Mohon tunggu...
Mohamad Ansori
Mohamad Ansori Mohon Tunggu... Guru - Pembelajar

Salah satu cara mendekat pada Allah Swt adalah mentaati perintahNya tanpa bertanya mengapa harus melakukannya.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Menjadi Teman Siswa

10 April 2021   06:19 Diperbarui: 10 April 2021   06:25 268
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Teman bisa menjadi guru, apakah guru bisa menjadi teman? 

Bagi siapa saja, teman adalah salah satu "orang penting" dalam hidup. Teman sangat mempengaruhi pola pikir, bahkan tingkah laku seseorang. Inilah mengapa orang Jawa memiliki ungkapan "galangan kalah karo galengan", yang kalau diartikan secara bebas kurang lebih "pendidikan kalah dengan pertemanan". 

Kok bisa? Realitanya banyak anak yang disekolahkan di sekolah yang hebat, di rumah diajari dengan tatakrama yang santu, ketika salah dalam memilih "golongan", hasilnya pun akan beda. Nilai-nilai luhur yang sudah diajarkan di sekolah oleh para guru, tatanan yang sudah di tanamkan orang tua di rumah, bisa porak poranda dengan pertemanan yang salah.

Bagi anak, teman adalah orang yang sangat dekat dengan anak-anak kita. Mereka sering bersama menghabiskan waktu, bermain, belajar, mengaji, "mbolang", atau melakukan aktivitas organisasi atau perkumpulan. Gesekkan nilai dan pemahaman akan lebih masuk melalui pertemanan. Banyak anak yang lebih mudah diajari temannya daripada diajari gurunya. Diajari teman tentu menggunakan bahasa dengan level yang sama. Sehingga, sangat mungkin lebih mudah diterima.

Contohnya, anak-anak yang semula penakut, akan menjadi pemberani ketika bergabung dengan teman-teman pemberani. Anak-anak pemalu, akan menjadi anak-anak yang "pede" ketika bersama dengan teman yang tepat. Sebaliknya, anak-anak yang baik, sopan, bertutur kata lemah lembut, juga akan mengalami perubahan jika kelamaan bersama teman-teman yang tidak biasa bersikap seperti itu. 

Teman adalah tempat curhat paling favorit. Sesama teman seseorang merasa nyaman menyapaikan perasaan, pendapat, keluh kesah, dan sebagainya. Bagi anak, teman adalah se-level, sehingga ia merasa lebih nyaman menyampaikan apa yang dirasakannya. Dengan teman seperti tidak ada jarak d an sekat yang membatasi, sehingga apa saja dapat tersampaikan secara transparan. Seringkali teman lebih mengetahui apa yang dirasakan anak daripada orang tuanya sendiri.

Guru sebagai Teman

Salah satu saran pendekatan yang dapat dilakukan oleh guru kepada siswanya adalah just be a friend. Dengan memposisikan diri sebagai teman, anak-anak dapat menanyakan materi pelajaran yang sulit, mengkonsultasikan tugas-tugas sekolah, bahkan menyampaikan perasaannya, menunjukkan keluh kesahnya, atau minta bantuan menyelesaikan persoalan dengan teman-temannya.

Dengan memposisikan sebagai teman, para guru dapat segera mengetahui persoalan yang dialami siswanya. Seringnya berkomunikasi, bahkan berkomunikasi secara pribadi, membuat para guru lebih cepat mengetahui apa yang terjadi pada siswanya. Dengan begitu, ia dapat segera "mengingatkan", memberi masukkan, atau menyampaikan pada orang tua untuk mendapatkan solusinya.

Namun demikian, tetap saja ada batasan-batasan yang harus diperhatikan, seperti:

1. Tetap memposisikan dirinya sebagai guru yang menemani siswa, bukan teman sesungguhnya. Hal ini sangat penting agar "unggah ungguh" siswa terhadap guru tetap terjaga. Para siswa dapat merasa nyaman, terbuka, dekat dengan para guru, tetapi tetap posisnya seperti guru yang "rasa teman".

2. "Pertemanan" yang tercipta, tetap tetap dengan tujuan membimbing siswa. Dalam "pertemanannya" dengan siswa, mungkin saja muncul persoalan-persoalan pribadi siswa yang "dicurhatkan" pada guru. It's okay, tetapi para guru tetap harus membatasi diri untuk tidak terlibat dalam persoalan pribadi tersebut, tetapi justru membimbing dan memberikan masukkan agar dapat ditemukan solusi yang terbaik.

3. Untuk menjaga "marwahnya", para guru kurang elok terlibat hubungan pribadi ketika masih berstatus guru dan siswa. Pada kondisi  guru yang siswanya sudah menjelang dewasa, bisa saja terlibah hubungan saling suka antara guru dan siswa. Apalagi, ketika sudah memposisikan sebagai teman, tentu hal ini sangat mungkin terjadi. Jika ingin berlanjut, seyogjanya guru harus bisa "menunda" sampai si siswa tidak lagi menjadi siswanya secara formal.

Guru sebagai teman siswa bertujuan agar siswa merasa lebih dekat sehingga lebih mudah minta pertimbangan, pendapat, masukkan, dan arahanan dari guru. Lebih dari itu, para guru dapat mengetahui lebih cepat persoalan siswanya, sehingga dapat dengan cepat membantu mencarikan solusinya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun