Baiklah suapaya dapat dipahami dengan baik, saya akan memberikan semacam contoh ilustrasi. Di suatu kelas di Seminari Mertoyudan terdapat dua seminaris yang berkenalan. Ini merupakan tahun pertama dan terakhir mereka karena mereka masuk ke kelas Persiapan Atas sehingga hanya satu tahun saja mereka berformasi dan akan melanjutkan ke ordo atau diosesan yang mereka pilih. Mereka adalah Sihaloho dan Matopai. Sihaloho berasal dari Samosir dan Matopai dari Ambon. Sihaloho mengetahui bahwa dirinya memiliki kekhasan yaitu keras dalam berbahasa sehingga ia mencoba menghaluskan cara bicaranya, sedangkan Matopai karena dia berasal dari Ambon yang terkenal cepat dan suka menyingkat-nyngkat kata saat berbahasa, maka dia berusaha untuk untuk tidak cepat-cepat ketika sedang berbicara dan juga menggunakan tata bahasa yang baik. Dan keduanya akhirnya dapat memahami maksud satu sama lain, dan akhirnya akrab menjadi sahabat formasi.
      Contoh ilustrasi diatas mengambil penerapan langkah pertama. Dari contoh diatas dengan kita memahami seperti apa keberagaman dalam diri kita, kita dapat berkomunikasi dengan tepat dengan orang lain serta orang lain dapat memahami apa maksud dari apa yang hendak kita komunikasikan.
      Demikianlah yang dapat kita pahami bagaimana cara kita berkomunikasi dengan tepat dalam konteks keberagaman. Dengan kita memahami langkah-langkah itu, kita dapat berkomunikasi dengan orang-orang yang beraneka ragamnya baik suku, budaya, agama maupun ras dan menciptakan suatu relasi yang baik, serta juga menciptakan persatuan dan kesatuan di Negara Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H