Mata uang lama yang tak akan pernah usang: DISIPLIN. Tanpa disiplin, tidak ada hasil apapun. Banyak cita-cita dan keinginan kandas karna kurangnya disiplin. Udah punya impian. Sampai-sampai teknik "mengumumkan impiannya ke semua orang" sudah dilakukan.
Tapi impiannya tetap tak terwujud. Mengapa? Lack of discipline. Kurang disiplinnya. Kalau kamu tahu dirimu kurang disiplin, jangan bercita-cita, jangan menjanjikan apalagi sampai mengumumkan impianmu. Ujung-ujungnya hanya akan mempermalukanmu. Tapi, impian plus disiplin, itulah yang akan akhirnya mengalahkan seseorang yang begitu berbakat tapi tak punya disiplin.
E=Emosimu akan menentukan berat ringannya bebanmu
Bener lho! Saya melihat betapa banyak orang yang bebannya sebenarnya berat banget. Tapi karena perasaan mereka "easy going", santai menghadapinya justru hidup mereka jadi tak terlalu berat.
Tapi, sebaliknya ada yang bebannya tidak terlalu berat, tapi karena disikapi dengan perasaan susah hati, akhirnya justru orang itu menjadi sangat depresi bahkan ada yang berakhir dengan bunuh diri. Padahal, masih banyak yang masalahnya jauh lebih berat. Jadi, emosimu akan menentukan berat ringannya bebanmu!
K=Kendalikan "keinginan" dan "kebutuhan"
Nah, ini kunci kecerdasan finansial. Para ahli keuangan akan selalu nasihati kita, hati-hati untuk bedakan antara 'kebutuhan' dan 'keinginan'. Kebutuhan itu wajib, tapi keinginan itu optional! Banyak yang memaksakan keinginannya, padahal nggak butuh-butuh banget.
Atau banyak sekali kasus dimana orang menjadi lebih besar pasak daripada tiang gara-gara banyak keinginannya. Hati-hatilah dengan keinginan yang tak terkendali.
A=Antusiaslah!
Seringkali orang yang antusias adalah orang yang beruntung. Saya bertemu banyak dan melihat banyak kasus dimana keberuntungan datang menghampiri seorang yang antusias. Belum lama ini, saya bertemu seorang yang bukan ahli di bidang HRD, juga lulusan ilmu yang nggak ada kaitannya dengan HRD. Juga tidak bekerja di bidang HRD.
Tapi dia sangat antusias soal HRD. Malahan, mungkin ada banyak orang HRD yang lebih kompeten. Tapi, dia paling antusias dan kemana-mana bicara soal HRD. Dia juga antusias belajar HRD.
Akhirnya, malahan dia diundang seminar dan bicara kemana-mana karna "bara api" antusiasmenya yang begitu menular. Dia dianggap pakar, karna antusiasmenya. Dan diapun banyak mendapat pujian karena antusiasmenya. Bahkan, dia pernah ditawarin menjadi ditektur HRD. Bahkan mengalahkan keberuntungan seorang HRD, yang tidak antusias dengan bidang. Itulah dahsyatnya ANTUSIASME!