Merasa Sebelum Terasa, Perlu Olah Rasa?!

Oleh. Wira D. Purwalodra

Dalam menjalani kehidupan ini, kita seringkali merasakan sesuatu sebelum terwujud dalam dunia nyata. Perasaan ini bisa berupa harapan, kegembiraan, kekhawatiran, atau kecemasan. Namun, apa sebenarnya makna dari merasa sebelum terasa? Dan apa peran perasaan ini dalam membentuk makna dan hakekat hidup kita?

Merasa sebelum terasa adalah tentang memiliki pemahaman yang lebih dalam tentang diri kita sendiri dan hubungan kita dengan lingkungan sekitar. Ini adalah kemampuan kita untuk merasakan sesuatu yang belum terjadi, melihat potensi yang mungkin terjadi, dan mempersiapkan diri kita untuk menerimanya dengan tangan terbuka. Ketika kita merasa sebelum terasa, kita menciptakan ruang dalam pikiran dan hati kita untuk menerima apapun yang akan terjadi ?!

Perasaan ini juga mencerminkan esensi manusia sebagai makhluk yang memiliki imajinasi dan kemampuan untuk merenung. Merasa sebelum terasa mengungkapkan bahwa kita mampu membayangkan, merencanakan, dan mengantisipasi masa depan. Itu menjadikan kita makhluk yang unik dan mendorong kita untuk melakukan tindakan yang memperkaya hidup kita.

Namun, apakah merasa sebelum terasa selalu mengarah pada makna sejati dalam hidup kita? Tidak selalu demikian. Terkadang, perasaan kita dapat mengaburkan realitas dan memperkuat pemahaman yang tidak akurat. Kita dapat terjebak dalam impian dan harapan yang hanya berupa khayalan semata. Dalam situasi seperti ini, merasa sebelum terasa dapat menahan kita dari melihat dan menerima kebenaran yang sebenarnya.

Oleh karena itu, menjadi penting bagi kita untuk membedakan antara perasaan yang berasal dari pemahaman yang benar dan perasaan yang muncul dari pikiran yang terbatas dan prasangka. Hal ini membutuhkan kebijaksanaan, refleksi yang mendalam, dan kejujuran terhadap diri sendiri. Kita harus mampu melihat perasaan kita dengan objektif dan mempertanyakan apakah perasaan itu sesuai dengan realitas yang ada ?!

Selain itu, merasa sebelum terasa juga dapat memiliki tafsiran yang lebih dalam. Apakah merasakan itu berarti melihat hasil yang diinginkan ataukah menghargai proses yang kita jalani untuk mencapainya? Sebuah perbedaan yang mendasar yang mempengaruhi cara kita memahami dan menjalani hidup. Terkadang, kita sering terlalu terfokus pada hasil dan merasa frustasi jika tidak tercapai. Namun, belajar untuk merasakan proses itu sendiri dapat memberikan kita makna yang lebih dalam dan kepuasan yang tidak dapat diukur !?

Kita harus terlibat dalam proses hidup, dimana perasaan kita menjadi instrumen yang berharga. Perasaan akan memberi kita petunjuk tentang apakah kita berada di jalur yang benar, mengingatkan kita tentang apa yang benar-benar penting, dan melibatkan kita secara emosional dengan setiap langkah yang kita ambil. Ketika kita merasakan sesuatu secara mendalam, kita juga mampu merasakan dunia dengan lebih dalam, lebih bermakna, dan lebih kasih sayang ?!

Filosofi merasa sebelum terasa mengajarkan kita tentang pentingnya menghargai setiap momen dalam hidup kita. Hal ini mengingatkan kita untuk hidup di saat ini, melibatkan diri sepenuhnya dalam pengalaman yang ada, dan tidak terjebak dalam kecemasan masa depan atau penyesalan masa lalu. Ketika kita benar-benar hadir dalam setiap momen "disini, sekarang," kita dapat merasakan keindahan, keajaiban, dan makna yang ada di sekitar kita ?!

Merasa sebelum terasa, pada akhirnya, adalah tentang penghargaan terhadap perasaan dan emosi kita. Perasaan adalah sebuah hadiah dari Tuhan yang diberikan kepada kita sebagai manusia, dan kita harus belajar untuk menghargainya dengan memperdalam pemahaman diri dan dunia di sekitar kita. Dalam proses ini, kita juga harus tetap hati-hati agar perasaan kita tidak mengecilkan makna hidup kita atau mempengaruhi persepsi kita tentang realitas yang ada.

Olah Rasa dan Olah Pikir

Setiap hari, setiap saat, kita sering dihadapkan pada situasi yang menguji perasaan dan pikiran kita. Terkadang, kita merasa terluka, terhina, atau kecewa, sementara pada saat yang sama kita diharapkan untuk tetap positif dan berpikir rasional. Tantangan ini mengajarkan kita pentingnya melakukan olah rasa dan olah pikir, yaitu: mengasah kemampuan kita untuk mengelola perasaan serta melatih pikiran kita agar lebih bijak dan objektif. Bagaimana kita seharusnya melakukannya?

Pertama, olah rasa adalah tentang mengenali, menghargai, dan mengelola perasaan kita dengan bijak. Pendekatan ini melibatkan kesadaran diri yang mendalam dan keberanian untuk menghadapi perasaan yang muncul. Ketika kita merasakan emosi atau perasaan negatif, seperti marah, sedih, atau cemas, kita tidak boleh mengabaikannya atau menyembunyikan perasaan itu. Sebaliknya, kita harus dengan penuh kesadaran menerima perasaan tersebut dan mencoba memahami akarnya.

Kedua, melakukan olah rasa juga berarti menghargai perasaan orang lain. Kita harus belajar untuk mendengarkan dan empati terhadap apa yang orang lain alami. Dengan memahami perasaan orang lain, kita dapat membangun kedekatan dan hubungan yang lebih bermakna. Selain itu, dengan mengasah kemampuan empati tersebut, kita dapat mengembangkan pemahaman yang lebih luas tentang kondisi manusia dan memperluas pandangan kita terhadap dunia.

Ketiga, olah pikir adalah bagaimana kita mengelola proses berpikir kita agar lebih bijak, objektif, dan rasional. Melakukan olah pikir memerlukan pemikiran kritis dan reflektif, yang mendalam terhadap pemikiran dan keyakinan kita sendiri. Kita harus mampu melihat dari berbagai sudut pandang, mempertanyakan asumsi kita, dan menguji validitas pemikiran kita. Untuk melakukannya, kita perlu memiliki kesempatan untuk melihat gambaran yang lebih utuh dan mencapai pemahaman yang lebih dalam.

Keempat, olah pikir juga mencakup kemampuan untuk mengelola emosi yang muncul dalam pikiran kita. Ketika kita berpikir dengan emosi yang kuat, seperti kemarahan atau kecemasan, pikiran kita cenderung terdistorsi dan kita mungkin tidak dapat melihat kebenaran secara objektif. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk mencoba menjaga ketenangan pikiran, melalui praktik, seperti meditasi atau latihan relaksasi, sehingga kita dapat berpikir dengan lebih jernih dan obyektif termasuk dalam menghadapi konflik atau situasi yang menuntut.

Kelima, untuk melakukan olah pikir yang efektif, kita juga perlu senantiasa belajar dan terbuka terhadap pengetahuan baru. Tanamkan rasa ingin tahu yang kuat dan berpikir secara kritis terhadap informasi yang kita terima. Di era digital ini, kita harus waspada terhadap berita palsu dan 'hoaks' yang dapat mempengaruhi cara kita berpikir. Pengembangan literasi informasi adalah kunci untuk membedakan fakta dari opini, dan kita harus belajar untuk mencari sumber yang dapat dipercaya dan mendapatkan pendapat yang berbeda.

Keenam, olah pikir tidak hanya tentang mengelola pikiran secara individual, tetapi juga melibatkan dialog dan diskusi dengan orang lain. Mendengarkan pandangan orang lain, mempertimbangkan sudut pandang yang berbeda, dan menghormati perbedaan pendapat adalah bagian penting dari olah pikir yang efektif. Dalam dialog yang terbuka dan saling menghormati, kita dapat memperkaya pikiran kita sendiri dan mencapai pemahaman yang lebih mendalam.

Ketujuh, melakukan olah pikir juga membutuhkan keberanian untuk menghadapi kesalahan dan mengambil tanggung jawab atas tindakan kita. Kita harus belajar dari kesalahan dan tidak takut untuk mengakui bahwa pemikiran atau pendapat kita mungkin salah. Dengan demikian, kita dapat tumbuh dan berkembang secara pribadi maupun intelektual.

Melakukan olah rasa dan olah pikir adalah proses yang terus menerus dan memerlukan latihan yang konsisten. Kita harus melakukan refleksi secara rutin atas perasaan dan pemikiran yang muncul dalam diri kita. Kita perlu membiasakan diri dengan praktik-praktik yang memperkuat kemampuan kita dalam mengelola perasaan dan berpikir secara rasional ?!

Jadi, pada akhirnya, melakukan olah rasa dan olah pikir adalah keterampilan yang penting dalam hidup kita. Dengan merawat dan mengasah kemampuan kita dalam mengelola perasaan serta melatih pikiran kita agar lebih bijak, objektif, dan rasional, kita dapat meningkatkan kualitas hidup kita dan mengembangkan pemahaman yang lebih dalam tentang diri kita sendiri dan dunia di sekitar kita. Karena, perasaan adalah bahasa batin yang mengungkapkan siapa kita sebenarnya dan mengarahkan kita menuju pemahaman yang lebih dalam. Oleh karena itu, mari kita belajar untuk merasa dengan penuh kesadaran, kejujuran, dan rasa syukur, karena 'merasa sebelum terasa' adalah tentang menghargai perjalanan hidup itu sendiri ?! Wallahu A'lamu Bishshawwab.

Bekasi, 21 Oktober 2023