Dr. KRT Radjiman Wedyodiningrat merupakan salah satu orang yang memainkan peranan sangat penting di perjuangan menuju kemerdekaan rakyat Indonesia. Namun, nama dia jarang dibicarakan dibandingkan tokoh-tokoh lain seperti Soekarno, Hatta, Sutan Syahrir.Â
Padahal, Dr Radjiman merupakan ketua dari BPUPKI, organisasi yang merumuskan dasar negara kita, UUD 1945, seseorang yang diberi gelar KRT oleh kesultanan Yogyakarta, beredukasi tinggi, dan ikut serta dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia dari awalnya. Mari kita simak kehidupan Dr Radjiman dan peran-peran dia di perjuangan kemerdekaan Indonesia, secara spesifik di masa penjajahan Jepang dalam BPUPKI.
Dr. KRT Radjiman Wedyodiningrat lahir pada 21 April 1879 di sebuah desa di Yogyakarta. Dr. Radjiman terlahir dari keluarga sederhana. Ia merupakan saudara dari Wahidin Soedirohoesodo, yang merupakan salah satu tokoh penting di organisasi Budi Utomo.Â
Dr. Radjiman menempuh pendidikan awalnya dengan sangat sederhana. Karena Dr. Wahidin terlahir dari keluarga pribumi yang sederhana, Ia tidak bisa menempuh pendidikan formal, maka Ia hanya dapat belajar dengan mendengarkan pelajaran di bawah jendela kelas dari saudaranya Wahidin Soedirohoesodo yang Ia antar ke sekolah.Â
Akhirnya, Ia dapat merasakan pendidikan formal untuk pertama kalinya saat guru Belanda yang mengajarkan kelasnya merasa prihatin sehingga Dr. Radjiman dibolehkan masuk ke kelas untuk mengikuti pembelajaran.
Dr. KRT Radjiman Wedyodiningrat merupakan pelajar yang giat. Ia sudah mendapatkan gelar dokter pada usia yang sangat muda, yaitu 20 tahun, dari Sekolah Dokter Jawa di Batavia. Pada tahun 1903-1904, Ia menempuh pendidikan kedokteran di STOVIA.
Pada tahun 1910 Ia pergi ke Universitas Amsterdam-Nederland, Belanda, dan mendapat gelar Guropees Art. Di tahun 1911, Ia belajar ilmu kebidanan, bedah, dan Gudascopie Urinoir di Berlin, Jerman. Lalu, pada tahun 1910-1930, Ia kembali ke Amsterdam untuk belajar Rontgenologie. Pada tahun 1930, Ia ke Amerika untuk melakukan studi banding, yaitu untuk meninjau ulang pengetahuan dia dan juga memperbaruinya dengan perkembangan teknologi.Â
Dan akhirnya, pada 1931, Ia memperdalam Gudascopie Urinoir di Perancis. Ini semua mungkin terlihat tidak mungkin karena Dr Radjiman merupakan seseorang yang terlahir dari keluarga pribumi sederhana, namun karena hubungan dia sebagai pegawai negeri Hindia Belanda saat melayani sebagai dokter, semua studi ini dapat dilakukan.Â
Pada tahun 1906, saat Dr Radjiman bekerja di keraton Surakarta sebagai seorang dokter, yang merupakan tempat yang sama Ia mendapatkan gelar KRT, Ia menemukan ketertarikan ke teosofi. Inilah cikal bakal dari keterlibatan dia dalam pergerakan kemerdekaan Indonesia, dimana prinsip teosofi Jawa berbasis pada persaudaraan tanpa membedakan bangsa, kepercayaan, kasta, ataupun jenis kelamin.
Awal dari perjalanan dia dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia adalah pada pendirian dari organisasi Budi Utomo, organisasi yang digolong sebagai pelopor dari perjuangan modern untuk kemerdekaan Indonesia yang tidak berbasis fisik.
Ia merupakan salah satu dari pendiri Budi Utomo, dan menjadi ketuanya pada tahun 1914-1915. Pada masa ini, Ia mengusulkan untuk adanya pembentukan milisi rakyat Indonesia, yang tentu saja ditentang oleh pemerintahan Hindia Belanda, namun tidak berakhir dengan kekosongan, karena Belanda berkompromi dan membuat Volksraad,