Mohon tunggu...
Wira D. Purwalodra (First)
Wira D. Purwalodra (First) Mohon Tunggu... Penulis - Let us reset our life to move towards great shifting, beyond all dusruption.

Saatnya menyibak RAHASIA kehidupan semesta yang Maha Sempurna ini, dengan terus menebar kebajikan untuk sesama dan terus membuat drama kehidupan dan bercerita tentang pikiran kita yang selalu lapar, dahaga dan miskin pengetahuan ini. Sekarang aku paham bahwa kita tidak perlu mencapai kesempurnaan untuk berbicara tentang kesempurnaan, tidak perlu mencapai keunggulan untuk berbicara tentang keunggulan, dan tidak perlu mencapai tingkat evolusi tertinggi untuk berbicara tentang tingkat evolusi tertinggi. Karena PENGETAHUAN mendahului PENGALAMAN.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Di Situ Terkadang Saya Merasa Sedih?!

25 November 2015   07:26 Diperbarui: 25 November 2015   08:16 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Leblanc juga berpendapat, bahwa guru yang baik adalah guru yang mampu bersikap seimbang secara kreatif. Artinya, ia mampu membuat kurikulum pengajaran yang baku, tetapi juga siap, bahwa dalam penerapan, kurikulum tersebut bisa berubah sesuai dengan dinamika kelas, dan perkembangan ilmu yang ada. “Guru yang baik adalah tentang keseimbangan kreatif antara diktator yang otoriter di satu sisi, seorang pendorong (motivator) yang baik di sisi lain.” Dari tuntutan inilah, maka seorang Guru atau Dosen harus mampu berimprovisasi layaknya seorang aktris atau aktor.

Leblanc menegaskan, bahwa seorang guru atau Dosen harus punya gaya (style). Ia harus bisa menghibur murid atau mahasiswanya. Dan ia juga tidak boleh kehilangan kedalaman ilmu maupun refleksi ilmiahnya. Ia harus mampu berkeliling kelas, dan menyapa mahasiswanya untuk berpikir serta belajar dengan rajin. Guru atau Dosen bisa dianalogikan sebagai pemimpin orkestra, sementara murid-muridnya adalah pemain beragam alat musik yang ada. Jadi, pendidikan yang baik bagaikan musik yang indah.

Menurut Leblanc, pengajaran yang baik tidak bisa dilepaskan dari humor dan tawa. Guru atau Dosen yang baik tidak terlalu serius dalam melihat kehidupan. Ia selalu bisa menertawakan ironi dan absurditas hidup. Ia bahkan bisa menertawakan dirinya sendiri, menertawakan kegagalan dan kebodohannya sendiri. Hal ini begitu penting, supaya suasana belajar jadi lebih santai dan murid melihat gurunya juga sebagai manusia yang punya kelemahan, dan pernah gagal dalam hidupnya. Murid-murid pun bisa melihat wajah manusia di dalam sosok gurunya yang, walaupun penuh kelemahan, mampu belajar dari kegagalannya, dan maju terus menjalani kehidupan.

Yang menjadi ruh dalam proses pendidikan, menurut Leblanc bahwa guru yang baik adalah mencintai dan merawat murid-muridnya. Untuk bisa menerapkan cinta tersebut, ia butuh memberikan waktu dan tenaganya, bahkan lebih daripada yang dituntut darinya.  Karena itu, menjadi guru yang baik berarti memberikan waktu banyak untuk mengoreksi, membuat dan mengubah materi pengajaran, dan mempersiapkan bahan untuk mengembangkan mata pelajaran atawa mata kuliah itu sendiri.

Seorang Guru atau Dosen yang baik dalam mengajar, karena ia senang mengajar. Ia mendidik, karena ia menemukan kebahagiaan di dalam mendidik. Uang dan nama baik adalah urusan belakangan, yang akan datang sejalan dengan kualitas pengajaran dan pendidikan yang diberikannya. Oleh karena itu, Guru atau Dosen yang cerdas secara akademik dan pintar mentransformasikan ilmunya, merupakan  Guru atau Dosen yang akan lebih mudah menjadi profesional dan menghasilkan peserta didik yang berkualitas !?. Wallahu A’lamu Bishshawab.

Bekasi, 25 November 2015.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun