Pada dasarnya, NLP membantu kita mampu memetakan dimana kita berada saat ini. Juga membantu mendapatkan apa yang kita inginkan. NLP berisi ratusan teknik yang bisa membantu kita mengubah, hal-hal yang tidak bermanfaat, mengoptimalkan apa yang bisa membantu kita dan juga menciptakan alternatif pola yang lebih baik dalam perjalanan kehidupan kita.
Problem NLP di Indonesia
Problemnya, di Indonesia ini, NLP masih menimbulkan banyak kontroversi dan juga pendapat yang miring.
Diantaranya, NLP yang kini banyak dikaitkan dengan New Age movement. Memang tidak salah sih kalau pemikirian ini muncul. Masalahnya, banyak prakitis dan pengajar NLP yang kebablasan mengajarkan NLP sehingga memberikan kesan, "Potensi Manusia adalah Segala-galanya", sehingga Tuhan menjadi nomer dua.
Ketidakbijaksanaan inilah, yang akhirnya menjadi bumerang bagi ilmu NLP. Padahal, banyak juga pelaku bahkan rohaniwan yang belajar NLP, yang mampu menggunakan teknik-teknik NLP ini, tanpa meninggalkan Tuhan. Malahan, ilmu NLP yang mengajarkan soal potensi otak manusia, seharusnya membuat kita semakin bersyukur atas karuniaNya!
Kedua, sikap diantara segelintir praktisi NLP yang jadi arogan dan mulai menyerang dan menyepelekan ilmu-ilmu lain, termasuk psikologi. Masalahnya, saya pribadi pernah dengar seorang praktisi NLP yang dengan arogan berkata, "Saya merasa lebih pinter dari psikolog dan psikiater. Ada pasien yang terbelenggu oleh trauma masa lalu yang bersesi-sesi konsultasi tak selesai, bisa saya selesaikan hanya dalam waktu 1 jam pertemuan". Coba?
Ketiga, kurang kompaknya di antara para praktisi dan pengajar NLP, sehingga cenderung saling menyerang dan menjatuhkan. Padahal, di Indonesia sendiri, pemberitaan dan informasi soal NLP sendiri sebenarnya masih amatlah kurang. Kalau saja, para komunitas, praktisi dan pengajar NLP bersatu, maka pastinya penyebaran informasi NLP di Indonesia, akan bisa semakin positif dan bermanfaat. Dan terus terang di Indonesia ini, sebenarnya ada begitu banyak guru NLP yang luar biasa.
Kali ini saya akan sharing.
Ada dua pengalaman saya dengan NLP yang powerful. Pertama, sudah lama saya mengalami ketidaknyamanan bepergian. Khususnya, saat saya harus menutup koper yang saya susun. Selalu ada perasaan tidak enak. Entah mengapa perasaan seperti itu muncul. Setelah belajar teknik timeline di NLP, saya menemukan sebabnya.
Ternyata hal itu ada kaitannya dengan pengalaman traumatis "tutup peti" saat ayah saya meninggal. Padahal, saat itu saya baru berusia 4 tahun. Ternyata, pengalaman itu tersimpan di bawah sadar dan setiap kali menutup koper, akan pergi. Bawah sadar saya langsung membawa saya ke pengalaman menyakitkan tersebut. Dengan belajar timeline, saya bisa menasihati dan melakukan self terapi. Hasilnya, pengalaman perjalanan bukan lagi menjadi sesuatu yang traumatis, tapi justru membuat 'excited".