(gambar dari USC Pacific Asia Museum, Pasadena, Los Angeles, California)
Tak terduga bisa ditemukan peninggalan harta karun dari Armada Cheng Ho di Los Angeles dalam musim Semi ini. Ada sekitar 150 biji benda dari simpanan Museum Propensi Hubei di Kota Wuhan, Tiongkok yang sedang keliling dunia dan saat ini mampir di Los Angeles. Itu hanya merupakan sebagian kecil dari yang diketemukan oleh penggalian arkeologis diberbagai makam pangeran Dinasti Ming di Propensi Hunan dan Hubei yang dipamerkan dengan thema “Selera Pangeran: Kesenian dalam Istana para Pangeran Tiongkok diabad 15” di Museum Pacific Asia Pasadena, California, berlangsung dari tanggal 26 Februari sampai 26 Juni, 2016.
Yang tidak disadarkan oleh masyarakat pada umumnya, diantara benda perhiasan yang didalam pameran itu, kebanyakannya berasalkan dari pembawaan Armada Cheng Ho dalam pelayaran kembali dari Teluk Persia untuk yang terakhir kalinya ditahun 1433, dan itu juga yang baru diketemukan kembali untuk yang pertama kalinya ditahun 2001, sejak 600 tahunan didalam makam Pangeran Liang Zhuang di Zhong-xiang, Hubei.
Kita sudah tahu bahwa Mahmud Shamsudin Cheng Ho diutus oleh Raja Ming Yongle memimpin armada raksasa berlayar ke Lautan Hindia yang sebanyak 7 kali, melalui Nusantara sampai ke Teluk Persia, dari tanggal 11 Juli 1405 hingga kematiannya pada bulan April 1433. Pada awalnya armada tersebut merupakan pasukan terapung, yang sampai disertai sebanyak 20,000 serdadu dalam 200-an kapal untuk mencapai Hormuz di Teluk Persia pada pelayaran ke-4 kalinya (1413-1415), itu untuk memburu mantan Raja Jianwen yang tahtanya direbut Yongle dalam tahun 1402 dan dengarnya buronan tersebut sudah melarikan diri ke Persia.
Tetapi Cheng Ho tidak berhasil menemukan jejaknya, sebaliknya, sesampainya disana malah mendapatkan banyak batu permata dan logam mulia yang sangat berharga dan dibelinya untuk dibawa pulang. Oleh-oleh itu menimbulkan permintaan yang luar biasa, dimana para bangsawan Ming meminta Raja Yongle untuk membagi-bagikan harta karun armadanya kepada mereka, maka fungsi armada diubah menjadi rombongan kulakan barang mewah dan mengundang raja-raja asing pelesir pergi-pulang Tiongkok dalam pelayaran selanjutnya.
Akibat dari Cheng Ho yang hanya memborong barang-barang perhiasan permata dan logam mulia yang mahal, daripada semestinya juga menjual sutra, porselin dan teh dagangannya yang cuma dibagi-bagikan sebagai hadiah kemana-mana untuk menunjukkan kebesaran negaranya, maka expedisi armada sesungguhnya salah kaprah menjadikan beban berat bendahara kerajaan Ming yang sendirinya sudah jatuh miskin pada saat itu. Sehingga armada segera dihentikan sekembalinya Cheng Ho dari pelayaran yang ke-6 kali, disebabkan kematian juragan Yongle ditahun 1422, dengan demikian Cheng Ho menerima hukuman dari Raja Hongxi, disingkirkan untuk memandori pembangunan makam Yongle di Ming Tomb, Beijing selama 6 tahun.
Cheng Ho ditarik kembali oleh Raja Xuande anaknya Hongxi yang naik tahta ditahun 1431, sekarang Cheng Ho sudah berusia 60 tahun dan berpenyakitan, sekali lagi untuk memimpin armada rombongan pembelian barang-barang kemewahan untuk kepentingan istana disepanjang Nusantara, India sampai Hormuz. Ini yang menyebabkan kematiaannya diperairan sekitar Kolkata pada April 1433. Armada yang penuh dengan harta karun itu dikemudikan pulang oleh tangan kanannya, juru mudi Sam Po Ong Khing Hong.
Raja Xuande Zhu Zhan-ji ini mempunyai 9 adik tiri, diantaranya yang nomor 8 adalah kesayangannya. Setelah naik tahta, setiap adik pangeran diberi wilayah keadipatian masing-masing, dan adik tiri kesayangannya itu Zhu Zhan-ji (sama bunyi kata namanya) dilantik Pangeran Liang dan diutus untuk memerintah daerah Lu-an di Hubei dipertengahan Tiongkok pada tahun 1429.
Pangeran Liang ini baru kematian istrinya dan hendak menikah lagi ditahun 1433, ini bertepatan dengan kembalinya armada Cheng Ho yang penuh harta karun dari Lautan Hindia, maka luar biasa besarnya hadiah untuk pernikahan itu. Ipar Selir Goei yang hanya berasalkan dari keluarga rakyat biasa diberi mas kawin setara seorang permaisuri, suatu penghargaan yang belum pernah terjadi didalam sejarah Tionghoa.
Sayangnya kedua mempelai tersebut kecuali dapat dua anak perempuan tidak menghasilkan seorang anak lelaki untuk melanjudkan kedudukan kepangerannya, dan Pangeran Liang pun meninggal dunia pada usia muda 29 tahun ditahun 1441. Sebab sewaktu pangeran meninggal dunia, Raja Xuande juga sudah wafat, maka keluarga Pangeran Liang kehilangan dukungan dari istana, segera gelar resminya dicabut oleh Raja yang baru, dan hanya diberi gelar kehormatan sebagai Pangeran Liang-Zhuang dalam pemakamannya. 10 tahun kemudian, Selir Goei juga mati sakit, karena tidak punya anak lelaki untuk menurunkan harta bendanya, maka semua dari hadiah Raja Xuande termasuk yang asal dari Armada Cheng Ho itu, dikubur bersama didalam makam Pangeran Liang-Zhuang ditebing Bukit Liong, dusun Da-hong, kabupaten Chang-tan dikota Zhong-xiang, propensi Hubei pada tahun 1451.
Kuburan tersebut diketemukan secara kebetulan saja setelah liwat 600 tahunan. Sewaktu penduduk didusun Dahong sedang ramai-ramainya menyulutkan kembang api dan mercon untuk menyambut Malam Imlik ditahun 2001, mereka terkejut juga ada letusan bom berkali-kali dikejauhan Bukit Liong itu. Keesokan harinya, kepala desa segera melaporkan kepada aparat keamanan setempat yang diteruskan sampai ke pemerintah daerah adanya kemungkinan perampokan makam tua disitu. Segera diselenggarakan penggalian pengamanan kuburan tua oleh Lembaga Arkeologi Propensi untuk mencari peninggalan yang masih tersisa dimakam yang baru ditemukan itu. Mereka sangat terkejut menemukan makam tua itu adalah milik Pangeran Liang-Zhuang dan selirnya bersama benda-benda bawaannya yang masih utuh tidak terganggu sedikitpun.
Dengan upaya teliti berhasil mengamankan sebanyak 5,300 barang-barang peninggalan dari bahan emas, perak, giok, batu permata, perunggu, timah, besi, aluminum, porselin, tembikar, batu dan gading. Yang barang emas saja sudah seberat 10 kilogram, diantaranya ada sekitar 3,400 biji perhiasan yang terbuat dari kerajian kerawang emas yang halus dan dihiasi batu permata yang indah. Batu permata yang berwarna-warni tersebut dihitung juga ada sebanyak 700 butir, yang semuanya pasti asal dari pembawaan Armada Cheng Ho yang kembali ditahun 1433.
Cheng Ho memang gagal dalam melaksanakan misi armada semulanya, dan pemborosannya hampir bikin kerajaan Ming jatuh bangkrut, sehingga pelayaran armada yang dianggap paling besar didunia waktu itu, dihapus dari sejarah Dinasti Ming dan terlupakan dalam ingatan bangsa Tionghoa selama 600 tahun, tetapi selalu dilegendakan betapa banyak dan indahnya harta karun yang berasal dari Nusantara, India dan Persia yang dibawanya pulang dari Lautan Hindia. Sekarang baru untuk pertama kalinya digali keluar dari bawah tanah sejak berachirnya pelayaran raksasa zaman abad 15 itu. Sudah dikembalikan kepada tampak kemuliaan semulanya dan diabadikan sebagai Pameran Makam Pangeran Liang-Zhuang di Museum Propensi Hubei, alamat: No.160 Jalan Donghu, distrik Wuchang, kota Wuhan, Hubei, Tiongkok.
Sebagian kecil dari kumpulan museum tersebut sedang keliling Amerika, dan pada saat ini termasuk harta karun dari Armada Cheng Ho tersebut, ikut diundang untuk menamu di Los Angeles sampai achir bulan Juni 2016.
Alamat: USC Pacific Asia Museum, 46 N. Los Robles Ave, Pasadena, CA 91101. pacificasiamuseum.usc.edu
Sebagaian benda-benda pembawaan Armada Cheng Ho dari Makam Pangeran Liang-Zhuang yang dipamerkan di Los Angeles. (Gambar foto dari Hubei Provincial Museum, Wuhan, Hubei)
Ber-ton-ton emas seperti ini dibeli dari Persia, setelah diolah dalam betuk batang oleh Cheng Ho ditahun 1419, diatasnya tertulis sebanyak 1,820 gram 80% emas sebatang, tetapi bobot sesungguhnya batang itu lebih dari 2 Kg. Diduga mengandung banyak campuran yang menunjukkan tingkah korupsi Armada Cheng Ho.
Kerajinan emas kerawang yang indah untuk hiasan sabuk Pangeran.
Perhatikan ada satu batu yang terletak diposisi yang sama yang hilang, diduga tercuri karena merupakan macam batu permata yang paling berharga daripada yang lainnya.
Bengel hiasan pergelangan kaki wanita yang pernah dikenakan sang Selir.
Hiasan untuk menutup sanggul rambut diatap kepala Pangeran.
Kendi emas yang dibawa dari Persia.
Bros emas motip Garuda dari India.
Cucuk sanggul sang Selir.
Giwang bermotip awan-awan.
Hiasan yang biasanya ditusukkan disanggul rambut atas dahi sang Selir.
Oleh: Anthony Hocktong Tjio.
Monterey Park, May 10, 2016.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H