Mohon tunggu...
Wira D. Purwalodra (First)
Wira D. Purwalodra (First) Mohon Tunggu... Penulis - Let us reset our life to move towards great shifting, beyond all dusruption.

Saatnya menyibak RAHASIA kehidupan semesta yang Maha Sempurna ini, dengan terus menebar kebajikan untuk sesama dan terus membuat drama kehidupan dan bercerita tentang pikiran kita yang selalu lapar, dahaga dan miskin pengetahuan ini. Sekarang aku paham bahwa kita tidak perlu mencapai kesempurnaan untuk berbicara tentang kesempurnaan, tidak perlu mencapai keunggulan untuk berbicara tentang keunggulan, dan tidak perlu mencapai tingkat evolusi tertinggi untuk berbicara tentang tingkat evolusi tertinggi. Karena PENGETAHUAN mendahului PENGALAMAN.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Hidup Macam Apa yang Ingin Kita Jalani?

26 Juni 2016   04:34 Diperbarui: 6 Juli 2016   09:54 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dengan tidak menutup segala kemungkinan yang terjadi, pada hemat saya, saat ini banyak orang menghabiskan hidupnya untuk hal-hal yang tidak esensial, atau tidak “penting”. Kita menjalani hidup yang palsu, karena dipaksa oleh pihak-pihak di luar diri kita, entah oleh keluarga, tradisi, atau kebiasaan-kebiasaan lainnya. Kita terjebak pada budaya massa, sehingga seringkali terbawa arus jaman, tanpa bisa melawan. Kita juga seringkali hidup untuk menumpuk harta, dan lupa mencintai, atau bahkan sekedar tertawa. Yang paling parah, terutama untuk situasi dalam masyarakat kita, banyak orang korupsi dengan memakan hak orang lain untuk memuaskan kepentingannya sendiri.

Situasi seperti ini tentu menciptakan penderitaan yang mendalam bagi diri kita sebagai manusia. Banyak orang terasing dari lingkungannya, kemudian jatuh stress, depresi, atau bunuh diri. Alam menjadi rusak, karena dihancurkan demi kepentingan manusia-manusia rakus. Banyak orang hidup dalam kemiskinan, karena hak-haknya diperkosa oleh para koruptor. Perang dan konflik mewarnai keseharian hidup manusia di berbagai penjuru dunia.

Apakah semua ini bisa kita ubah ke arah hidup kita yang lebih baik ? Kalau tidak bisa, maka taruhannya adalah kehancuran kita semua sebagai manusia, atau kita segera memiliki kemampuan berubah arah ?! Sementara, di tengah kepungan berbagai tawaran informasi sekarang ini, baik di media cetak maupun media elektronik, kata “arah” menjadi sesuatu yang amat berharga. Hal ini memang salah satu paradoks dunia di abad ini, dimana kita memiliki banyak informasi, tetapi tidak memiliki kemampuan untuk mengolah informasi tersebut menjadi sebentuk pemahaman yang mendalam tentang kehidupan kita sendiri. Pendek kata, kita tahu banyak, tetapi kita tetap bodoh untuk menentukan hidup macam apa yang ingin kita jalani ?!. Wallahu A’lamu Bishshawwab.

Bekasi, 26 Juni 2016.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun