Sendiri.
Di sudut ruang.
Termenung.
Air gemericik menetes perlahan.
Genangan air tercipta untuk mengejek.
Menjemput tetesan air mata perih.
Mengalir.
Ntah kemana akan bermuara.
Siapa peduli?
Aku tidak.
Tipis namun tajam.
Memutuskan aliran darah pergelangan.
Mengucurkan kepuasan.
Kebebasan.
Kebahagiaan.
Kebanggaan.
Bersatu dengan perih yang mendahuluinya.
Ku menari.
Ku berdendang.
Ku tertawa.
Puas!
BRAAKKK!!!
Ku terkulai.
Lemas.
Gelap.
Merahku indah menghias putihnya dindingku.
Dinding kamar mandiku!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H