Mohon tunggu...
Wira D. Purwalodra (First)
Wira D. Purwalodra (First) Mohon Tunggu... Penulis - Let us reset our life to move towards great shifting, beyond all dusruption.

Saatnya menyibak RAHASIA kehidupan semesta yang Maha Sempurna ini, dengan terus menebar kebajikan untuk sesama dan terus membuat drama kehidupan dan bercerita tentang pikiran kita yang selalu lapar, dahaga dan miskin pengetahuan ini. Sekarang aku paham bahwa kita tidak perlu mencapai kesempurnaan untuk berbicara tentang kesempurnaan, tidak perlu mencapai keunggulan untuk berbicara tentang keunggulan, dan tidak perlu mencapai tingkat evolusi tertinggi untuk berbicara tentang tingkat evolusi tertinggi. Karena PENGETAHUAN mendahului PENGALAMAN.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Merumitisasi Persoalan Hidup ?!

6 November 2014   03:48 Diperbarui: 15 Juni 2016   10:10 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oleh. Purwalodra

Tidak ada manusia di alam semesta ini yang tidak memiliki problematika hidup. Semuanya punya masalah, mulai yang dianggap kecil sampai yang dianggap sebagai masalah besar. Semua masalah bisa diatasi atau diselesaikan, tergantung manusianya, mau atau tidak menyelesaikannya. Semua manusia pada hakekatnya juga seorang problem solver (penyelesai masalah), tergantung siapa yang bikin tuh masalah. Karena setiap masalah datang dari pribadi-pribadi yang sengaja atau tidak, menjadikannya masalah tersebut 'ada.'

Terkait dengan penyelesaian masalah ini, kadang ada orang yang tidak mampu menyelesaikan masalah yang dibuatnya sendiri. Karenanya, dia membutuhkan seorang konsultan atau pengacara, untuk ikut serta menyelesaikan masalahnya. Namun, ada juga seseorang yang secara conservative(baca : kaku) tidak mau masalahnya diketahui oleh orang lain, sehingga ia tidak membutuhkan bantuan orang lain nimbrung dalam masalahnya tersebut. Apapun yang dilakukan orang-orang ini, semua benar tidak ada yang salah. Mungkin yang tidak benar kalo masalah tersebut tidak diselesaikan dengan baik dan benar.

Namun ternyata ada juga, orang-orang yang mampu tidak mempedulikan masalahnya sendiri, bahkan memperumit masalah orang lain. Orang-orang seperti ini tidak pernah mampu menyelesaikan masalah hidupnya sendiri, tapi justru lebih mampu merumitisasi (baca : membuat rumit) masalah orang lain. Pada akhirnya, orang seperti ini akan terkubur oleh masalahnya sendiri dan ia akan mati dalam hidupnya.

Mungkin, perlu juga kita ketahui bahwa hakekatnya semua masalah di dunia ini, satu sama lain selalu memiliki hubungannya, apapun masalahnya. Kadang kita perlu menyelesaikan secara komprehensif (mulai dari yang lebih besar dulu), namun kita juga bisa menyelesaikannya secara parsial (mulai dari masalah yang kecil), atau bahkan memecahnya lebih dahulu menjadi masalah-masalah yang lebih kecil baru menyelesaikannya, atau bisa juga sebaliknya, mengumpulkan masalah-masalah kecil menjadi satu masalah besar, kemudian meyelesaikan masalahnya. Namun demikian, tergantung kita saja mau menyelesaikannya atau tidak, tergantung paradigma berfikir kita, bagaimana merumuskan langkah-langkah penyelesaiannya ?.

Bagi seseorang yang berfikir induktif, dia akan mulai dari masalah yang lebih luas baru kemudian menyelesaikan masalah-masalah lainnya yang lebih kecil. Namun bagi orang yang selalu berfikir deduktif, ia akan menyelesaikan masalah-masalah satu demi satu, mulai dari masalah yang kecil sampai dengan masalah-masalah yang lebih luas. Semuanya tentu diukur bukan dari hasil yang kita peroleh dari penyelesaian masalah tersebut, tapi justru prosesnya. Proses yang baik akan selalu membawa hasil yang baik. Jangan berusaha memaksakan diri untuk memperolah hasil dari penyelesaian masalah tersebut secepat mungkin, tapi usahakan proses penyelesaiannnya sesuai dengan kemampuan kita menyelesaikan saja. Karena, ketika kita mulai mengetahui apa masalahnya, kita sudah mampu menyelesaikan lima puluh persen.

Tapi, tidak sedikit kita tidak mau menyelesaikan masalah hidupnya, bahkan ia menghindar atau bahkan melupakannya. Bagi orang-orang yang tidak menyelesaikan masalah maka ia tidak pernah akan memiliki pengalaman menyelesaikan masalah. Kata pak Ustadz tidak akan pernah naik kelas. Karena bagi mereka yang berusaha menyelesaikan masalah, ia akan menerima tantangan masalah yang lebih besar dari sebelumnya, dan inilah yang orang bilang sebagai suatu perubahan yang terus menerus.

Allah Swt sebagai penguasa terhadap setiap masalah manusia telah mempersiapkan metode terbaik dalam menghadapi setiap masalah, yakni dengan sabar dan shalat. "Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar." (QS. Al-Baqarah [2]: 153). Dari ayat ini jelas mengharuskan kita untuk senantiasa sabar dalam menyelesaikan langkah demi langkah persoalan yang kita hadapi, sekaligus mendirikan Shalat untuk memperoleh petunjuk-petunjuk dalam proses penyelesaiannya.

Karena apapun yang kita hadapi di dunia ini, dan yang bisa kita anggap sebagai masalah hidup, sudah menjadi fitrah ato sunatullah, seperti firman Allah Swt, "Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar." (QS. Al-Baqarah [2]: 155).

Dengan demikian, usahlah sedih, apalagi putus asa dalam setiap problematika kehidupan ini. Biarlah masalah mewarnai hidup kita, karena hakekat suatu masalah adalah spiritual. Semua itu pasti akan sirna seiring kita memohon solusi kepada Allah dengan sabar dan shalat. Karena Allah Swt sudah berjanji, mustahil Allah tidak menepatinya. Wallahu A'lamu Bishshawwab.

Bekasi, 06 November 2014.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun