Siapa dari sekian banyak guru kita yang selalu kita ingat? Mungkin jawabannya beda-beda. Bisa jadi jawabannya adalah guru yang paling sabar, guru killer, guru yang paling keren, ada juga guru menjawab guru yang paling lucu. Nah, kalau saya yang ditanya, jawaban saya adalah yang terakhir, guru yang paling lucu.
Banyak hal yang banyak dilakukan orang untuk membangun komunikasi yang baik. Salah satunya adalah joke. Kelucuan dalam percakapan seringkali dapat memecahkan kebuntuan. Suasana yang panas juga akan reda. Sehingga jalan keluar dari persoalan akan segera ditemukan.
Mengajar memerlukan komunikasi yang baik antara guru dan siswa. Komunikasi itu menjamin tersampaikannya pesan pendidikan kepada siswa. Guru perlu membuat suasana yang nyaman dan menyenangkan agar siswa dapat menikmati kegiatan pembelajaran. Dalam suasana seperti itu, belajar tidak lagi menjadi kegiatan yang membosankan.
Guru perlu membuat joke-joke agar suana kelas. Ketika sekolah, guru sejarah saya adalah satu guru yang suka membuat joke. Saya bahkan masih ingat lelucon yang beliau buat sampai sekarang. Bayangkan, setelah lebih dari 30 tahun yang lalu beliau melucu, sampai sekarang masih saya ingat lelucon beliau.
Kemampuan guru dalam membuat joke sangat penting dalam mendekatkan diri dengan siswa. Suasana yang nyaman dan dekat dengan siswa akan sangat berguna untuk membantu peserta didik menyelesaikan masalah. Peserta didik yang merasa dekat dengan gurunya mudah menyampaikan keluhan dan masalah yang dihadapinya. Alhasil, guru juga mudah dalam memberikan bantuan menyelesaikan masalah tersebut.
Apakah guru yang suka melucu akan menurunkan derajatnya sebagai guru? Tentu saja tidak. Terutama jika guru dapat menenmpatkan diri kapan ia harus melucu, dan apa materi leluconnya. Guru harus bisa menjaga agar leluconnya tidak menyinggun SARA dan percakapan yang tidak "pantas". Kelucuan-kelucuan yang "cerdas" diperlukan untuk memantik kreativitas peserta didik.
Siswa tidak saja memerlukan transfer pengetahuan. Siswa juga memiliki persoalan-persoalan dalam pertemanannya di sekolah atau bahkan persoalan keluarga di rumah. Guru yang dekat dengan siswa, dapat membantu mereka menyelesaian persoalan-persoalan itu. Paling tidak, kedekatan itu membuat guru lebih bisa memahami situasi dan kondisi yang dihadapi siswa.
Membuat Lelucon
Tidak semua guru dapat membuat lelucon yang segar. Oleh karena itu, guru juga perlu belajar membuat lelucon sehingga tidak menjadi humor yang "garing". Untuk membuat lelucon yang "bermutu", guru dapat melakukan beberapa hal berikut ini:
Pertama, mengumpulkan bahan sebanyak-banyaknya. Guru dapat mengikuti berbagai kegiatan, menikmati tayangan televisi, atau melihat video-video lucu yang banyak tersedia di dunia maya. Hanya saja, guru harus dapat memilih bahan yang paling sesuai dengan situasi kelas yang sedang dihadapinya.
Kedua, banyak berkomunikasi dengan komunitas hobi yang disukai. Lelucon sering muncul di percakapan-percakapan santuy. Dalam komunitas hobi, biasanya orang hanya berbicara yang ringan-ringan saja. Lelucon demi lelucon akan bermunculan di sana, yang kemudian dapat diamati, tirukan, dan modifikasi.
Para guru, selamat melucu! Jadikan kelas kita tempat yang membuat semua orang bahagia! (ans)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H