Mohon tunggu...
Wira D. Purwalodra (First)
Wira D. Purwalodra (First) Mohon Tunggu... Penulis - Let us reset our life to move towards great shifting, beyond all dusruption.

Saatnya menyibak RAHASIA kehidupan semesta yang Maha Sempurna ini, dengan terus menebar kebajikan untuk sesama dan terus membuat drama kehidupan dan bercerita tentang pikiran kita yang selalu lapar, dahaga dan miskin pengetahuan ini. Sekarang aku paham bahwa kita tidak perlu mencapai kesempurnaan untuk berbicara tentang kesempurnaan, tidak perlu mencapai keunggulan untuk berbicara tentang keunggulan, dan tidak perlu mencapai tingkat evolusi tertinggi untuk berbicara tentang tingkat evolusi tertinggi. Karena PENGETAHUAN mendahului PENGALAMAN.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ketika Kebencian dan Cinta Tak Bisa Terpisahkan

15 Juni 2016   09:16 Diperbarui: 26 Juni 2016   04:34 150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada akhirnya, tatapan penuh kebencian bukanlah satu-satunya roda penggerak interaksi manusia. Namun, cinta merupakan roda penggerak interaksi manusia yang sebenarnya, hal ini dapat dilihat secara jelas. Panggilan cinta ini terjadi pada setiap orang, dan terserah pada orang itu mau menanggapinya atau tidak. Panggilan cinta datang kepada kita untuk menghancurkan isolasi ego, sehingga kita menjadi terbuka untuk kebahagiaan yang sesungguhnya. Cinta semacam ini bukanlah sebuah sensasi emosionil, tetapi sebuah dorongan metafisis. Cinta semacam ini membuat diri kita merasa di rumah, merasa nyaman. Cinta juga yang mendorong diri kita untuk rela berkoban bagi orang lain, yakni orang yang kita cintai. Jelaslah, dengan adanya dualisme metafisis penggerak interaksi manusia ini, kita semakin bisa berharap bahwa cinta dan kebaikan masih bisa diperjuangkan di tengah ganasnya kebohongan dan kebencian di sekitar kita.

Jadi, jika saja cinta mengambil peran dalam kehidupan setiap manusia, termasuk diri kita, maka tindak memaafkan dan kebencian-kebencian yang ada, tak akan mampu hidup dalam keseharian pikiran, perasaan dan tindakan kita ?!. Wallahu A’lamu Bishshawwab.

Bekasi, 15 Juni 2016.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun