Mohon tunggu...
Anthony Kwo
Anthony Kwo Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Financial

Haruskah Anda Berinvestasi di IPO?

14 Agustus 2018   16:09 Diperbarui: 14 Agustus 2018   18:45 1345
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saat sebuah perusahaan hendak melakukan IPO, saham mereka akan bisa diperjualbelikan di bursa efek.  Saham-saham ini memiliki serangkaian risiko dan peluang tersendiri yang harus dipertimbangkan sebelum Anda memutuskan untuk membeli saham tersebut.

Quick bites:

  • Berinvestasi dalam IPO diibaratkan seperti bermain video game, Anda harus menekan tombol Anda pada saat yang tepat.
  • Menganalisis perusahaan yang akan IPO bahkan lebih sulit untuk dianalisis karena hampir tidak ada informasi historis yang bisa digunakan untuk dianalisis secara teknikal.

IPO merupakan singkatan dari Initial Public offering atau bisa disebut Penawaran Umum Perdana. IPO artinya proses pertama kali sebuah saham dijual kepada masyarakat umum melalui bursa efek. Tujuannya adalah untuk menghimpun dana dari masyarakat umumnya untuk ekspansi atau membayar utang perusahaan.

Dengan demikian perusahaan yang sebelumnya bersifat tertutup dan sahamnya hanya dimiliki oleh orang-orang tertentu, berubah menjadi terbuka setelah melakukan IPO. Terbuka artinya masyarakat umum berkesempatan untuk ikut membeli dan memiliki saham perusahaan yang akan go public tersebut. 

Munculnya saham baru di pasar memang sangat menarik. Saham yang baru melakukan IPO dapat menjanjikan pertumbuhan yang tinggi untuk jangka panjang. Tetapi hal sebaliknya bisa juga terjadi, saham-saham setelah IPO dapat mengalami penurunan dan tidak kembali ke harga IPO tersebut. 

Menilai Saham IPO

Melakukan analisa fundamental dan teknikal dari perusahaan yang sudah tercatat di bursa efek saja sudah cukup sulit. Menganalisis perusahaan yang akan IPO bahkan lebih sulit untuk dianalisis karena hampir tidak ada informasi historis yang bisa digunakan untuk dianalisis secara teknikal. Sumber data utama Anda adalah prospektus. 

Prospektus adalah laporan yang berisi tentang profil dan laporan tahunan perusahaan untuk memberikan gambaran tentang nilai saham perusahaan tersebut untuk ditawarkan saat penjualan saham perdana atau IPO.

Jika Anda melihat grafik saham perusahaan-perusahaan yang baru melakukan IPO, Anda akan melihat bahwa setelah beberapa bulan atau tahun, saham dapat mengalami penurunan tajam. Sering kali hal ini terjadi karena berakhirnya periode lock-up.

Ketika perusahaan hendak melakukan IPO, underwriter akan membuat beberapa pihak pemilik saham untuk menandatangani lock-up agreement. Lock-up dalam konteks pasar modal diartikan bahwa ada sejumlah saham yang tidak dapat diperjualbelikan hingga periode tertentu.

Pada kacamata investor, penentuan masa lock-up cukup menentukan dalam perkembangan harga saham dan likuiditas di lantai bursa. Dengan adanya periode lock-up, harga saham bisa naik karena besarnya permintaan di satu sisi dan terbatasnya suplai di sisi lain. 

Saat periode ini berakhir, pihak-pihak ini diperbolehkan untuk menjual saham-saham tersebut untuk mencairkan profit mereka sehingga terjadi kenaikan suplai dan menurunkan harga saham. 


IPO Terlalu Riskan

Berinvestasi dalam IPO diibaratkan seperti bermain video game, Anda harus menekan tombol Anda pada saat yang tepat. Untuk sebagian besar dari kita, waktu yang tepat adalah sebelum IPO terjadi. 

Para pemilik perusahaan dan investor private equity adalah pihak-pihak yang memiliki kesempatan paling besar untuk mendapatkan keuntungan terbesar dari IPO. Hal ini karena dalam beberapa menit pertama penjualan dibuka, sebuah saham dapat melonjak tinggi sampai 20% hingga 50% atau bahkan lebih. Meskipun Anda melakukan antrian pembelian sebelum pasar dibuka, Anda masih akan mendapatkan harga yang tinggi.

Lima saham IPO dengan kinerja terbaik mengalami kenaikan saham mulai dari 1.380 hingga 3.310% sepanjang tahun 2017. Berita-berita tersebut akan sangat memikat para investor untuk ikut serta dalam IPO. Tunggu sampai Anda membaca bahwa lima saham IPO dengan kerugian terbesar berada dii antara 68% hingga 485% sepanjang tahun 2017.

Berinvestasi dalam IPO sangat berisiko terutama untuk kebanyakan investor yang menginvestasikan uangnya di saham setelah IPO.

Lebih Baik Menunggu

Waktu yang lebih baik untuk membeli saham adalah beberapa minggu atau bulan setelah perusahaan melaksanakan IPO. Banyak kejadian dimana harga saham jatuh sesaat setelah penjualan dibuka. Beberapa bulan kemudian investor yang "cukup beruntung" untuk mendapatkan harga IPO tadi harus sabar kehilangan setengah uang mereka sebelum harga saham naik kembali ke harga IPO. 

Lebih baik membeli saat harga saham berada di harga terendah sambil menunggu harga saham kembali naik. Investor yang berhasil membeli di saat yang tepatlah yang akan mendapatkan keuntungan terbesar. 

Membeli saham IPO bukanlah keputusan mudah. Anda harus pintar menilai dan menentukan saat yang tepat untuk membeli sebabnya saham-saham IPO memang sangat volatil.

Namun jika Anda adalah investor jangka panjang dan yakin dengan perusahaan yang ingin IPO memiliki nilai fundamental yang baik, maka volatilitas di awal dan risiko penurunan harga bukanlah masalah Anda.


This article is written by: Andhika A. QWP 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun