“Habis kiramu raja itu rupanya bagaimana?”
“Kamu sinyo-sinyo bisa mengaku raja. Maka aku ini permaisuri,” Sekali lagi Lie Hong menegaskan ketidak masuk akalnya pemuda ini, sambil ikut bergurau.
“OK, saya memang raja dan saya sekarang menganugrahkan kamu permaisuriku,” Zhengde mulai serius.
“Kamu memang bukan raja dan saya tidak sudi menjadi permaisurimu,” Cetus Lie Hong dengan rasa malu.
“Apakah kamu memang sudah pernah ketemu seorang raja, seharusnya bagaimanakah rupanya?” Zhengde hendak memojokkan Lie Hong.
“Dasar kamu kutu buku, tidak pernahkah kamu nonton pertunjukan wayang golek? Raja itu orang tua, berjengot panjang, berjalan dengan langkah lebar dan bila duduk, mengkangkang. Masa seperti kamu?” Penjelasan Lie Hong yang meyakinkan, sambil menirukan lagak seorang raja yang seperti dalam bayangannya.
Saat semua orang diwarung itu sedang asyiknya menyaksikan kedua muda-mudi itu hangat-hangatnya geli bercanda, datanglah kakak Lie Liong pulang dari belanja, dan marah melihat suasana di warungnya yang terhenti perdagangannya, dengan amarah mau memukul Zhengde yang sedang menggoda adiknya. Sekejap, Zhengde mengeluarkan lencana emas dari sakunya dan dipentangkan ke muka Lie Liong, sambil menggertak, “Putra Langit di sini, siapa berani kurang ajar?”
Seketika ruangan warung menjadi senyap dan serentak berjatuhan lutut mereka di lantai, sambil kotow semua orang nyeblug jeritan, “Hidup Paduka Rajaku”.
Sebelum semua orang mengangkatkan kepala mereka, Zhengde secepat kilat menggendong Lie Hong dengan ketrampilannya dan segera dibawa masuk kedalam kamarnya.
Ternyata berdua mereka terus berkumpul kerbau dengan kebahagiaan untuk berbulan-bulan di sana. Semua orang mengerti ada raja sedang di kampungnya, di seberang barat Masjid Agung di Meilongzhen 梅龙镇, meskipun perbuatannya tidak bisa diterima oleh adat istiadat zaman itu, apa boleh buat dan siapa yang berani menuntutnya, sampai Lie Hong menjadi hamil.
Dengan demikian Zhengde lupa diri di benaman romantis seorang wanita cantik sehingga tidak peduli pada kerajaannya. Dia menyerahkan urusan negara kepada seorang kasim yang sangat korupsi, sehingga menjadikan amarah rakyatnya.