Oleh. Purwalodra
Seperti biasa, setiap mengikuti kegiatan Coffee Morning, saya selalu membawa laptop, HP dan secakir kopi tanpa gula. Sambil mendengarkan arahan Pengurus yayasan, dimana saya berkesempatan 'beranak-cucu' di yayasan sini, saya selalu iseng-iseng menulis sesuai inspirasi yang saya dengar, yang saya lihat dan saya rasakan. Tidak lama kemudian, tulisan lepaspun terpublish, sebelum arahan pimpinan yayasan selesai. Dalam Coffee Morning pagi itu, muncul dua issue utama yang bisa saya tangkap, yakni: Pertama, tentang makanan sehat yang mampu memanjangkan usia, dan menjelma menjadi tulisan berjudul, "Makanan Sehat Itu, Spiritual ?!"Â
Kedua, tentang perilaku organisasi di era Post-Truth. Nah, tulisan yang sedang anda baca ini, tentu akan bercerita tentang perilaku organisasi dan tetek-bengeknya. Jangan tanya tulisan ini ilmiah atau tidak, karena tulisan lepas ini tidak sepenuhnya berselimut kaidah-kaidah ilmiah, tapi yang pasti tulisan ini menggunakan gaya khas Purwalodra ?!. Wkwkwkwk ... !? Â Â
Selama beberapa tahun terakhir, kita telah memasuki era yang sering disebut sebagai "post-truth era" di mana kebenaran tampaknya tidak lagi menjadi fokus utama atau acuan dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam mengembangkan sebuah yayasan. Tetapi, di tengah kemelut informasi dan ketidakpastian seperti ini, penting bagi yayasan untuk tetap teguh dan membangun langkah-langkah yang kokoh, apalagi yayasan tersebut sudah lama didirikan, dikenal luas dan mengelola core-bussiness yang jelas, serta sudah banyak berdinamika dengan berbagai kondisi dan situasi yang terus berkembang.
Di era post-truth, informasi yang salah dengan mudah bisa menyebar melalui berbagai platform media sosial dan saluran komunikasi yang cepat. Fakta dan data seringkali diperalihkan oleh narasi yang emosional, atau berdasarkan kepercayaan pribadi. Dalam situasi seperti ini, upaya membangun citra yayasan yang kuat dan tahan hujatan, menjadi semakin penting guna menjaga integritas dan keberlanjutan melaksanakan misi yang diemban.
Perlu kita ketahui, bahwa yang paling penting dalam membangun yayasan di era post-truth adalah prioritas pada keselarasan nilai dan transparansi. Organisasi Yayasan harus memiliki nilai-nilai yang jelas dan kuat, dan menegaskan komitmennya untuk mengikuti standar etika yang tinggi. Dengan memastikan bahwa nilai-nilai yayasan konsisten dengan misinya. Para pimpinan yayasan dapat membangun landasan yang stabil yang akan menjadi pedoman dalam menghadapi serangan-serangan informasi palsu ?!!
Selanjutnya, transparansi juga menjadi elemen kunci dalam membangun sebuah yayasan di era post-truth. Tentu, yayasan harus berkomitmen untuk menjaga visibilitas dan akuntabilitas yang tinggi terhadap keseluruhan proses organisasinya. Dengan menyediakan akses yang terbuka pada informasi dan kebijakan yayasan, maka yayasan dapat menunjukkan bahwa yayasan tersebut tidak menyimpan informasi yang patut untuk disembunyikan. Transparansi merupakan alat yang efektif untuk membangun kepercayaan masyarakat dan melepaskan diri dari informasi yang meragukan.
Selain itu, penting bagi yayasan untuk membangun hubungan yang kuat dengan media dan masyarakat. Dalam era post-truth ini, dimana hampir semua orang dapat memposting informasi di media sosial, sangat penting untuk dapat memfilter informasi yang diterima dengan bijak. Melalui kemitraan yang kuat dengan media yang dapat dipercaya dan berbagi berbagai informasi yang jelas, tepat, dan cepat, maka humas yayasan dapat meminimalkan risiko informasi palsu atau keliru, yang terlanjur menyebar.
Jadi kesimpulan sementaranya begini, bahwa yayasan harus melibatkan pemangku kepentingan dalam setiap tahap proses pengembangan perilaku organisasinya. Dengan membangun keterlibatan yang kuat dengan seluruh insan yayasan maupun stakeholders, yang terkena dampak langsung misi yayasan, termasuk komunitas yang dilayani, maka yayasan dapat memastikan, bahwa aspirasi dan kepentingan stakeholders dapat didengar, dan keterlibatan mereka dihargai.Â
Ini tidak hanya memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang kebutuhan dan kepentingan mereka, tetapi juga melibatkannya dalam penyebaran informasi yang akurat, tentang aktivitas yayasan dan tujuan-tujuannya.
Merawat Core Bussiness
Membangun yayasan di era post-truth tidaklah mudah, tetapi juga dapat menjadi peluang untuk memperkuat komitmen dalam upaya mencapai tujuan. Dengan berfokus pada keselarasan nilai, transparansi, hubungan yang kuat dengan media dan masyarakat, serta keterlibatan pemangku kepentingan, maka yayasan dapat tetap teguh dalam menjalankan visi-misinya di tengah dinamika informasi saat ini.
Yayasan Waqaf Al Muhajirien Jakapermai, yang biasa saya singkat menjadi YWAM-JP, sebuah yayasan yang berdiri sejak tahun 1985, di Kota Bekasi, Jawa Barat. Sebentar lagi yayasan ini memperingati usianyanya yang sudah mencapai 38 tahun, 9 Agustus 2023. Tentu, yayasan seusia ini sudah cukup mencerminkan dinamikanya, sebagai sebuah organisasi yang kuat diterpa badai. Karena, untuk sebuah yayasan, usia yang semakin tua adalah usia matang dan usia penuh kedewasaan. Sementara, bagi saya sebagai manusia biasa, usia tua adalah usia decline, usia kemunduran, bahkan usia dimana saya harus kembali ke masa anak-anak. Dan kelak, anak-anak saya, akan menggantikan posisi saya menjadi orang tuanya !!?
Salah satu langkah penting yang telah diambil oleh YWAM-JP, sampai hari ini, adalah fokus pada pengembangan sumber daya insani (SDI). Yayasan ini menyadari bahwa seluruh insan yayasan (SDM) adalah aset terpenting dalam merawat Core Bussiness yayasan, yakni: Sekolah-sekolah Islam Al Azhar, mulai dari KB-TK sampai dengan SMA, di wilayah Perumahan Jakapermai, Perumahan Kemang Pratama dan Perumahan Grand Wisata, Bekasi.
Oleh karena itu, YWAM-JP menginvestasikan biaya, waktu dan sumber daya lainnya yang cukup besar, untuk melatih dan mengembangkannya. Yayasan ini juga mendorong inovasi dan kreativitas, khususnya dalam bidang Sarana-Prasarana Belajar, guna memenuhi Standar Nasional Pendidikan (SNP) yang disyaratkan, seperti : digital smart class room, e-learning, dan lain-lain.
Selain fokus pada pengembangan SDI (Sumber Daya Insani), YWAM-JP juga memiliki strategi yang jelas untuk mengelola produk-produk pendidikan dan layanannya. Yayasan ini selalu mengikuti trend terbaru dalam dunia pendidikan dan terus berinovasi, untuk menjaga keunggulan kompetitif dan keunggulan komparatifnya. Pimpinan yayasan selalu berusaha memahami kebutuhan dan harapan stakeholders-nya, dan terus berusaha memberikan solusi yang terbaik atas kebijakan dan informasi-informasi yang tidak proporsional.
Oleh karena itu, di era post-truth ini, di mana persaingan dunia pendidikan semakin ketat, dan informasi 'hoax' ada dimana-mana, maka kemampuan untuk melakukan counter-attack, yang diikuti dengan upaya pengembangkan diri, peningkatan kualitas produk-produk pendidikan dan layanan, merupakan faktor kunci guna mengukir keberhasilan di semua unit kerja yayasan.
YWAM-JP juga memiliki komitmen yang kuat terhadap prinsip-prinsip etika dalam menjalankan proses organisasinya. Pimpinan yayasan memastikan, bahwa semua kegiatan penyelenggaraan pendidikan yang dijalankan, sesuai dengan standar nasional pendidikan (SNP), serta memiliki integritas dan tanggung jawab. Seluruh insan yayasan juga berkomitmen untuk memenuhi kebutuhan pelanggan mereka, dengan cara yang bertanggung jawab, baik terhadap stakeholders maupun lingkungan sekitarnya.
Komitmen Spiritual
YWAM- JP telah lama dikenal sebagai salah satu yayasan besar di Kota Bekasi, yang memiliki komitmen kuat terhadap visi-misi yang diemban. Namun, lebih dari sekadar komitmen yang kuat, salah satu hal yang membedakan YWAM- JP dengan yayasan lainnya, adalah spiritualitas yang tercermin jelas dalam setiap langkah dan keputusan yang mereka ambil, karena itulah moto yayasan ini adalah, Ikhlas, Amanah, Istiqomah, jama'ah dan Imamah.
Spiritualitas bukan hanya sekadar melakukan praktik dan ritual ke-Islam-an saja, namun bagi YWAM-JP, spiritualitas adalah tentang memiliki hubungan yang mendalam dengan yang Maha Mulia, yakni: memahami nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang mendasari keberadaan yayasan ini, dan mempraktikkan kebaikan dan kepedulian terhadap sesama, dalam segala aspek kehidupan di dalam dan di luar yayasan.
Visi-misi YWAM-JP tidak hanya berfokus pada keuntungan materi atau pengembangan fisik belaka. Lebih jauh dari itu, yayasan selalu berkomitmen untuk melakukan Dakwah Bil-Lisan maupun Bil-Hal. Melalui pendidikan, pelayanan sosial, dan kerja sama dengan berbagai pihak.
Proses mencapaian visi-misi YWAM-JP selalu mengedepankan nilai-nilai spiritualitas yang kuat, yakni : Ikhlas, Amanah, Istiqomah, Jama'ah dan Imamah. Insan yayasan selalu mempraktikkan kebijaksanaan, kejujuran, serta kepedulian terhadap sesama dan lingkungan. Mereka percaya, bahwa setiap individu adalah makhluk sosial, yang tak terpisahkan dan bahkan membantu dan mendukung satu sama lain adalah tugas manusia sejati. Pada titik ini, maka insan yayasan, dapat menempuh Transformasi Kesadarannya yang lebih tinggi.
Selain itu, YWAM-JP juga mengembangkan program-program yang mempromosikan nilai-nilai spiritualitas kepada anggota keluarga insan yayasan dan masyarakat yang mereka layani, program ini dilaksanakan oleh Bidang Kemasjidan YWAM-JP. Bidang Kemasjidan menyediakan dukungan spiritual, dalam menyelenggarakan kegiatan ritual dan kajian-kajian ke-Islaman-an, serta mengadakan pelatihan yang berfokus pada pengembangan spiritualitas secara individual, guna memperkuat hubungan dengan Allah SWT dan dengan sesama.
Komitmen pada visi-misi ini, tercermin juga dalam setiap langkah dan keputusan YWAM-JP yang menunjukkan, bahwa spiritualitas bukanlah sekadar kata-kata kosong, tetapi keyakinan yang melekat dan menjadi landasan dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Dengan menggabungkan kesadaran spiritual dengan tindakan nyata, seluruh insan yayasan terus menciptakan dampak positif yang luar biasa bagi masyarakat, khususnya Ummat Islam di Kota Bekasi.
Pada akhirnya, yuk ?! Mumpung kita masih di YWAM-JP, tetaplah semangat dan ambil inspirasi dari apapun yang kita lihat, kita dengar, kita rasakan dan teruslah mempertajam kesadaran spiritual kita sendiri, untuk mencapai transformasi kesadaran spiritual yang lebih tinggi. Dengan terus menjalankan nilai-nilai spiritual yang kita yakini, di setiap aspek kehidupan kita. Ujungnya, kita akan memperoleh kemampuan menerima, apapun yang Allah SWT kehendaki dalam hidup kita ??! Wallahu A'lamu Bishshawwab.
Bekasi, 18 Juli 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H