Mohon tunggu...
Anthony Tjio
Anthony Tjio Mohon Tunggu... Administrasi - Retired physician

Penggemar dan penegak ketepatan sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Lumpia: Dalam Sejarah Dan Cerita Liar Penemuannya

12 April 2015   20:29 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:12 690
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebetulnya tidak ada seorang yang boleh disebut penemu lumpia, maupun suatu cerita yang boleh disebut asal muasalnya, bila memang ada tentunya sukar ditemukan sekarang, andaikan mencari jarum didasar laut susahnya, itu dikarenakan bahwa lumpia sesungguhnya hanya merupakan makanan rakyat kebiasaan Tionghoa dimusim Semi yang sudah tercatat lebih dari seribu tahunan. Berkat ketrampilan tangan dan jiwa inovasi para ibu rumah tangga dijaman dulu, yang diam-diam menyediakan makanan sederhana dan praktis buat suami mereka yang sedang bekerja maupun menggarap ladang, maupun dalam suatu perayaan musim, yang lama kelamaan berkembang menjadi makanan kecil yang populer yang berbeda dari makanan perayaan yang lain. Dari semula hidangan Ceng Bing, lumpia goreng yang berasal dari orang-orang di-Tiociu itu merupakan hidangan yang tersebar luas dan tersedia setiap harinya dimana-mana, malah juga tampil diatas meja jamuan negara dijaman sekarang.

Kesimpulan:

Lumpia basah adalah bawaan orang dari Hokkian, sedangkan lumpia goreng yang semula dipasarkan oleh Tjoa Thay Yoe dan Wasih istrinya di Gang Lombok yang digelari Lumpia Semarang, merupakan lumpia goreng yang berasal Tiociu (Chaozhou) bukan kreasi tulen orang Semarang.

Monterey Park, April 11, 2015.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun