Mohon tunggu...
Wira D. Purwalodra (First)
Wira D. Purwalodra (First) Mohon Tunggu... Penulis - Let us reset our life to move towards great shifting, beyond all dusruption.

Saatnya menyibak RAHASIA kehidupan semesta yang Maha Sempurna ini, dengan terus menebar kebajikan untuk sesama dan terus membuat drama kehidupan dan bercerita tentang pikiran kita yang selalu lapar, dahaga dan miskin pengetahuan ini. Sekarang aku paham bahwa kita tidak perlu mencapai kesempurnaan untuk berbicara tentang kesempurnaan, tidak perlu mencapai keunggulan untuk berbicara tentang keunggulan, dan tidak perlu mencapai tingkat evolusi tertinggi untuk berbicara tentang tingkat evolusi tertinggi. Karena PENGETAHUAN mendahului PENGALAMAN.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Menikmati Proses: Melodi Harmonisasi Kehidupan dan Vibrasi Alam Semesta?!

21 Agustus 2024   15:32 Diperbarui: 21 Agustus 2024   17:13 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar: Dok. Pribadi

Oleh. Wira D. Purwalodra

Hidup ini seperti sebuah simfoni besar di mana setiap nada, baik tinggi maupun rendah, memainkan peranan penting dalam menciptakan melodi yang harmonis. Dalam perjalanannya, manusia sering kali terjebak dalam keinginan hasil instan, melupakan bahwa kenikmatan sejati terletak pada proses itu sendiri. Bagaikan musisi yang mencintai setiap not dan permainan intervalnya, manusia juga bisa merasakan keindahan hidup dalam setiap detik perjalanannya. "Satu-satunya cara untuk membuat perubahan menjadi masuk akal adalah dengan menyelami, bergerak bersama, dan ikut menari," kata filsuf Alan Watts. Dalam konteks ini, perubahan adalah melodi dari kehidupan dan gerakan kita yang harmonis dengan getaran alam semesta.

Pembahasan tentang vibrasi dan hukum tarik-menarik sering mengacu pada ide, bahwa frekuensi atau getaran energi dari pikiran dan perasaan kita menentukan realitas yang kita temui. Dalam bahasa sederhana, kita cenderung menarik apa yang kita pikirkan dan rasakan. Menarik untuk diingat adalah kata-kata Buddha, "Apa yang kamu pikirkan, kamu menjadi. Apa yang kamu rasakan, kamu tarik. Apa yang kamu bayangkan, kamu ciptakan." Vibrasi energi kita ini menghasilkan resonansi dengan frekuensi serupa di alam semesta, mengantarkan pengalaman yang sesuai dengan getaran kita.

Menikmati proses adalah tentang menyelaraskan vibrasi kita dengan tujuan dan cita-cita yang lebih besar. Saat kita fokus pada perjalanan daripada tujuan akhir, kita memancarkan energi yang lebih murni dan selaras. Seperti seorang pelukis yang menikmati setiap goresan kuas di kanvas, demikian pula kita bisa menikmati setiap langkah kehidupan, baik itu dalam kerja, belajar, atau bahkan dalam menghadapi tantangan dan kesulitan. Nietzsche pernah berkata, "Dia yang memiliki alasan untuk hidup akan mampu menanggung hampir semua bagaimana caranya." Dengan tujuan yang selaras, setiap bagaimana caranya menjadi lebih ringan dan setiap proses lebih bermakna.

Mendalami proses ini berarti mengakui bahwa setiap pengalaman, baik itu suka maupun duka, memiliki tempatnya sendiri dalam simpul besar kehidupan kita. Sebagaimana kata-kata bijak dari Marcus Aurelius, "Hambatan terhadap aksi adalah memajukan aksi. Apa yang menghalangi jalan menjadi jalan itu sendiri." Hambatan bukanlah penghalang, tetapi justru bagian dari jalan yang harus kita lalui dan nikmati. Ketika kita merangkul hal ini, vibrasi kita menjadi lebih harmonis, dan kita cenderung menarik tantangan yang akan membentuk kita menjadi versi terbaik dari diri kita.

Dalam konteks hukum tarik-menarik, emosi dan perasaan menjadi pemandu yang kuat. Ketika kita merasa senang, bersemangat, dan penuh cinta, kita memancarkan getaran positif yang mempengaruhi kondisi fisik dan kehidupan kita. Mengutip dari Esther Hicks, "Semakin baik perasaanmu, semakin selaras dirimu. Semakin buruk perasaanmu, semakin tidak selaras dirimu." Ini adalah prinsip dasar dalam menikmati proses kehidupan, di mana perasaan kita tidak hanya mempengaruhi pikiran tetapi juga menarik situasi yang sesuai dengan frekuensi vibrasi kita.

Bagaimana kita mencapai keadaan vibrasi yang sesuai? Salah satu caranya adalah dengan mempraktikkan rasa syukur. Ketika kita mengalihkan fokus kita dari kekurangan ke kelimpahan dan menghargai hal-hal kecil, kita meningkatkan resonansi positif dalam diri kita. Sebagaimana Meister Eckhart pernah mengamati, "Jika satu-satunya doa yang kamu ucapkan sepanjang hidupmu adalah terima kasih, itu sudah cukup." Dengan bersyukur, kita menjalani proses dengan lebih terbuka dan penuh harapan, memancarkan getaran yang mengundang lebih banyak hal baik dalam hidup kita.

Selain itu, berpikir positif dan berbicara baik tentang diri sendiri juga penting dalam menjaga vibrasi kita tetap tinggi. Kata-kata memiliki kekuatan besar dalam mentransformasi realitas kita. Ralph Waldo Emerson mengatakan, "Kamu adalah apa yang kamu pikirkan sepanjang hari." Jadi, ketika kita mulai mengganti pikiran negatif dengan pikiran yang lebih positif, kita mulai membentuk realitas yang lebih selaras dengan impian kita. Ini bukan sekadar soal berilusi tetapi tentang polisi vokasi terhadap kenyataan kita dan menyelaraskannya dengan harapan kita.

Meditasi adalah alat lain yang sangat berharga dalam menyelaraskan vibrasi kita. Dengan menyisihkan waktu untuk tenang, kita dapat memperhatikan pikiran kita dan mengarahkan kembali energi kita. "Bagi pikiran yang tenang, seluruh alam semesta tunduk," kata Laozi. Dalam ketenangan, kita dapat menemukan harmoni yang diperlukan untuk menikmati setiap detik dari proses kehidupan, menyadari bahwa setiap saat adalah bagian dari simfoni yang lebih besar.

Penting juga untuk memberikan diri kita izin untuk beristirahat dan memulihkan energi. "Beristirahat bukan berarti berhenti," kata Samuel Butler. Setiap kreator atau pekerja keras perlu beristirahat untuk melanjutkan penciptaan dan produksi yang optimal. Dalam jeda, kita mereset getaran kita dan memungkinkannya untuk menjadi lebih baik dan lebih selaras dengan tujuan kita yang lebih besar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun