Demikian itu, SIDS yang bisa menjadi penyebab kematian bayi Pangeran kesayangan Nyi Ong Tien dan Sunan Gunung Jati merurut pengetahuan kedokteran yang ada sekarang.
Sedangkan ibunya, Nyi Ong Tien, mengapa dia juga sampai meninggal dunia dalam usia yang masih sangat muda. Selain mungkin karena menderita penyakit menular yang mematikan, bisa juga tersangkut dalam komplikasi setelah melahirkan anaknya.
Nyi Ong Tien tidak dikabarkan melahirkan anak lagi walaupun sangat disayangi sang Sunan, tidak melahirkan lagi bukan berarti tidak pernah hamil lagi, dia masih sangat muda. Kematian pada wanita dalam usia melahirkan anak itu sering terjadi dari kesukaran waktu melahirkan sehingga ibu dan anak kedua-duanya tewas sebelum adanya melahirkan dengan bedah sesar, dan yang lebih sering adalah terjadi perdarahan dalam yang tidak tertolong karena terjadinya kandungan diluar rahim yang meletus.
Namun kematian Nyi Ong Tien yang begitu muda itu selain kena penyakit menular yang akut dan tak tertolong, tentunya mungkin juga dari penyebab yang “incidental” dari konspirasi ataupun “selfinflicted” dari depresi yang berat.
Nyi Ong Tien terkenal berjiwa tekad dan ber-determinasi yang membawa dirinya melintasi lautan untuk memburu kekasihnya, disanapun dia mendapatkan cinta sayang yang melimpah dari sang suami Sunan Gunung Jati yang tentunya juga beristri dan selir lainnya. Lagi pula dia juga terkenal sikapnya yang biasa membela kebenaran, tidak mungkin bisa lepas dari rasa iri-hati istri maupun selir Sunan yang sudah berada sebelum hadirannya dikraton, sehingga tertimpa bencana konspirasi yang mengachiri nyawanya semuda itu.
Seperti nasib para selir Putri Cina dikraton lainnya yang berachir tragis gara-gara keiri-hatian selir lainnya. Contohnya, Sri Mahadewi Cacangkaja Cihna Kang Cing Wie permaisuri Raja Sri Jaya Pangus Harkajalancana di Batur, Kintamani Bali yang berachir menjadi “patung batu”; Putri Cina Nyai Campa Siu Ban Ci, selir Brae Kertabumi Prabu Brawijaya V yang diamankan ke Palembang sewaktu mengandung Jin Bun Raden Patah Sultan Demak karena kecemburuan selir yang satunya; dan dalam sendratari ciptaan Sri Sultan Hamangkurat I ditahun 1731, Wayang Wong, juga ada adegan dimana selir putri Cina yang dikeroyok selir-selir lainnya.
Serangan penyakit jiwa yang mendalam post-partum depression sering juga menyebabkan sang ibu mengachiri dirinya sendiri. Hal demikian ini juga tidak mengherankan bila terjadi pada diri Nyi Ong Tien, yang lebih parah setelah mengetahui kematian bayi kesayangannya yang baru saja lahir, sehingga bertindak yang tidak terduga karena mengganda depresinya.
Uraian diatas semata-mata pandangan sebab-sebab kematian bayi dan ibu muda, dalam pengertian kedokteran sekarang, terutama yang mungkin melibatkan kasus bayi Pangeran Kuningan yang mati karena SIDS di Kraton Kasepuhan Cirebon 600 tahun lalu.
Demikian pula, tragedi kematian bayi mendadak masih bisa terjadi terus diantara bangsa kita, terutama dalam keluarga yang masih merokok.
Oleh: Anthony Hocktong Tjio.
Monterey Park, CA. 23 September 2016.