Mohon tunggu...
Wira D. Purwalodra (First)
Wira D. Purwalodra (First) Mohon Tunggu... Penulis - Let us reset our life to move towards great shifting, beyond all dusruption.

Saatnya menyibak RAHASIA kehidupan semesta yang Maha Sempurna ini, dengan terus menebar kebajikan untuk sesama dan terus membuat drama kehidupan dan bercerita tentang pikiran kita yang selalu lapar, dahaga dan miskin pengetahuan ini. Sekarang aku paham bahwa kita tidak perlu mencapai kesempurnaan untuk berbicara tentang kesempurnaan, tidak perlu mencapai keunggulan untuk berbicara tentang keunggulan, dan tidak perlu mencapai tingkat evolusi tertinggi untuk berbicara tentang tingkat evolusi tertinggi. Karena PENGETAHUAN mendahului PENGALAMAN.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Membebaskan Hati

7 Maret 2015   09:41 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:02 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Keduanya sementara dan semu. Keduanya akan berubah. Keduanya akan datang, dan kemudian pergi. Ketika kita menjadikan keberhasilan ataupun kegagalan sebagai tujuan, sekaligus obsesi dalam hidup kita, berarti kita menjalani hidup yang palsu. Sebenarnya, hidup kita bukanlah tentang berhasil atau gagal. Ia bukanlah perlombaan. Ia bukanlah pertempuran. Ia bukanlah pengejaran ambisi. Ia bukanlah usaha untuk menghindari kegagalan atau mencapai keberhasilan/kesuksesan.

Kita tidak boleh hanya berfokus pada gagal dan sukses saja. Semuanya adalah semu dan palsu. Kita perlu belajar untuk melihat apa yang lebih kekal dan lebih dalam dari kegagalan atau keberhasilan itu sendiri. Kita perlu untuk "melampaui" kegagalan dan keberhasilan itu.

Sekarang, mari kita sama-sama melihat ke dalam diri kita. Apa yang kekal dan menjadi pembebas dari kehidupan di antara percikan kegagalan dan keberhasilan tersebut ?. Tentu saja, yang kekal adalah kebebasan hati kita. Kita sudah semestinya bisa menyadari perjalanan hidup kita sendiri, lalu mencapai kebebasan di dalam hati. Kebebasan inilah yang membuat kita tidak lagi memilih antara berhasil atau gagal. Kita juga tidak lagi memilih sakit atau senang, kaya atau miskin. Kita bebas dari obsesi dan ambisi, sambil terus berikhtiar mengisi hidup kita dengan hal-hal yang bermakna. Disinilah kebahagiaan kita tiba-tiba berwujud, karena kebahagiaan berada diatas derita dan kesenangan, diatas berlimpahnya harta dan kemiskinan, serta diatas keberhasilan dan kegagalan. Wallahu A'lamu Bishshawwab.

Bekasi, 07 Maret 2015.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun