Oleh. Wira D. Purwalodra
Dalam kehidupan ini, kita sering kali terperangkap dalam jeratan kebencian dan fanatisme, dua bentuk kotoran spiritual yang merusak dan mencemari jiwa, serta mencegah kita mencapai kehidupan yang damai dan bermakna. Menurut pandangan Syech Syamsuddin at-Tabrizi, seorang tokoh sufi yang terkenal karena keanehannya dan juga kedekatannya dengan salah satu tokoh sufi yang bernama Maulana Jalaluddin Rumi Muhammad bin Hasin al Khattabi al-Bakri atau biasa disebut Jalaluddin Rumi, yang terkenal dengan puisi-puisi tentang kecintaannya kepada Tuhan, menyatakan bahwa cinta adalah solusi utama untuk membersihkan kotoran kebencian dan fanatisme ini. Tulisan ini, mencoba menjelajahi filosofi cinta sebagai solusi membersihkan kotoran rohani, menurut pandangan Syech Syamsuddin at-Tabrizi .
Kebencian adalah emosi negatif yang muncul sebagai hasil dari ketidakpuasan dan ketidakmampuan untuk menerima perbedaan dan keragaman. Kebencian menciptakan konflik dan permusuhan dalam hubungan sosial kita, memisahkan manusia dan merusak kebersamaan. Fanatisme, sebagai bentuk ekstrem dari kebencian, melibatkan pemahaman yang tidak rasional atau berlebihan terhadap suatu ideologi, agama, atau keyakinan tertentu. Fanatisme menutup pikiran dan hati kita terhadap pandangan alternatif dan menghancurkan nilai-nilai dasar seperti toleransi dan persatuan.
Namun, menurut Syech Syamsuddin at-Tabrizi , cinta adalah kekuatan yang mampu mengatasi kebencian dan fanatisme. Cinta adalah energi positif yang membawa kedamaian, kebahagiaan, dan persatuan. Dalam cinta, kita menemukan kekuatan untuk melihat kebaikan dalam setiap individu dan menerima perbedaan sebagai kekayaan yang harus dihargai. Cinta menghubungkan hati dan pikiran kita dengan kesadaran yang lebih tinggi dan membawa harmoni dalam hubungan sosial kita.
- Pertama, cinta melibatkan penerimaan yang tulus terhadap perbedaan. Syech Syamsuddin at-Tabrizi  menekankan pentingnya untuk melihat setiap individu sebagai makhluk yang unik dan berharga, dengan keunikan dan kelebihan masing-masing. Dalam cinta, kita belajar untuk menerima perbedaan sebagai sesuatu yang alami dan tidak perlu ditakuti. Kita tidak lagi terperangkap dalam siklus kebencian dan fanatisme, tetapi menggantinya dengan penghormatan dan penghargaan terhadap keberagaman yang ada di sekitar kita.
- Kedua, dalam cinta, kita dapat melihat sisi manusiawi dalam setiap individu. Syech Syamsuddin at-Tabrizi  mengajarkan pentingnya belas kasih dan simpati terhadap sesama manusia. Dalam cinta, kita tidak lagi memandang orang lain sebagai musuh atau penyebab penderitaan, tetapi sebagai saudara yang perlu kita bantu dan berbagi kasih sayang dengan mereka. Cinta mengajarkan kita untuk melihat kebaikan dalam setiap individu, meskipun dalam situasi yang paling sulit sekalipun.
- Ketiga, cinta juga akan memunculkan kemurahan hati dan kedermawanan. Dalam cinta, kita belajar untuk memberi tanpa pamrih dan berbagi dengan mereka yang membutuhkan. Syech Syamsuddin at-Tabrizi mengajarkan bahwa cinta adalah tindakan yang menggerakkan hati kita untuk memberikan kebaikan kepada sesama manusia. Dalam memberi dengan cinta, kita tidak hanya membersihkan kotoran kebencian dan fanatisme dari dalam diri kita, tetapi juga menawarkan solusi bagi mereka yang juga terjebak dalam jeratan kotoran rohani ini.
- Keempat, cinta jakan melahirkan perdamaian dan harmoni. Dalam cinta, kita menciptakan ruang untuk dialog dan diskusi yang mendalam, di mana kita dapat saling memahami dan mencari penyelesaian untuk konflik. Cinta mengajarkan kita untuk mendengarkan dengan penuh perhatian, menghargai pandangan orang lain, dan mencari titik temu yang saling menguntungkan. Dalam budaya cinta yang kuat, kebencian dan fanatisme tidak dapat bertahan, karena cinta mengungkapkan kebenaran yang lebih besar dari pada perbedaan-perbedaan yang tampak.
- Kelima, cinta adalah kekuatan yang memberdayakan individu dan masyarakat. Dalam cinta, kita dapat meningkatkan diri kita sendiri dan orang lain untuk mencapai potensi terbaik mereka. Cinta memberi kita motivasi untuk tumbuh dan berkembang sebagai individu yang lebih sabar, pengertian, dan peduli. Cinta membangun ikatan yang kuat dalam masyarakat, menghasilkan keterpaduan dan kerjasama untuk membangun dunia yang lebih baik dan lebih manusiawi.
Jadi, ternyata cinta adalah solusi penting dan kuat untuk membersihkan kotoran kebencian dan fanatisme dalam kehidupan kita. Melalui cinta, kita dapat menerima perbedaan dengan tulus, melihat kebaikan dalam setiap individu, belajar memberi dengan kemurahan hati, menciptakan perdamaian dan harmoni, serta memberdayakan diri sendiri dan mereka di sekitar kita. Dalam filosofi cinta, seperti yang dikemukakan oleh Syech Syamsuddin at-Tabrizi, kita dapat mencapai kehidupan yang penuh kedamaian dan kebahagiaan, serta mewujudkan masyarakat yang berlandaskan pada cinta dan persaudaraan.
Kita sering kali terfokus pada kotoran jasmani yang mengotori tubuh kita dan melupakan kotoran rohani yang mencemari jiwa kita. Namun, menurut pandangan Syech Syamsuddin at-Tabrizi, seorang tokoh pemikir dan pembaharu sosial, bahwa untuk memahami dan membersihkan kotoran jasmani dan kotoran rohani, agar kita dapat mencapai kehidupan yang seimbang dan bermakna ?!
Kotoran jasmani adalah segala sesuatu yang kita anggap sebagai sampah atau cemaran fisik dalam tubuh kita. Ini termasuk kotoran, keringat, kuman, dan racun yang kita serap dari lingkungan sehari-hari. Kotoran jasmani membutuhkan perhatian dan kebersihan fisik yang baik, seperti mandi, berolahraga, dan menjaga pola makan yang sehat. Namun, terkadang kita terlalu terobsesi dengan kotoran jasmani hingga melupakan pentingnya membersihkan kotoran rohani yang ada dalam jiwa kita.
Kotoran rohani, di sisi lain, merujuk pada pikiran, emosi, dan sikap negatif yang mencemari jiwa kita. Ini termasuk kebencian, iri hati, keserakahan, keegoisan, dan fanatisme. Kotoran rohani merusak keseimbangan spiritual kita, menghalangi pertumbuhan pribadi, dan menghambat hubungan sosial yang sehat. Tanpa membersihkan kotoran rohani, kita akan terperangkap dalam siklus energi negatif yang menghancurkan dan merugikan diri kita sendiri serta orang di sekitar kita ?!
Menurut Syech Syamsuddin at-Tabrizi, membersihkan kotoran jasmani dan kotoran rohani sama-sama penting dalam menjaga keseimbangan dan kesejahteraan manusia. Membersihkan kotoran jasmani adalah langkah awal dalam menjaga kesehatan fisik kita dan mempersiapkan diri untuk membersihkan kotoran rohani. Melalui menjaga kebersihan tubuh dan menjaga kebugaran fisik, kita membuka jalan untuk memperoleh energi positif yang diperlukan untuk membersihkan kotoran rohani ?!
Namun, membersihkan kotoran rohani tidak hanya sekadar kebersihan fisik. Kita membutuhkan keberanian dan kejujuran diri untuk memperhatikan dan menghadapi kotoran rohani yang mencemari jiwa kita. Hal ini melibatkan refleksi diri dan pengakuan akan kelemahan dan kekurangan kita. Dengan menyadari kotoran rohani, kita dapat memulai proses membersihkan dengan menggantikan pikiran dan sikap negatif dengan yang positif.
Syech Syamsuddin at-Tabrizi  mengajarkan pentingnya cinta kasih dan pengampunan dalam membersihkan kotoran rohani. Cinta kasih adalah kekuatan yang mampu mengatasi kebencian dan keegoisan. Dengan mempraktikkan cinta kasih, kita dapat membuka hati kita untuk belas kasihan dan simpati terhadap orang lain, serta memberikan maaf dan pengampunan kepada mereka yang telah melukai kita. Melalui cinta kasih, kita membersihkan kotoran rohani yang mencemari jiwa kita dan menuju arah kehidupan yang lebih harmonis dan bahagia.
Selain itu, Syech Syamsuddin at-Tabrizi  menekankan pentingnya mendekatkan diri dengan keberadaan Tuhan dalam membersihkan kotoran rohani. Dalam mencari kedekatan dengan Tuhan, kita dapat menemukan kekuatan dan inspirasi untuk mengatasi kebencian, iri hati, dan fanatisme. Dalam kehidupan spiritual yang mendalam, kita dapat mencapai pemahaman yang lebih tinggi tentang diri sendiri dan tujuan hidup kita, serta mengapa membersihkan kotoran rohani adalah langkah penting dalam mencapai kesejahteraan pribadi dan keharmonisan sosial.
Jadi pada akhirnya, kotoran jasmani dan kotoran rohani merupakan dua aspek yang perlu diperhatikan dalam menjaga kehidupan yang seimbang dan bermakna. Kotoran jasmani membutuhkan perhatian fisik, sedangkan kotoran rohani memerlukan refleksi diri, cinta kasih, dan kedekatan dengan Tuhan. Dengan memahami dan membersihkan kotoran jasmani dan rohani, kita dapat mencapai kesejahteraan fisik dan kesehatan jiwa yang saling terhubung. Syech Syamsuddin at-Tabrizi, mengingatkan kita untuk menjaga keselarasan antara tubuh (body), pikiran (mind), dan jiwa (soul) dalam perjalanan hidup kita, guna mencapai kehidupan yang lebih baik ?! Wallahu A'lamu Bishshawwab.
Bekasi, 01 Nopember 2023.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H