Pada akhirnya, tatapan penuh kebencian bukanlah satu-satunya roda penggerak interaksi manusia. Namun, cinta merupakan roda penggerak interaksi manusia yang sebenarnya, hal ini dapat dilihat secara jelas. Panggilan cinta ini terjadi pada setiap orang, dan terserah pada orang itu mau menanggapinya atau tidak. Panggilan cinta datang kepada kita untuk menghancurkan isolasi ego, sehingga kita menjadi terbuka untuk kebahagiaan yang sesungguhnya. Cinta semacam ini bukanlah sebuah sensasi emosionil, tetapi sebuah dorongan metafisis. Cinta semacam ini membuat diri kita merasa di rumah, merasa nyaman. Cinta juga yang mendorong diri kita untuk rela berkoban bagi orang lain, yakni orang yang kita cintai. Jelaslah, dengan adanya dualisme metafisis penggerak interaksi manusia ini, kita semakin bisa berharap bahwa cinta dan kebaikan masih bisa diperjuangkan di tengah ganasnya kebohongan dan kebencian di sekitar kita.
Jadi, jika saja cinta mengambil peran dalam kehidupan setiap manusia, termasuk diri kita, maka tindak memaafkan dan kebencian-kebencian yang ada, tak akan mampu hidup dalam keseharian pikiran, perasaan dan tindakan kita ?!. Wallahu A’lamu Bishshawwab.
Bekasi, 15 Juni 2016.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H