Mohon tunggu...
Anthony Tjio
Anthony Tjio Mohon Tunggu... Administrasi - Retired physician

Penggemar dan penegak ketepatan sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bakar Tongkang Bagan Siapi-Api

4 Juni 2014   02:56 Diperbarui: 23 Juni 2015   21:44 418
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dari dasar cerita inilah dipercaya tempat kelahiran ritual Bakar Kapal Raja adalah didaerah Xiamen, di Hokkian Selatan kira-kira 500 tahun lalu, disana dilaksanakan setiap 4 tahun yang terpaksa terputus selama kurang lebih 40 tahun gara-gara Revolusi Budaya, sekarang masih ada tiga dusun yang mulai menyelenggarakannya lagi sejak tahun 2006. Bakar Kapal Raja di Xiamen ini dinamakan “Sang Ong Chun” (Mengantar Kapal Raja) yang tata prosesi penyelanggaraannya selama 7 hari sebagaimana yang telah disebarkan ke Taiwan dan menjadi “Ong Chun Ki” itu.

Dari semula “Oen Ong Chun” dijaman Dinasti Tang, lalu digelarkan sebagai bakar kapal yang disebut “Sang Ong Chun” di Xiamen dan “Ong Chun Ki” di Taiwan sejak jaman Dinasti Ming, sampai “Sio Ong Chun” di Bagan Siapi-api sejak 1878, adalah ritual sembahyang pada Dewa Tuan Raja, yang dalam kepercayaan bahwa dewa raja-raja seperti Tai Sun Ong Ya dan Ki Ong Ya yang dibawa ke Bagan waktu dulu itu adalah Wali Kaisar jaman dulu yang masih berkeliling untuk menjaga tertib keamanan dan memburu kejahatan didaerah (Tee Tian Sun Siu), maka dewa-dewa raja diundang datang dan dikelilingkan dikota untuk dihormati oleh rakyat disekitarnya, lalu diantar kembali dengan kapal bersama tumpukan bukit sesajian kertas mas yang dibakar, itu semuanya merupakan suatu ritual rakyat jelata Tanglang yang menyandarkan rohani mereka kepada dewa-dewa Taoisme demi keselamatan mereka diperantauan.

Pendatang semula 18 orang warga Ang adalah berasal dari Tong-an Xiamen dan mereka membawa dua arca Ong Ya, semestinya mereka sadar adanya ritual bakar kapal yang memang berasal dari tempat asal mereka di Tong-an itu juga. Sedangkan apakah pembakaran tongkang semula yang dilakukan mereka itu sekedar unjuk rasa tekad untuk tidak akan pindah keluar dari Bagan, ataukah karena mereka berasa sukur kepada para Ong Ya yang telah menyelamatkan mereka hidup di Bagan, lalu mereka menyelenggarakan Bakar Kapal Raja dengan caranya sendiri, entahlah sekarang, namun tradisi bakar kapal tidak diteruskan oleh mereka sebelum adanya pendatang Tanglang lainnya dan keturuan mereka yang dikemudian hari memulai melaksanakan ritual Bakar Tongkang di Bagan Siapi-api, dan sekarang menjadikan Goh-cap-lak sebagai fosil hidup ritual Hokkian disana.

Tahun ini Go-cap-lak jatuh pada tanggal 13 Juni 2014.

‘Utlub il ‘ilma wa law fis-Sin. “Strive for knowledge even as far as China”.

Monterey Park, 30 Mei 2014.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun