kata mai itu jual, dan karena masakan tersebut memang laris dijual, maka istilah itu yang dipakai di semua Chinatown, Hong Kong sekarang.

Siu-mai ala Shanghai di Hong Kong yang dihiasi roe telur kepiting. (dokumentasi pribadi)
Siu-mai ala Shanghai di Hong Kong yang dihiasi roe telur kepiting. (dokumentasi pribadi)
Resminya Fangcheng masih menjadi tempat kelahiran dan Muhammed adalah pencipta siomai. Selama 100 tahun ini masih ada di sana pangsit siomai Fangcheng yang asli.

Siomai itu sebetulnya juga mempunyai eyang sejak ratusan tahun sebelumnya. Asal mulanya merupakan makanan orang Mongol di Hohhot yang masuk ke Tiongkok bersama pasukan Kublai Khan sampai di Ibu Kota Xanadu (Beijing) di abad 13 Masehi. Itu disebut shao-mai 稍麦 yang hanya berarti tepung terigu, ini merupakan pangsit daging kambing dalam sup.

Dari shao-mai dan siomai ini pernah terjadi satu cerita romantis. Hal tersebut diketahui dari “Naga Plesir Mengoda Cedrawasih” 游龙戏凤 yakni novel yang menceritakan kisah percintaan seorang raja dengan gadis pemilik warung shao-mai.

Konon 500 tahun lalu di permulaan abad 16 Masehi, seorang jejaka sedang ngelencer ke Propensi Shanxi di baratnya Beijing untuk mencari gadis cantik di sana. Jejaka itu adalah Maharaja ke-11 Dinasti Ming, Zhengde Zhu Houzhao 正德朱厚照 yang sekarang berusia 20 tahun. Dia sudah naik tahta sewaktu masih remaja di usia 15 tahun, belum menikah tetapi terkenal suka menggoda wanita secara merajalela. Suatu ketika mendengar di daerah Datong, kota yang terutara di Shanxi itu terkenal dengan kecantikan wanitanya, maka hanya membawa seorang kasim pengawalnya diam-diam melarikan diri keluar dari istana Forbidden City dan ngelayap ke sana.

Datong 大同 merupakan kota yang letaknya paling utara di Shanxi, di zaman Dinasti Ming persis di perbatasan Mongolia. Di sana merupakan tempat peleburan antara bangsa-bangsa Siberia, Mongol dan Tionghoa selama ribuan tahun. Pada permulaan Dinasti Ming, puluhan ribu pasukan muslim keturunan Persia dari Garison Shaowu Hokkian (Fujian) di bawah pimpinan Jendral Besar Muslim Chang Yuchun 常遇春 dikirim ke sana yang seterusnya menetap untuk pertahanan diperbatasan dengan Mongol. Pasukan Garison Shaowu dari Hokkian inilah yang juga mengawal Cheng Ho dalam pelayarannya seabad kemudian. 

Dari peleburan bangsa-bangsa di Shanxi pada umumnya dan Datong pada khususnya, itulah yang menghasilkan banyak wanita cantik disana. Contohnya, dua dari empat wanita tercantik dalam sejarah: Permaisuri Agung Yang Guifei Yuhuan dari Dinasti Tang dan Diaochan Ren Hongchang dari Sam Kok, dan juga dua permaisuri yang berkuasa: Ratu Wu Zedian Mei-niang dari Dinasti Tang dan Permaisuri Cixi Yehnara Xingzhen dari Dinasti Qing, semua orang Shanxi.

Masjid Agung Datong setelah dilestarikan oleh Jendral Besar Chang Yuchun. (dokumentasi pribadi)
Masjid Agung Datong setelah dilestarikan oleh Jendral Besar Chang Yuchun. (dokumentasi pribadi)
Disambut Ustadz dan Imam keturunan pasukan Shaowu di Masjid Agung Datong. (dokumentasi pribadi)
Disambut Ustadz dan Imam keturunan pasukan Shaowu di Masjid Agung Datong. (dokumentasi pribadi)
Gerdu Bedug Datong. (dokumentasi pribadi)
Gerdu Bedug Datong. (dokumentasi pribadi)
Omong punya omong Zhengde dengan kasim pengawalnya berdua yang menyamar anak sekolah, diam-diam meninggalkan Istana Forbidden City di Beijing sudah tiba di Datong Shanxi, tertarik sama makanan shao-mai setempat dan mencarinya. Jalan punya jalan kelihatan ada seorang gadis cantik yang sedang menjeritkan, “Mari mampir mencoba shao-mai hangat kami” di depan warungnya yang terletak di belakang Gerdu Bedug di tengah keramaian kota kecil ini.

Pikir Zhengde di dalam hati, berani amat warung ini yang memakai nama “Long Feng/Liong Hong”, artinya Naga dan Cendrawasih, sebab istilah begitu yang melambangkan kerajaan hanya boleh dipakai oleh kaisar dan permaisurinya, pelanggaran dianggap tindakan makar yang bisa dihukum mati. Dia saat itu juga sudah tidak banyak peduli protokol kaisaryah, pokoknya tertarik oleh gadis cantik di depan matanya yang mulai menimbulkan hasrat untuk menggodanya.

Setelah memasuki warung yang kecil dan sederhana itu, dari kebiasaan mereka berdua memilih meja di pertengahan ruangan, segera menegur gadis itu, “Lagak benar warung kecilmu Naga dan Cendrawasih ini, sungguh berani mati menamakannya begitu”.

“Mengapa tidak boleh?” tegur kembali sang gadis yang baru berusia 18 tahun itu, “Saya Lie Hong dan kakak saya Lie Liong, maka warung kami namakan Liong Hong”. Diteruskannya, “Eh, melihat dari tampang dan kenaan pakaian, kamu ini sepertinya terpelajar dan semestinya dari keluarga baik, tetapi kelakuanmu kurang anggun, mengapa terus menatapkan matamu kepada saya? Tungguh nanti biar dihajar kakak saya, sebaiknya kalian segera keluar saja.” Sambil merasa malu.

Mentang-mentang sang raja mau diusir, tingkah ketegasan gadis ini tambah mengairahkan playboy Zhengde yang selama ini belum pernah mendapatkan tantangan apapun juga. Ada 3000 dayang-dayang didalam istananya, siapa yang tidak mengharapkan bisa disukainya dan pernah menolak godaannya. Pikirnya, saya suka yang satu ini, karena dia tidak mengenal aku ini siapa.

Segera menyuruh pengawalnya untuk mengusir semua tamu yang sedang makan di sana. Lie Hong juga seketika menjadi resah melihat kelakuan tamu muda satu ini yang bertingkah sewenang-wenang dan tidak aturan. Cetusnya, “Kamu kira kamu ini Maharaja, seenaknya mengusir semua tamu saya?”

Dengan tenang saja dijawab, “Memang saya adalah Raja Zhengde”.

“Kamu makar, berani memalsu dirinya raja, tidak takut dipenggal kepala?” Lie Hong mulai marah.

“Saya memang Raja Zhengde, mengapa kamu tidak bisa percaya?”

“Kamu itu raja? Lol,” Lie Hong mulai geli.

“Habis kiramu raja itu rupanya bagaimana?”

“Kamu sinyo-sinyo bisa mengaku raja. Maka aku ini permaisuri,” Sekali lagi Lie Hong menegaskan ketidak masuk akalnya pemuda ini, sambil ikut bergurau.

“OK, saya memang raja dan saya sekarang menganugrahkan kamu permaisuriku,” Zhengde mulai serius.

“Kamu memang bukan raja dan saya tidak sudi menjadi permaisurimu,” Cetus Lie Hong dengan rasa malu.

“Apakah kamu memang sudah pernah ketemu seorang raja, seharusnya bagaimanakah rupanya?” Zhengde hendak memojokkan Lie Hong.

“Dasar kamu kutu buku, tidak pernahkah kamu nonton pertunjukan wayang golek? Raja itu orang tua, berjengot panjang, berjalan dengan langkah lebar dan bila duduk, mengkangkang. Masa seperti kamu?” Penjelasan Lie Hong yang meyakinkan, sambil menirukan lagak seorang raja yang seperti dalam bayangannya.

Saat semua orang diwarung itu sedang asyiknya menyaksikan kedua muda-mudi itu hangat-hangatnya geli bercanda, datanglah kakak Lie Liong pulang dari belanja, dan marah melihat suasana di warungnya yang terhenti perdagangannya, dengan amarah mau memukul Zhengde yang sedang menggoda adiknya. Sekejap, Zhengde mengeluarkan lencana emas dari sakunya dan dipentangkan ke muka Lie Liong, sambil menggertak, “Putra Langit di sini, siapa berani kurang ajar?”

Seketika ruangan warung menjadi senyap dan serentak berjatuhan lutut mereka di lantai, sambil kotow semua orang nyeblug jeritan, “Hidup Paduka Rajaku”.

Sebelum semua orang mengangkatkan kepala mereka, Zhengde secepat kilat menggendong Lie Hong dengan ketrampilannya dan segera dibawa masuk kedalam kamarnya.

Ternyata berdua mereka terus berkumpul kerbau dengan kebahagiaan untuk berbulan-bulan di sana. Semua orang mengerti ada raja sedang di kampungnya, di seberang barat Masjid Agung di Meilongzhen 梅龙镇, meskipun perbuatannya tidak bisa diterima oleh adat istiadat zaman itu, apa boleh buat dan siapa yang berani menuntutnya, sampai Lie Hong menjadi hamil.

Dengan demikian Zhengde lupa diri di benaman romantis seorang wanita cantik sehingga tidak peduli pada kerajaannya. Dia menyerahkan urusan negara kepada seorang kasim yang sangat korupsi, sehingga menjadikan amarah rakyatnya.

Pada suatu hari dia tergugah oleh kedatangan mahagurunya yang membawakan kabar bahwa nenek telah meninggal dunia, dan Zhengde harus segera pulang Forbidden City untuk berkabung. Dia menjanjikan Lie Hong akan segera kembali selesainya masa berkabung yang selama 3 tahun, dan mewujutkan gurauan mereka yang dulu pernah menjanjikannya permaisuri.

Sementara itu bayi pun sudah lahir dan juga mulai besar, bertahun-tahun Lie Hong menunggunya dalam kesedihan rindu, tanpa ada kabar suami dari Istana yang pernah menjanjikan akan kembali menjemputnya itu. Lie Hong juga sering bersakitan.

Hari yang ditunggu-tunggu Lie Hong itu datang juga. Pada suatu hari di tahun 1518, dengan protokol kebesaran kaisaryah, Zhengde muncul di depan warung shao-mai yang sekarang sudah menjadi restoran yang dinamakan “Selalu Jaya” Jiu Sheng Lou 久盛楼 itu, menjemput Lie Hong untuk dibawa kembali ke Beijing. Hanya saja ini kali bersamanya juga ada wanita cantik Datong lain yang baru diperoleh Zhengde di dalam rombongan itu.

Perjalanan dari Datong ke Beijing itu sejarak Semarang ke Surabaya yang di zaman sekarang bisa dicapai dengan mengendarai mobil selama 4-5 jam, tetapi di zamannya Zhengde yang menurut keketatan protokol kerajaan, rombongan yang dikawal oleh ratusan bahkan ribuan serdadu dan pelayan istana bersama persediaan ransum perjalanan mereka, merupakan rombongan besar yang berbaris panjang berjalan kaki dan kereta dokar, berhenti jalan sebelum adanya jalan raya Pantura yang lurus dan rata diaspal, yang harus melintasi jalur kecil perdesaan dan naik turun bukit gunung, itu memerlukan perjalanan mingguan yang mengesalkan untuk mereka mencapai Istana di Beijing.

Sekarang Lie Hong yang sudah lemah badan itu kena sakit demam di perjalanan (masih 50 Km di baratnya Beijing). Rombongan pun sementara terhambat. Menyesalkan dia tidak tertolong dan meninggal dunia sewaktu mencapai Pos Tembok Besar Juyong Guan 居庸关, dia dikebumikan di sana juga. Kuburannya yang terbuat dari pasir putih itu dinamakan “Makam Cendrawasih Putih” 白凤冢 Bai Feng Zhong, sudah menjadi salah satu situs turis di sana sampai hari ini.

Pos Juyong Guan yang paling megah disepanjang Tembok Besar Tiongkok. (gambar Beijing Attractions)
Pos Juyong Guan yang paling megah disepanjang Tembok Besar Tiongkok. (gambar Beijing Attractions)
Playboy Zhengde sepertinya juga cepat lupa pada wanita yang pernah sebentaran dikasihinya itu. Kabarnya dia pun sudah mendapatkan wanita cantik yang lain sewaktu kembali menjemput Lie Hong, seorang geisha keraton Paman Adipati Dai di Datong, sepertinya keturunan Arab/Persia bernama Liu Liang Nu 刘良女 yang canggih memainkan musik. Dia dapat kenal dengan wanita itu sewaktu bersinggah di sana dan digodanya. Kali ini Zhengde menggunakan bahasa Arab/Urdu. Ada yang bilang bahwa wanita itu sebetulnya sudah menikah tapi juga direbutnya. Kenyataannya wanita Liu ini yang bisa mengendalikan sikap kekanak-kanakan Zhengde, sejak itu terus mendampinginya ke mana saja dia keluyuran, menjadikan satu-satunya wanita yang sungguh dicintai sampai akhir hayatnya setahun kemudian.

Sepanjang masa orang menilai Zhengde seorang kaisar yang gila-gilaan. Dia sangat muda, tidak suka belajar, suka adu jangkrik, dan gila wanita. Tetapi secara keadilan bahwa dia sesungguhnya seorang yang cerdas dan penuh kreasi. Dari sayang ayah dia mendapatkan didikan baik Kaisar Hongzhi sendiri. Hanya saja dia terpaksa harus naik tahta sewaktu masih berusia 15 tahun, karena ayah Kaisar Ming yang bijaksana itu mendadak meninggal dunia karena perdarahan.

Dalam usia yang masih muda itu, Zhengde fasih dalam berbagai bahasa. Di antaranya bahasa Tartar, Arab/Urdu, maupun Portugis yang memudahkan dalam diplomatik perniagaan dengan Timur Tengah dan Eropa pada zamannya. Pandai dalam urusan militer dan markasnya disebut “Bao Fang” 豹房yang artinya Kamar Macan Tutul. Di sana merupakan kebun binatang yang juga terkumpul ratusan wanita cantik dari buruannya, merupakan pusat pemerintahan Zhengde di luar Istana. Yang tidak banyak dimengerti orang bahwa makna “Bao Fang” Zhengde itu sesungguhnya dari bahasa Urdu “Ba-fen” yang artinya pusat pengajian ilmu, yang sekarang sudah menjadi kampus Universitas Beijing.

Di tahun 1519 sewaktu berplesiran di atas kali, perahunya terguling sehingga Zhengde hampir tenggelam, setelah diselamatkan dan dipulangkan ke Beijing. Dia kena masuk angin dan meninggal dunia di usia muda, yakni 31 tahun. Beristri Permaisuri Xia yang sama sekali tidak disentuhnya sehingga tidak dianugerahi seorang anak pun.

Pada waktu itu, Lie Hong juga sudah meninggal dunia karena sesuatu penyakit. Sedangkan putra kelahiran Lie Hong tadi juga tidak ada kabarnya. Ada yang bilang, dialah yang kemudian diangkat menjadi Kaisar Jiajing yang meneruskan tahta Dinasti Ming ke-12, namun dalam catatan Sejarah Ming, Kaisar Jiajing adalah sepupuhnya sendiri. Sekarang sudah tidak bisa diusut dimana kebenarannya, biarlah tetap menjadi misteri sejarah.

Melalui permainan pena pujangga, cerita percintaan antara Zhengde dengan wanita Lie Hong dan Liu Liang Nu itu dicampurbaurkan menjadi romantis sastra “Naga Plesir Menggoda Cendrawasih” yang terus menyebar sampai sekarang.

Cerita kisah Zhengde dan Lie Hong di Datong juga tercetak dalam buku menu Restoran Shao-mai Feng Lin Ge. (gambar dari beehives)
Cerita kisah Zhengde dan Lie Hong di Datong juga tercetak dalam buku menu Restoran Shao-mai Feng Lin Ge. (gambar dari beehives)
Ada berbagai versi novel tersebut yang sudah dibuat film maupun seri televisi yang mengambil tempat kejadian dan jalan kisah yang berlainan. Cerita yang sesungguhnya seperti yang telah dituturkan diatas, masih bisa didengar bila mengunjungi Datong Shanxi.
Warung Shao-mai lokasi kisah Kaisar Zhengde dan Cendrawasih Lie Hong didekat Masjid Agung Datong. (dokumentasi pribadi)
Warung Shao-mai lokasi kisah Kaisar Zhengde dan Cendrawasih Lie Hong didekat Masjid Agung Datong. (dokumentasi pribadi)
Warung shao-mai percintaan Zhengde dan Lie Hong yang dinamakan Paviliun Anugrah Cendrawasih. (dokumentasi pribadi)
Warung shao-mai percintaan Zhengde dan Lie Hong yang dinamakan Paviliun Anugrah Cendrawasih. (dokumentasi pribadi)
Warung shao-mai semula sedang dilestarikan. (dokumentasi pribadi)
Warung shao-mai semula sedang dilestarikan. (dokumentasi pribadi)
Bangunan restoran besar Paviliun Anugrah Cendrawasih Baru yang selalu penuh sesak pengunjung menikmati shao-mai dimalam hari. (dokumentasi pribadi)
Bangunan restoran besar Paviliun Anugrah Cendrawasih Baru yang selalu penuh sesak pengunjung menikmati shao-mai dimalam hari. (dokumentasi pribadi)
Sebelumnya siomai sudah ada shao-mai yang disebutkan di atas. Pangsit shao-mai yang merupakan eyangnya siomai itu berasalkan Mongolia, masuk bersama pasukan Kubhai Khan di Datong dan menjadikan makanan sehari-hari di sana sejak abad 13. Ada di sana satu warung shao-mai yang menjadi terkenal sejak kunjungan Kaisar Ming Zhengde dengan cerita percintaan yang menyedihkan disana, dengan legenda yang mengatakan di warung itu juga terlahir bayi putra mahkota Ming Jiajing dari Cendrawasih Lie Hong, sekarang rumah makan shao-mai “Selalu Jaya” milik Lie Hong itu dinamakan “Paviliun Anugrah Cendrawasih” 稍麦凤临阁.

Sejak abad 16, warung tersebut masih ada ditempat asalnya yang terletak di baratnya Masjid Agung Datong di daerah Gerdu Bedug yang sekarang sudah diperbesar dan diperindah, setiap malamnya penuh sesak pengunjung yang mencoba shao-mai tulen di sana.

Alamat: Shao-mai Feng Lin Ge, Huay-an Street, Datong, Shanxi. China 037008
Telepon: +86 352 205 9699

Oleh: Anthony Hocktong Tjio
Monterey Park, CA. 5 Februari 2017.

Silahkan juga membaca: Asal Mula Pangsit dan Mengapa Dijadikan Hidangan Imlek

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun