Mohon tunggu...
Wira D. Purwalodra (First)
Wira D. Purwalodra (First) Mohon Tunggu... Penulis - Let us reset our life to move towards great shifting, beyond all dusruption.

Saatnya menyibak RAHASIA kehidupan semesta yang Maha Sempurna ini, dengan terus menebar kebajikan untuk sesama dan terus membuat drama kehidupan dan bercerita tentang pikiran kita yang selalu lapar, dahaga dan miskin pengetahuan ini. Sekarang aku paham bahwa kita tidak perlu mencapai kesempurnaan untuk berbicara tentang kesempurnaan, tidak perlu mencapai keunggulan untuk berbicara tentang keunggulan, dan tidak perlu mencapai tingkat evolusi tertinggi untuk berbicara tentang tingkat evolusi tertinggi. Karena PENGETAHUAN mendahului PENGALAMAN.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Menggali Peran Filsafat Ilmu dalam Membentuk Kurikulum Masa Depan?!

27 Agustus 2024   14:35 Diperbarui: 27 Agustus 2024   14:40 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: fadistrik.com

Di sisi lain, banyak sekolah di Indonesia yang masih terkungkung dalam tembok rigiditas birokrasi dan kurikulum yang telah ketinggalan zaman. Promosi kreativitas dan inovasi sering kali terhambat oleh pendekatan pembelajaran yang terlalu fokus pada pencapaian angka daripada makna sejati pembelajaran. Inspirasi dari Ibn Sina yang mengatakan "Hidup ibarat berjalan melawan arus" mengingatkan kita bahwa tantangan yang dihadapi harus dimaknai sebagai kesempatan untuk bergerak melampaui batas-batas yang ada.

Untuk mencapai semua ini, para pengambil keputusan dalam dunia pendidikan harus memahami nilai filsafat ilmu sebagai bintang penunjuk bagi penegakan visi pendidikan masa depan. 

Memiliki anggaran besar untuk pendidikan, hingga 20% dari APBN dan APBD, harus dapat dipergunakan secara bijak untuk menerapkan filosofi pembelajaran yang lebih seimbang dan berkelanjutan. Melalui sinergi berbagai elemen pendidikan, termasuk fasilitas, tenaga pengajar, dan kurikulum, kita dapat menuju pada sistem pendidikan yang lebih adaptif dan responsif terhadap perubahan zaman.

Pembelajaran bukanlah hanya soal menjawab pertanyaan, tetapi bagaimana pertanyaan itu dihasilkan dan bagaimana peserta didik dapat mengembangkan rasa ingin tahu mereka sendiri. Rumi, seorang pujangga sufi, pernah berujar, "Jalan cahaya tidak ditemukan dalam jawaban, tetapi dalam pertanyaan." Inilah esensi dari kurikulum berbasis filsafat ilmu, yang menghidupkan semangat bertanya dalam diri setiap peserta didik.

Pada akhirnya, esensi dari pendidikan adalah untuk membentuk manusia seutuhnya, bukan hanya sekadar individu dengan segudang informasi, melainkan juga sebagai pribadi yang mampu bersikap kritis, etis, dan mampu memberikan kontribusi positif bagi masyarakat sekitarnya. Kurikulum masa depan sepatutnya dirancang bukan hanya untuk hari ini, tetapi dengan cita-cita membangun generasi yang dapat mendobrak batas tembok sekolah dalam dinamika kehidupan nyata !?

Filsafat ilmu menawarkan pendekatan yang integratif antara ilmu dan moralitas, antara pengetahuan dan aplikasi nyata. Pendidikan adalah upaya untuk memberikan kebebasan melalui pengetahuan. "Mengetahui bukan berarti merasa, tetapi menjadi," ujar John Dewey, menekankan bahwa pendidikan harus mampu mengubah keberadaan manusia, bukan sekadar wawasannya.

Transformasi kurikulum perlu tidak sekedar fokus pada pengajaran tetapi pada pembelajaran. Pedagogi transformatif yang didasari oleh filsafat ilmu mempertanyakan dan menantang asumsi, keyakinan, nilai-nilai yang ada dalam upaya pembebasan dan pembentukan nalar kritis para peserta didik. Hal ini menjadi tujuan krusial, terutama dalam konteks Indonesia yang kaya akan kekayaan budaya dan keragaman.

Lebih dari sekadar institusi formal, sekolah harus menjadi tempat di mana peserta didik dapat mengembangkan potensinya secara penuh, seperti yang diungkapkan oleh Plato, "Pendidikan bukanlah mengisi wadah yang kosong, melainkan menyalakan api." Dengan filsafat ilmu sebagai panduan, kita dapat memantik api tersebut dalam diri peserta didik, membantu mereka menemukan tujuan hidup mereka dan memberikan kontribusi nyata bagi dunia yang lebih luas.

Oleh karena itu, penting bagi kita semua untuk mengambil langkah berani dan inovatif dalam merancang kurikulum dengan menempatkan filsafat ilmu sebagai fondasinya. Menciptakan generasi pembelajar yang tidak hanya cerdas secara intelektual tetapi juga arif secara moral dan spiritual merupakan langkah yang tepat untuk menghadapi tantangan masa depan yang penuh ketidakpastian.

Di tengah gemuruh globalisasi, filsafat ilmu menawarkan pandangan jauh ke dalam diri manusia, menuntun kurikulum untuk sejalan dengan nilai-nilai luhur kemanusiaan. Ketika kurikulum mampu menembus tembok-tembok sekolah dan menggugah kesadaran, maka pendidikan benar-benar mencapai tujuannya, mengubah dunia melalui perubahan yang dimulai dari diri sendiri.

Di balik tembok sekolah terletak potensi tak terbatas untuk menciptakan perubahan. Dan dengan filsafat ilmu, kita tidak hanya menggali ilmu tetapi juga membentuk makna sejati dari pendidikan itu sendiri. Dialog terus menerus dalam menghadapi ketidakpastian akan membuat pendidikan tetap relevan, menyatu dalam seluruh aspek kehidupan manusia. Wallahu A'lamu Bishshawaab.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun