Guru merupakan pengajar suatu ilmu dengan tanggung jawab dan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik.Â
Dengan kata lain, guru merupakan fasilitator para peserta didik dalam memahami ilmu yang diajarkan guna memperoleh pengetahuan yang dibutuhkannya.Â
Dalam hal ini seorang guru haruslah siap sedia dan peka terhadap kebutuhan siswa yaitu dengan memberi pertolongan, bimbingan dan perhatian untuk para siswa, baik itu berupa moril atau materil, berupa rohaniah atau jasmaniah agar bisa menjadi pribadi yang matang dan dewasa.
Walaupun demikian, kenyataan sekarang yang bisa diamati ialah menunjukan guru yang berlawanan. Bila dulu "diujung rotan ada emas", sekarang menjadi "diujung rotan ada memar". Tidak sedikit guru yang memperlakukan peserta didiknya semena-mena.Â
Peserta didik dianggap sebagai objek dari pengajarannya dan hal ini sungguh merupakan sesuatu yang kurang baik bagi kedua pihak, baik guru maupun peserta didik. Lalu bagaimanakah guru teladan PAK yang seharusnya?
Dalam film "Freedom Writer", "Hickhi" dan "Mr. Clarck", diperlihatkan bagaimana peran seorang guru di tengah kondisi peserta didik, bahkan dalam kondisi yang sungguh memprihatinkan sekalipun. Dengan segala bentuk persoalan yang dihadapi oleh peserta didik, seorang guru haruslah mempunyai kualitas yang memadai.Â
Dalam "Freedom Writer", para pelajar dibimbing untuk mencurahkan segala perasaan dan persoalan yang mengekang mereka dalam suatu buku. Di buku itu (Diary) Â mereka bisa mengatakan apa yang tidak pernah dibicarakan, menulis apa yang tak pernah mereka pelajari dan melakukan apa yang tidak pernah mereka perbuat.Â
Lalu mereka (para pelajar) juga diperkenalkan dengan seorang yang mempunyai pengalaman hidup yang jauh lebih menyedihkan dari mereka dan di sana mereka menemukan suatu pelajaran tentang arti kehidupan. Dari film ini, seorang guru bisa belajar tentang kreativitas kelas. Bukan hanya belajar dari buku dan di dalam kelas, tetapi harus lebih berani untuk belajar di luar batas.Â
Guru sebenarnya bukan untuk mengajar, lebih cocok untuk belajar. Belajar bagaimana para pelajar bisa mengerti ketika belajar bersama, dimanapun dan kapanpun.
Dalam "Hichki", seorang guru bisa belajar dari tokoh Naina Mattur. Dia adalah seorang guru yang mengidap Torrete Syndrome, di mana ketika sedang gugup atau takut akan terlihat seperti cegukan yang berkepanjangan. Setiap lamaran pekerjaan di beberapa sekolah selalu ditolak karena gangguan ini. Hingga pada satu titik dia diterima di sekolah yang dahulu menerimanya sebagai siswa.
Ketika dia diterima, Naina ditempatkan menjadi wali kelas 9F, yang mana semua siswanya dikenal sebagai pembuat onar di sekolah itu. Awalnya Naina sulit untuk mengarahkan mereka karena perilaku mereka yang buruk. Bukan tanpa sebab para siswa demikian,di sekolah itu merasa tidak diterima sebagai siswa seperti yang lain karena secara notabene mereka adalah orang-orang pinggiran.Â