Dalam banyak kasus, para diktator bahkan seringkali mengalami kegagalan yang menghancurkan reputasinya. Ketika ini terjadi, beberapa diktator dapat mengalami keadaan psikologis yang sangat buruk, seperti depresi dan keputusasaan.
Selanjutnya, berkaitan dengan konsepsi hukum sebab-akibat (hukum alam) atau karma dalam berbagai kepercayaan spiritual, adalah keyakinan bahwa setiap tindakan memiliki konsekuensi yang tidak dapat dihindari, baik dalam kehidupan ini, maupun dalam kehidupan setelahnya. Dalam konteks orang-orang yang berperilaku diktator, konsep karma ini juga dapat kita terapkan.
Para diktator seringkali menekan rakyat mereka, secara brutal, mengabaikan hak asasi manusia, dan mengekang kebebasan individu. Konsekuensi dari tindakan ini adalah pengaruh negatif pada keberlanjutan sistem yang mereka bangun. Yang lebih menarik adalah konsekuensi psikologis dari penindasan tersebut justru tak terelakkan.Â
Para diktator ini akan mengalami kembali penderitaan, yang mereka timbulkan kepada orang lain, dalam bentuk isolasi sosial, ketidakpercayaan, dan pemisahan diri dari manusia lain.
Orang-orang yang berperilaku diktator sering kali menggunakan kekerasan dan represi sebagai alat untuk mempertahankan kekuasaan mereka. Namun, perbuatan brutal ini akan menyebabkan siklus kekerasan yang tak terelakkan, secara kontinyu. Karena karma mengajarkan, bahwa energi negatif yang dipancarkan oleh tindakan kekerasan akan kembali kepada pelakunya sendiri.Â
Dalam banyak kasus, konsekuensi dari tindakan ini adalah pemaksaan agar para diktator segera meletakkan kekuasaannya, dan yang lebih mengerikan lagi adalah berdampak pada kehidupanmya sendiri dan orang-orang terdekat mereka.
Dalam proses mengejar kekuasaan dan mempertahankannya, para diktator seringkali melakukan kebohongan, manipulasi, dan pengkhianatan terhadap rakyat mereka sendiri. Namun, menurut hukum karma, kebohongan dan pengkhianatan ini akan berdampak pada dirinya sendiri, yakni: ia akan kehilangan kepercayaan dari orang-orang di sekitarnya. Karena itu, secara psikologis, kehidupan yang dijalani oleh seorang diktator menjadi hampa, tidak ada makna hidup, hidup dalam isolasi bathin yang menakutkan, dan selalu ditikam oleh rasa kekosongan, serta tidak pernah merasakan hubungan secara sehat secara manusiawi.
Para diktator, dengan kekuasaan absolut mereka, sering kali mereka mengalami 'Tuna Rasa', dari tindakan mereka. Sementara, hukum karma akan bekerja tanpa ampun, membalas mereka dengan beban emosional yang sangat berat.Â
Mereka akan menghadapi konsekuensi dalam bentuk kecemasan yang kronis, rasa bersalah yang mendalam, dan gejolak moralitas yang terus menerus menghantui hidup mereka.Â
Terlepas dari sejauh mana mereka mencoba untuk menggunakan kekuasaan mereka untuk melarikan diri dari ketidakpuasan pribadi, dan karma selalu akan memberikan pelajaran, dan tidak ada seorangpun yang mampu menghindarinya.
Selain konsekuensi psikologis dan emosional yang dialami oleh diktator, mereka juga akan menghadapi reputasi yang buruk dalam sejarah manusia. Tindakan kejam, penindasan, dan ketidakadilan yang mereka lakukan akan mengakibatkan penilaian yang tidak menguntungkan di mata orang-orang di kemudian hari, sampai ke anak-cucunya.Â