Mohon tunggu...
Wira D. Purwalodra (First)
Wira D. Purwalodra (First) Mohon Tunggu... Penulis - Let us reset our life to move towards great shifting, beyond all dusruption.

Saatnya menyibak RAHASIA kehidupan semesta yang Maha Sempurna ini, dengan terus menebar kebajikan untuk sesama dan terus membuat drama kehidupan dan bercerita tentang pikiran kita yang selalu lapar, dahaga dan miskin pengetahuan ini. Sekarang aku paham bahwa kita tidak perlu mencapai kesempurnaan untuk berbicara tentang kesempurnaan, tidak perlu mencapai keunggulan untuk berbicara tentang keunggulan, dan tidak perlu mencapai tingkat evolusi tertinggi untuk berbicara tentang tingkat evolusi tertinggi. Karena PENGETAHUAN mendahului PENGALAMAN.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kesalahan Memaknai Masa Orientasi Siswa

26 Juli 2015   11:16 Diperbarui: 26 Juli 2015   11:28 343
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 Oleh. Purwalodra

Setiap awal tahun pelajaran baru, kita selalu dihadapkan pada bagaimana upaya sekolah memperkenalkan lingkungan fisik dan non fisik sekolah kepad peserta didik. Lagi-lagi, kita ternyata gagal memperkenalkan lingkungan sekolah kita kepada peserta didik kita. Karena banyak sekolah belum banyak yang memahami esensi atau hakekat pengenalan sekolah atau MOS (masa orientasi sekolah) kepada calon-calon peserta didiknya. Kegiatan yang masih bernuansa hura-hura, perpeloncoan dan kadang-kadang berisi kekerasan fisik maupun mental masih mewarnai kegiatan pengenalan sekolah ini.

Dalam wawancara Radio Dakta Kota Bekasi dengan saya, pagi ini, saya mencoba mengulas tentang esensi kegiatan MOS yang dilaksanakan di sekolah-sekolah di Kota Bekasi dan bagaimana upaya sekolah dalam menggelar kegiatan MOS agar mampu menghadirkan rasa penasaran peserta didik dalam meningkatkan semangat belajarnya, ketika nanti berada di dalam kelas.

Menurut hemat saya, yang penting dari kegiatan MOS tersebut bisa merasuk di bathin para peserta didik, dimana peserta didik dibuat penasaran agar kelak ketika masuk di kelas yang baru mereka menemukan banyak pertanyaan untuk memenuhi pengetahuannya. Jadi dalam kegiatan MOS kita harus mampu menumbuhkan rasa penasaran di dalam diri peseerta didik. Ingatlah, rasa penasaran adalah awal dari proses belajar, dan awal dari ilmu pengetahuan itu sendiri. Rasa penasaran muncul karena rasa kagum terhadap apa yang ada, atau apa yang terjadi, misalnya apa tujuan belajar fisika, kimia dan biologi, apa saja keberadaan fasilitas yang ada di sekolah untuk mengembangan kepribadian yang menarik dan ilmu pengetahuan, dan sebagainya. Rasa penasaran mendorong penjelajahan intelektual maupun spiritual peserta didik.

Bentuk konkret dari rasa penasaran adalah pertanyaan. Siapa yang berpikir, dia pasti bertanya. Bertanya adalah simbol dari tindak berpikir peserta didik. Pertanyaan yang bermutu jauh lebih berharga daripada jawaban-jawaban kaku, yang merasa sudah pasti akan rumusannya sendiri. Dalam konteks pendidikan, pertanyaan bisa mengundang pencarian pengetahuan yang lebih dalam.

Sementara itu, kegagalan memperkenalkan lingkungan sekolah dan kegiatan akademis kepada peserta didiknya akan mengakibatkan banyak ekses negatif, antara lain : siswa tidak termotivasi belajar, siswa tidak mampu merubah sikap dan perilaku belajarnya, dan yang lebih parah lagi siswa tidak tumbuh sikap ilmiahnya selama berada di level sekolah yang baru tersebut. Kegagalan MOS ini selalu saja terulang setiap tahun karena kita tidak mampu memaknai kegiatan MOS ini kepada peserta didik kita.

Dalam Permendikbud no. 55 tahun 2014 telah diatur mengenai panduan dan pedoman tentang MOS tersebut yang intinya berisi :

  1. Masa orientasi peserta didik sebagai pembinaan awal ke arah terbentuknya kultur sekolah yang kondusif bagi proses pembelajaran lebih lanjut
  2. Sekolah dilarang melaksanakan masa orientasi yang mengarah kpd tindakan kekerasan, pelecehan atau tindakan destruktif yang merugikan peserta didik baru
  3. Terkait masa orientasi, sekolah dilarang memungut biaya dan membebani orangtua dan peserta didik dalam bentuk apapun
  4. Kepala sekolah dan guru di sekolah yang bersangkutan bertanggungjawab terhadap pelaksanaan masa orientasi peserta didik baru
  5. Dinas pendidikan provinsi/kab/kota mengendalikan masa orientasi peserta didik baru menjadi kegiatan yang bermanfaat, bersifat edukatif & kreatif.

Sementara itu, tujuan yang hendak dicapai dalam kegiatan MOS di masing-masing sekolah diharapkan mampu :

  1. Memperkenalkan siswa pada lingkungan fisik sekolah yang baru mereka masuki
  2. Memperkenalkan siswa pada seluruh komponen sekolah beserta aturan, norma, budaya, dan tata tertib yang berlaku di dalamnya.
  3. Memperkenalkan siswa pada keorganisasian.
  4. Memperkenalkan siswa untuk dapat menyanyikan lagu hymne dan mars sekolah.
  5. Memperkenalkan siswa pada seluruh kegiatan yang ada di sekolah
  6. Mengarahkan siswa dalam memilih kegiatan ekstrakurikuler yang sesuai dengan bakat mereka.
  7. Menanamkan sikap mental, spiritual, budi pekerti yang baik, tanggung jawab, toleransi, dan berbagai nilai positif lain pada diri siswa sebagai implementasi penanaman konsep iman, ilmu, dan amal.
  8. Menanamkan berbagai wawasan dasar pada siswa sebelum memasuki kegiatan pembelajaran secara formal di kelas.

Oleh karena itu, dari berbagai tujuan yang mengiringi kegiatan Masa Orientasi Sekolah (MOS) itu, yang terpenting adalah bagaimana kita bisa mengembangkan rasa penasaran peserta didik ini. Karena rasa penasaran atau rasa ingin tahu (curiosity) peserta didik selalu menuntut pencarian jawaban yang mesti disiapkan oleh pihak sekolah. Sehingga pihak sekolah juga memiliki tanggungjawab untuk menyiapkan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan kritis dari peserta didiknya, dalam hal sarana-prasarana pendidikan dan kegiatan-kegiatan akademisnya di kemdian hari. Dengan begitu, budaya akademis dan sikap mental ilmiah peserta didik bisa dikembangkan selama mereka berada di sekolah tersebut. Wallahu A’lamu Bishshawwab.

Bekasi, 26 Juli 2015.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun