Mohon tunggu...
Yohanis Fransiskus Lema
Yohanis Fransiskus Lema Mohon Tunggu... -

Menamatkan Program PascasarjanaDepartemen Hubungan Internasional FISIP, Universitas Indonesia tahun 2004. Sejak tahun 2004 hingga kini mengajar di FISIP Universitas Nasional Jakarta dan sehari-hari adalah Presenter News and Talks TVRI pusat Nasional, Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Ahok, Pemimpin Pencipta Sejarah

23 November 2014   22:40 Diperbarui: 17 Juni 2015   17:03 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Filsuf legendaris, Plato pernah bilang, jika negara mau maju-berjaya, negara harus dipimpin manusia berkarakter LEADER. Sayangnya, di Republik ini mayoritas politisinya sekedar bertipe manager, broker, bahkan medioker. Menurut Plato, beda antara keduanya adalah jika manager bekerja sesuai perintah hukum dan bertindak sekadar business as usual, maka LEADER selain bekerja berdasarkan konstitusi, kelebihannya adalah ia kreatif, inovatif, bahkan inspiratif. LEADER juga seorang pemberani, risk-taker dan kerap berpikir out of the box. Kalau broker dan medioker wujud nyatanya adalah politisi pemburu rente (rent-seeking politician).

Maka, jika manager adalah follower, LEADER pasti pioneer, ia pelopor, perintis jalan yang selalu di depan. LEADER juga pasti seorang visioner karena ia memberi arah dan orientasi pada perubahan. Transformasi dalam konteks apa pun, niscaya membutuhkan peran LEADER. Ringkasnya, LEADER ini adalah pencipta sejarah, yang kerap saat ia mencipta, banyak orang belum menyadarinya, bahkan ada yang menentangnya. LEADER selalu berorientasi pada kebaruan dan anti status-quo. Karena LEADER melampaui zamannya, maka penentangnya pasti ketinggalan zaman.

Dalam politik, dunia mengenal Soekarno, Deng Xiao Ping, atau di era kini Barrack Hussein Obama sebagai LEADER. Soekarno jelas LEADER karena ia proklamator, otak bagi pemerdekaan Indonesia. Perannya yang utama adalah membebaskan Indonesia dari kolonialisme. Tiga setengah abad lebih dijajah, Indonesia akhirnya merdeka. Ia ajarkan, kemerdekaan adalah hak segala bangsa. Tak hanya itu, Soekarno adalah LEADER karena iya menggagas Pancasila sebagai ideologi negara.

Sementara Deng Xiao Ping, ia adalah Bapak Bangsa Cina yang dengan Politik Pintu Terbuka-nya (Open Door Policy) mentransformasi Cina dari Negeri Tirai Bambu yang tertutup, miskin, kumuh, jorok, menjadi negeri terbuka nan modern, bahkan kosmopolit. Ketua Deng adalah peletak dasar bagi Cina modern hari ini dengan kekuatan ekonomi spektakuler dan kedigdayaan militer menjadi negara super power yang disegani dunia.

Sementara Obama, ia Presiden pertama Amerika Serikat (AS) berkulit hitam. Obama meluluhlantakkan keyakinan usang selama berabad-abad bahwa Presiden AS harus berkategori WASP (White, Anglo-Saxon, Protestant). Semua kategori itu ia tabrak. Barrack Husein Obama bahkan berdarah Kenya, dan ayahnya penganut Muslim. Obama juga bukan Anglo-Saxon, dan meskipun Kritistiani, ia bukan penganut Kristen Protestan mainstream. Jika pendahulunya, Presiden J F Kennedy yang menganut Katolik ditembak mati dan tidak menuntaskan periode kepemimpinannya, Obama justru memimpin AS hingga 2 periode.

Kini, Indonesia memiliki "Obama". Ia adalah Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok, yang siang ini dilantik Presiden Joko Widodo sebagai Gubernur DKI Jakarta. Ahok yang berlatar etnis Tionghoa, non-Jawa dan penganut Kristiani, masuk kategori LEADER versi Plato karena ia sukses mendobrak politisasi SARA dalam politik Indonesia. Kokoh menghayati Pancasila dan memuliakan konstitusi, Ahok berhasil mewujudkan kesetaraan dan spirit anti-diskriminasi dalam politik. Ahok mengajarkan bahwa dalam politik tak penting warna kulit hitam, putih atau coklat. Juga tak penting bentuk rambut ikal, lurus atau keriting. Demikian pula, mata belok atau sipit. Yang utama dalam politik adalah integritas dan kapasitas. Ia juga layak disebut LEADER karena berani membuktikan bahwa di negara demokrasi Pancasila yang berdaulat adalah pasal-pasal Konstitusi, bukan ayat-ayat Kitab Suci. Ahok memang politisi tak lazim. Ia langka dan menjadi antitesis bagi mayoritas politisi miskin integritas dan kapasitas.

Jelas tak pernah dibayangkan sebelumnya, di ibu kota negara Indonesia, negara dengan penduduk mayoritas Muslim, Ahok bisa menjadi Gubernur. Politik Ahok jelas bukan politik identitas dengan memanipulasi SARA, melainkan politik nilai yang mengutamakan integritas, kredibilitas, kapasitas dan rekam jejak mengagumkan. Ahok adalah LEADER yang telah mencipta sejarah baru bagi pematangan-pendewasaan politik Indonesia. Selamat datang Gubernur Ahok. Jadilah pemimpin amanah yang melayani dan mencintai rakyatmu. Warga Jakarta menagih janjimu mewujudkan Jakarta Baru.****

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun