Lalu, kita pun menjadi budak yang bangga, yakni budak yang tidak merasa dirinya sebagai budak. Kita merasa bahagia, walaupun terjajah. Kita merasa lega dan gembira, walaupun menjadi abdi yang setia, yang takut berpikir sendiri dan rindu untuk dikuasai. Ada mekanisme halus yang menjadi latar belakang dari semua ini, yakni kekuatan hegemoni.
Pada akhirnya, hegemoni juga merupakan bentuk penjajahan. Ia begitu halus sekaligus kuat, sehingga orang yang terjajah tidak merasa dirinya dijajah. Ia merasa dirinya baik-baik saja, bahkan bahagia, walaupun hidup dalam ketergantungan total atas pihak lain yang lebih kuat dari dirinya. Hegemoni adalah cara menindas yang membuat budak pun menjadi tertawa bahagia. Jadi, mau apa lagi selain merasa bangga menjadi seorang budak ?!. Wallahu A’lamu Bishshawwab.
Bekasi, 14 Juli 2015.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H