Keduanya sementara dan semu. Keduanya akan berubah. Keduanya akan datang, dan kemudian pergi. Ketika kita menjadikan keberhasilan ataupun kegagalan sebagai tujuan, sekaligus obsesi dalam hidup kita, berarti kita menjalani hidup yang palsu. Sebenarnya, hidup kita bukanlah tentang berhasil atau gagal. Ia bukanlah perlombaan. Ia bukanlah pertempuran. Ia bukanlah pengejaran ambisi. Ia bukanlah usaha untuk menghindari kegagalan atau mencapai keberhasilan/kesuksesan.
Kita tidak boleh hanya berfokus pada gagal dan sukses saja. Semuanya adalah semu dan palsu. Kita perlu belajar untuk melihat apa yang lebih kekal dan lebih dalam dari kegagalan atau keberhasilan itu sendiri. Kita perlu untuk "melampaui" kegagalan dan keberhasilan itu.
Sekarang, mari kita sama-sama melihat ke dalam diri kita. Apa yang kekal dan menjadi pembebas dari kehidupan di antara percikan kegagalan dan keberhasilan tersebut ?. Tentu saja, yang kekal adalah kebebasan hati kita. Kita sudah semestinya bisa menyadari perjalanan hidup kita sendiri, lalu mencapai kebebasan di dalam hati. Kebebasan inilah yang membuat kita tidak lagi memilih antara berhasil atau gagal. Kita juga tidak lagi memilih sakit atau senang, kaya atau miskin. Kita bebas dari obsesi dan ambisi, sambil terus berikhtiar mengisi hidup kita dengan hal-hal yang bermakna. Disinilah kebahagiaan kita tiba-tiba berwujud, karena kebahagiaan berada diatas derita dan kesenangan, diatas berlimpahnya harta dan kemiskinan, serta diatas keberhasilan dan kegagalan. Wallahu A'lamu Bishshawwab.
Bekasi, 07 Maret 2015.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H