Hu Rong Quan Bakery spring roll (gambar asal Baidu/Baike).
Dari semula chun-juan vegi yang berisi sayuran segar sudah ada batang bawang daunnya, itu menjadikan kebiasaan makan lumpia menggigit bawang daun sampai sekarang demi memperingati “piringan sayur pedas” eyangnya lumpia yang telah diceritakan diatas, kemudian ada ditambah rebung muda dan wortel yang berwarna merah dengan maksud semoga menambah rejeki dan menghindari mala-petaka disepanjang tahun, itu baru muncul pada jaman Dinasti terachir Qing (1644-1912AD), dan chun-juan tersebut juga merupakan salah satu makanan nasional Tiongkok yang dihidangkan diantara 128 menu bangket Man-Han dari Kekaisaran Qing (滿漢全席).
Spring roll atau egg roll?
Keduanya adalah chun-juan atau lumpia goreng sebagai appetizer dalam sebutan Barat. Lumpia goreng dari Tiociu/Chaozhou Guangdong sudah sampai di-Hong Kong yang kemudian tersebar ke-Amerika dipermulaan abad 20 yang lalu, dikreditkan kepada seorang koki, Henry Low di-New York yang menulis resepnya dalam buku “Cook at Home in Chinese” pada tahun 1938, dengan kreasinya yang mengisi bahan sayur gubis, wortel, rebung, babi panggang, udang, bawang daun, water chestnut, telur dadar, dengan bahan rasa garam, MSG, gula dan kepedasan merica, digulung dalam bentuk silinder dengan kulit pancake yang terbuat dari tepung, gula dan telur, lalu digoreng sampai permukaannya kuning tua, disebutnya egg roll. Sekarang bahan egg roll yang pada umumnya dihidangkan direstoran Tionghoa sebagai appertizer itu, isinya sederhana yang terutama gubis, dengan sedikit rebung dan wortel yang berasa merica.
Sejarah atau cerita liar?
Tionghoa memiliki kebudayaan yang tidak terputus ribuan tahun, dari situ tidak terhitung lagi banyaknya cerita rakyat disepanjang masa itu, yang semula merupakan legenda maupun fiksi yang dituturkan dari mulut kemulut yang kemudian hari juga dituliskan sebagai cerita pendek romantis. Sudah sukar dipastikan cerita yang masih kita dengarkan dijaman sekarang apa itu memang benar terjadi, karena telah beredar begitu lama, juga yang sudah merekat didalam kepercayaan rakyat, sehingga sering kala cerita serupa “asal muasal” tersebut bisa kita terima sebagai sejarah begitu saja, yang diantaranya banyak yang merupakan “cerita liar”, istilah sekarang “hoax”.