Mohon tunggu...
Wira D. Purwalodra (First)
Wira D. Purwalodra (First) Mohon Tunggu... Penulis - Let us reset our life to move towards great shifting, beyond all dusruption.

Saatnya menyibak RAHASIA kehidupan semesta yang Maha Sempurna ini, dengan terus menebar kebajikan untuk sesama dan terus membuat drama kehidupan dan bercerita tentang pikiran kita yang selalu lapar, dahaga dan miskin pengetahuan ini. Sekarang aku paham bahwa kita tidak perlu mencapai kesempurnaan untuk berbicara tentang kesempurnaan, tidak perlu mencapai keunggulan untuk berbicara tentang keunggulan, dan tidak perlu mencapai tingkat evolusi tertinggi untuk berbicara tentang tingkat evolusi tertinggi. Karena PENGETAHUAN mendahului PENGALAMAN.

Selanjutnya

Tutup

Parenting

Mendorong Eksplorasi: Strategi Komunikasi yang Mendukung Kemandirian Anak Usia Sekolah Dasar ?!

24 Agustus 2024   20:41 Diperbarui: 24 Agustus 2024   20:43 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oleh. Wira Dhamadumadi Purwalodra

Mendorong eksplorasi kemandirian pada anak usia sekolah dasar adalah salah satu tugas penting para orang tua dan pendidik. Dalam pendidikan Islam, anak-anak dipandang sebagai amanah yang harus dipupuk agar tumbuh menjadi pribadi yang mandiri, berakhlak mulia, dan berilmu, sejajar dengan ajaran Nabi Muhammad SAW yang menekankan pentingnya pendidikan karakter sejak dini. Prinsip ini sejalan dengan pemikiran psikolog modern seperti Erik Erikson, yang mengidentifikasi tahap perkembangan anak usia sekolah sebagai fase penting bagi perkembangan rasa mandiri dan inisiatif.

Komunikasi yang baik adalah kunci dalam mendukung kemandirian ini. Albert Bandura, seorang psikolog terkenal dengan teori pembelajaran sosial, menekankan pentingnya modelling dan observational learning. Anak-anak belajar dari contoh, dan cara orang tua berkomunikasi bisa menjadi model penting dalam pembentukan kemampuan komunikasi dan kemandirian mereka. Orang tua seharusnya mempertimbangkan sikap sebagai role model dalam berbicara dan bersikap yang memfasilitasi pembelajaran anak dalam konteks yang positif dan motivasional.

Pendekatan komunikasi yang empatik dan suportif menjadi strategi efektif dalam mendorong eksplorasi anak. Carl Rogers, dengan teori psikoterapi centering on client, menunjukkan bahwa empati dan pengertian adalah dasar dari komunikasi yang membangun kepercayaan dan memotivasi. Dalam konteks parenting, sikap menerima dan mendengar sepenuh hati akan membuat anak merasa dihargai dan didukung. Ini menciptakan lingkungan yang aman bagi mereka untuk mengekspresikan diri dan mencoba hal-hal baru.

Kemandirian juga berkaitan erat dengan pemberian tanggung jawab sesuai usia. Menurut penelitian oleh Lev Vygotsky, konsep "zone of proximal development" (ZPD) menekankan pentingnya memberikan tantangan yang tepat bagi perkembangan kognitif anak. Orang tua dan guru dapat membimbing anak memasuki dan menavigasi ZPD mereka dengan bantuan komunikasi yang mendorong pertanyaan terbuka, seperti "Menurutmu, bagaimana cara terbaik untuk menyelesaikan ini?" Hal ini tidak hanya mendorong pemikiran kritis tetapi juga mempromosikan kebiasaan belajar mandiri.

Gambar: Dok. Pribadi.
Gambar: Dok. Pribadi.

Dari kacamata Islam, komunikasi yang baik juga ditegaskan oleh nilai-nilai adab dan etika. Quran mengajarkan pentingnya berkata lembut dan bijak, sebagaimana firman Allah dalam Surat An-Nahl:125, "Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik, dan bantahlah mereka dengan cara yang baik." Metafora komunikasi yang lembut ini dapat diterapkan dalam hubungan orang tua dan anak, mendorong dialog yang penuh hikmah dan kebaikan.

Beranjak pada teknik komunikasi, penting untuk menyoroti strategi berbicara yang menginspirasi rasa percaya diri dan keamanan psikologis. Penggunaan pujian yang spesifik dan tulus, sesuai panduan dari Carol Dweck, dapat menguatkan mindset berkembang pada anak. Alih-alih memuji kemampuan bawaan, seperti "Kamu pintar sekali," lebih baik memuji usahanya, "Kamu benar-benar bekerja keras menyelesaikan tugas ini." Hal ini menumbuhkan rasa percaya diri dalam eksplorasi dan menyambut kesalahan sebagai bagian dari proses belajar.

Selain teknik verbal, bahasa tubuh juga memainkan peran penting dalam komunikasi yang efektif. Berdasarkan teori komunikasi non-verbal oleh Albert Mehrabian, ekspresi wajah dan intonasi suara memberikan kontribusi yang signifikan terhadap makna percakapan. Kontak mata, anggukan kepala, dan senyuman dapat memperkuat pesan bahwa orang tua mendengarkan dengan penuh perhatian dan mendukung aspirasi anak mereka.

Sementara itu, penting pula untuk dapat mengendalikan komunikasi untuk menghindari kontrol berlebihan yang dapat menghambat kemandirian. Sebagaimana peringatan dari otoritarianisme dalam pola asuhan, control yang berlebihan dapat memadamkan naluri eksploratif anak dan menghambat pertumbuhan harga diri. Kebijakan Rasulullah SAW yang mendorong musyawarah dan memberikan kebebasan dalam hal tidak melanggar prinsip agama dapat diadopsi dalam konteks pengasuhan untuk memberikan ruang bagi anak-anak dalam mengambil keputusan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun